Sesampainya di rumah Reyline, Reynald langsung mendorong tubuh Reyline hingga terjatuh terlentang di atas sofa.
"Rey, kenapa sih? Lo mau ngapain?" tanya gadis itu gugup dan takut karena melihat Reynald yang dipenuhi kabut gairah.
Reynald menarik tengkuknya, lalu melumat bibirnya dengan lembut. Lama kelamaan lumatannya semakin kasar.
Reyline pun mulai membalas permainan dari Reynald, ia melingkarkan tangannya pada leher Reynald, dan menekan tengkuk Reynald agar lumatannya semakin dalam.
Tangan Reynald perlahan mulai membuka kancing baju yang dikenakan Reyline.
Tiba-tiba Reynald menghentikan aktivitas nya itu. Refleks ia memeluk tubuh Reyline yang berada di bawahnya. Sementara Reyline hanya diam sambil menatap Reynald.
"Sorry Lin..gue hampir aja kelepasan..gue bener-bener minta maaf.." ujar Reynald dengan penuh penyesalan. Ia lalu mengancing kembali baju bagian atas Reyline yang dibukanya tadi.
Entah apa yang dirasakan Reyline saat ini, karena jujur ia juga menginginkannya tadi. Ia seakan tidak rela Reynald melepas pagutannya.
"Sekali lagi, gue minta maaf. Gue pergi dulu, udah ditunggu sama anak-anak di basecamp," ujar Reynald lalu kembali mengecup bibir Reyline singkat.
Saat berjalan ke arah pintu, langkah Reynald tiba-tiba terhenti lalu ia
membalikkan tubuhnya.Reyline diam, dan juga bingung melihat Reynald yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Lin!"
"I-iya?"
"Gue suka sama lo," ujar Reynald sambil tersenyum tipis.
"Maksudnya?"
Reynald kembali berjalan ke arah di mana Reyline sedang duduk.
"Iya, gue suka sama lo," jelas Reynald.
Suka? Secepat itu? Apakah Reynald serius dengan perkataannya itu?
Reynald memeluk tubuh Reyline, dan pelukannya pun dibalas oleh gadis itu.
Reynald melepas pelukan mereka, lalu melumat bibir gadis itu lagi.
"Gue tunggu, gimana perasaan lo ke gue," ujar Reynald sambil tersenyum.
"Gue emang udah suka sama lo! Tapi, masa gue harus bilang secara frontal ke lo? Gengsi gue kali ini emang lebih tinggi! Arghhg, bego!" Reyline memaki dirinya sendiri dalam hati.
Akhirnya Reyline hanya bisa menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Reynald. Reynald tersenyum lalu mengacak-acak rambut gadis itu.
"Lo istirahat. Gue pergi dulu."
Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya gemas.
***
"Widih baru datang nih si bos. Dari mana lu?" tanya Dimas kepada Reynald yang baru saja tiba di basecamp.
"Biasa lah," jawab Reynald.
"Gue mencium bau-bau seperti ada yang baru jadian nih!" seru Leon sambil berpura-pura menajamkan penciumannya layaknya seekor anjing.
"Gue juga nih!" timpal Keno.
"Sialan! Kek anjing lo pada!" ujar Reynald.
"Emang bener lu udah jadian bos sama si Reyline?" tanya Alvin kepada Reynald.
"Belum sih," ujar Reynald sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Yeu, kelamaan lu mah nembak dia nya!" ujar Alvin.
"Eheheh...yang sabar napa! Gebetan juga gebetan gue, ngapa lu yang sewot sih Vin?" tanya Reynald kepada Alvin.
"Jangan-jangan, lu cemburu Vin?!" tuduh Leon.
"Gue nggak nyangka, lu jadi gay sekarang Vin. Untung aja kita bukan temen ya?" tambah Leon.
"Yon, coba sini gue mau liat pala lo!" ujar Alvin kepada Leon.
"Eitsss...no no no! Dulu gue nggak bego, sekarang gue juga nggak bego. Lu pasti mau ngejitak atau ngegampar pala gue kan?! Tidak akan ku biarkan!" ujar Leon dengan sombongnya, seakan ia tahu isi pikiran Alvin.
"Bangsat!" ujar Alvin kesal karena ia tidak bisa menjitak kepala Leon yang sudah menghinanya dengan menyebutnya gay.
Leon lalu berjalan dengan santainya, ingin melewati Alvin yang sedang duduk di sofa.
Terlintas sebuah ide jail di otak Alvin.
Tepat ketika Leon berdiri di hadapan Alvin,
BUGH!
Alvin berhasil menendang tepat di tengah-tengah selangkangan Leon.
"Alvin bangsat! Masa depan gue!" umpat Leon sambil meringis, kesakitan di bagian selangkangannya.
"Makan tuh masa depan!" ejek Alvin.
"Tanggung jawab lo Vin!" ujar Leon.
"Bangsat! Tuh kan, lo pada liat deh! Yang sebenarnya gay itu tuh si kampret Leon, bukan gue!" ujar Alvin.
Sementara Keno dan Dimas tertawa terbahak-bahak menyaksikan kebodohan Leon dan Alvin.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/305272726-288-kbfd1f8.jpg)