IAL 4

3.2K 263 1
                                    

"Lesu amat, Je?" Tanya Nana.

Helaan nafas Jericho kembali terdengar. Nana sebagai teman sebangku lelaki itu pun paham, ada sesuatu yang Jericho pikirkan— masalah serius.

"Ada masalah?" Tanya Nana memfokuskan perhatian nya pada Jericho.

Jericho tampak menimang. Pertanyaan yang di ajukan Nana bukan hanya sekedar di jawab 'ya' atau 'tidak'. Jericho juga harus menjelaskan masalahnya, untuk mendapatkan sebuah solusi dari temannya itu.

"Cerita?"

"Gak deh,"

"Cerita aja gak sih? Biar tau dimana jalan keluarnya."

"Gak usah aja deh, itu bukan hal yang pantas di ceritain ke temen."

"Kecuali Marv, iya kan?."

Batin nya berdebat seiring dengan dahi Jericho yang mengerut. Membuat Nana semakin penasaran apa yang lelaki itu pikirkan.

"Na,"

"Kalo deketan nyaman, tapi degdegan. Kalo jauhan ngerasa kosong, terus kangen—" Jericho menukikkan alisnya sebelum kemudian menoleh pada Nana.

"Itu cinta bukan?" Tanya nya dengan wajah polos.

Nana terbahak mendengar pertanyaan Jericho. Si kalem yang menenangkan, namun menenggelamkan dengan kejamnya pada pesona senyum manis yang dimilikinya.

"Lo tumbenan nanya gini?"

Bukannya menjawab, Nana malah balas bertanya. Penasaran, siapa yang mungkin menarik perhatian teman sebangku nya ini.

"Pengen tau aja, gak boleh emang?" Kesal Jericho.

Kekehan kecil menutup tawa dari Nana. Kemudian dia menatap Jericho dengan tenang.

"Itu cinta. Gue ngerasain itu ke Haikal." Kata Nana sembari mengingat lelaki manis yang memikatnya.

Jericho mati-matian menahan perubahan di raut wajahnya. Namun perkataan Nana selanjutnya cukup menenangkan untuknya.

"Tapi kata orang-orang, seumuran kita ngomongin cinta itu bullshit."

Jericho mengangguk-angguk mengerti.

"Iya bukan, cinta-cintaan apa? Bullshit."

"Je!"

Suara familiar itu menggema, rupanya Marvino sudah menunggunya di depan kelas.

"Eh, mau istirahat bareng gak?" Tawar Jericho sembari mengemas alat tulisnya.

Nana menggeleng kecil.

"Gak ah, Gue udah di ajak Haikal,"

Jericho terkekeh kecil mendengar penuturan teman perempuannya yang tengah gencar mendekati lelaki manis kelas 8 itu.

"Ada apa?" Tanya Marvino saat Jericho sudah di hadapannya.

Pertanyaan yang selalu Jericho dapatkan setelah beberapa jam berpisah dengan Marvino.

Lelaki itu menuntut cerita yang dilewati Jericho tanpa nya.

"Tadi, Bu Henny mukul tangan Gue, liat masih merah." Jericho memperlihatkan kesepuluh jarinya yang terdapat sedikit kemerahan di sana.

"Kuku nya pasti tuh, panjang gitu." Kata Marvino melihat kuku cantik Jericho yang memanjang.

"Tapikan bersih, liat tuh kinclong banget kayak jidat Pak Yan."

"Nanti Gue bantu bersihin." Putus Marvino setelah tertawa karna perkataan Jericho.

" Putus Marvino setelah tertawa karna perkataan Jericho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue duluan ya, Jer." Nana berkata sembari berjalan melewati Marvino yang kebetulan akan masuk ke kelas Jericho.

Marvino melangkah mendekat dan mendudukkan diri di kursi Nana yang bersebelahan dengan kursi Jericho.

"Kenapa belum selesai?" Tanya Marvino melihat Jericho yang masih menyalin paragraf terakhir dari tulisan yang ada di papan tulis.

Dengusan kecil terdengar namun empunya masih fokus menyalin.

"Tadi Nana ngajak ngobrol mulu, mana gibahnya nikmat banget, jadi kelupaan nulis."

Jericho bersungut-sungut menceritakan hal tadi. Belum lagi bocah bergigi kelinci itu langsung pulang dan memilih menyalin tulisan Jericho.

Marvino hanya tertawa kecil.

Rambut Jericho di usak pelan, "Udah mau lulus SMP, harus rajin. Jangan kebanyakan ngobrol."

Jericho hanya mengangguk kecil.

Marvino merebahkan kepalanya di atas lipatan tangan, menatap Jericho yang sibuk menyalin.

"Lo kok tambah cantik sih?"

Dengan senang hati, Jericho memukulkan bolpoin nya pada kepala Marvino. Alisnya menukik dan gigi yang di buat bergemeletuk.

"Gue ga cantik ya!" Kata Jericho dengan telinga merahnya.

Marvino tertawa. Duduknya kembali tegak sembari memeluk erat tubuh Jericho dari samping. Kecupan manis berkali-kali Marvino daratkan pada wajah Jericho.

"MARVINOO !!"

Yang dipanggil tertawa puas.

"Ayo cepet, Mimi nanti kelamaan nungguin Lo."

Mendengar itu, Jericho semakin bergerak cepat menyalin. Mengabaikan tatapan memuja dari sebelahnya.

۝ ۝ ۝

۝ ۝ ۝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In Another Life ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang