"Bel pulang sekolah udah bunyi setengah jam yang lalu loh, Lin. Lo nggak mau pulang?" tanya Diva sambil duduk menonton Reyline yang sedang berusaha memasukkan bola basket ke dalam ring basket, tetapi tidak berhasil.
"Nggak, gue masih mau di sini sampai agak sorean dikit. Lo kalau mau pulang, duluan aja Div," jawab Reyline sambil menggiring bola basketnya.
"Yaudah, gue duluan ya," ujar Diva lalu pergi meninggalkan Reyline seorang diri di lapangan basket.
"Yoi!"
Tiba-tiba seseorang merebut bola basket dari tangan Reyline.
"Rangga?! Ih lo bikin kaget gue aja! Sini bola nya!"
"Makanya badan tuh tinggi!" ujar Rangga dengan nada mengejek. Tangannya ia angkat setinggi-tingginya agar Reyline tidak bisa menggapai bola basketnya.
Akhirnya terjadilah rebut-rebutan bola basket antara Rangga dan Reyline.
"Lo ikut ekskul basket ya, Ga? Gila, jago banget mainnya," ujar Reyline yang sedang duduk di bawah ring basket, di samping Rangga. Bola basketnya diletakkannya di atas pahanya sendiri lalu dipeluknya.
"Gue nggak ikut ekskul basket. Kalau lo tanya kenapa, jawabannya ya karena gue males aja. Oh ya, lo kenapa belum pulang?" tanya Rangga mengalihkan pembicaraan.
"Gue emang sengaja aja pengen pulang sorean."
"Mau gue anterin balik?" tawar Rangga.
"Nggak usah, gue bawa mobil kok," ujar Reyline menolak.
"Oh, oke."
"Lo sendiri kenapa belum pulang?"
"Gue baru selesai rapat osis tadi," jawab Rangga.
"Oh iya Lin, lo orangnya emang susah akrab sama orang baru ya? Di kelas aja lo paling deket cuma sama Diva, udah kayak lesbian aja lo berdua," ujar Rangga.
"Iya, gue emang agak susah akrab sama orang baru. Gue akrab sama Diva ya karena dia asik aja orangnya."
"Oh jadi gue nggak asik nih ceritanya?"
"Iya, lo nggak asik banget! Sok asik lagi!" ujar Reyline mengejek.
"Sialan!" umpat Rangga lalu terkekeh.
"Nggak deh, gue bercanda. Sejauh ini, lo lumayan asik kok."
"Oh ya, gue bukan lesbian ya! Gue normal!" tambah Reyline menekankan kata normal.
"Oh ya? Coba cium gue sekarang, kalau lo emang normal," ujar Rangga sambil menunjuk bibirnya.
"Yeuu nggak nyium lo juga kali! Gue kan nggak suka sama lo!" ujar Reyline mendorong wajah Rangga menggunakan telapak tangannya.
Jleb banget nggak sih?
"Tapi lo sukanya sama Reynald? Lo ngarepnya dicium sama Reynald?" tebak Rangga.
"Eh, lo kok tau?" tanya Reyline. Refleks ia menutup mulutnya sendiri menggunakan tangannya.
"Jadi lo beneran ngarep dicium sama Reynald?" tanya Rangga.
Nah kan, dia salah mengerti perkataan Reyline tadi.
"Eh, nggak gitu! Maksud gue, lo tau darimana kalau gue suka sama Reynald?"
"Kan, bener lo suka sama Reynald," ujar Rangga.
"Lo tuh mau mancing gue apa gimana sih," balas Reyline.
"Gue nebak aja sih dari cara lo natap Reynald waktu dia ke kelas kita nyamperin lo. Dan..." ujar Rangga.
"Apa?" tanya Reyline penasaran dengan perkataan Rangga selanjutnya.
"Gue juga nggak sengaja liat, waktu lo dicium Reynald. Dan lo terlihat nggak keberatan, bahkan lo nggak nolak perlakuan dia." jawab Rangga sambil berbisik.
Reyline membelalakkan matanya kaget.
"Udah lah, lo nggak usah ngarepin Reynald. Dia kan udah pacaran sama Rika," ujar Rangga.
"Woi, siapa yang nyuruh lo megang bola basket gue?" tanya Reynald yang entah sejak kapan berada di hadapan Rangga dan Reyline.
"Apa daritadi Reynald denger obrolan gue sama Rangga? Mati gue kalau Reynald beneran denger," batin Laura.
"Apaan sih? Mana gue tau kalau ini bola punya lo," ujar Reyline lalu melempar bola basket yang dipeluknya tadi kepada Reynald, lalu ditangkapnya bola tersebut.
"Lin, gue suka sama lo. Atau gue harus cium lo juga, biar lo mau jadi cewek gue?" ujar Rangga, dan membuat langkah Reynald yang ingin pergi dari sana menjadi terhenti.
"Lo kok ngomongnya gitu sih Ga?" Reyline tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rangga barusan.
"Coba aja kalau lo berani, abis lo sama gue!" ujar Reynald kepada Rangga. Tangan Reynald sudah menarik tangan Reyline untuk menjauh dari Rangga.
"Ngapain deket-deket sama dia?" tanya Reynald.
"Dia kan temen gue."
"Ya ngapain pake minta cium segala?!" tanya Reynald tak suka.
"Ya nggak tau, kan dia yang ngomong gitu. Emangnya kenapa?" tanya Reyline balik.
"Dia nggak pantes buat lo!" ujar Reynald.
"Terus yang pantes buat gue siapa?!"
"Ya jelas gue lah!" jawab Reynald dengan 100% tingkat kepercayaan dirinya.
"Dih, pede bangeettt."
"Ayo pulang, gue anter," ujar Reynald.
"Nggak usah, gue bawa mobil," ujar Reyline menolak lalu pergi ke parkiran.
Reynald mengetuk kaca mobil Reyline, gadis itu pun membukakannya.
"Jangan deket-deket lagi sama cowok tadi," ujar Reynald.
"Lo siapanya gue sih ngelarang gue gitu?"
"Calon pacar lo."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/305272726-288-kbfd1f8.jpg)