Merasa aman karena Reyline sudah memejamkan matanya, Reynald mengambil ponselnya berniat untuk menghapus semua chatnya sebelum chat itu dibaca oleh Reyline.
"Tadi aja bilangin gue jangan main HP, tapi lo nya main HP terus! Chattingan sama siapa kali?"
Reynald melihat Reyline berbicara dengan mata yang masih terpejam.
"Nggak chattingan sama siapa-siapa kok." Jawab Reynald.
Reyline merebut ponsel Reynald dari tangannya.
Reynald membuang napasnya lega, karena Reyline mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas nakas di sampingnya.
***
"Nggak usah gugup gitu kali." Goda Reynald. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengemudikan mobil, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam tangan Reyline.
Mobil Reynald telah tiba di depan rumahnya.
"Ayo!" Ajak Reynald. Reyline menggangguk, tangannya juga menggenggam tangan Reynald dengan erat.
"Duduk dulu sini. Mau minum apa? Biar gue suruh bi Ira bikinin." Ujar Reynald.
"Terserah."
"Di sini nggak ada minuman terserah."
"Yaudah apa aja deh asalkan dingin."
"Yaudah, tunggu sebentar di sini." Ujar Reynald lalu bangkit dari duduknya. Reyline meraih tangan Reynald.
"Mau ke mana?"
"Mau ke dapur lah."
"Oh, jangan lama-lama ya."
Reyline pun memilih menyibukkan dirinya dengan memainkan ponselnya.
Tidak lama Reynald datang bersama dengan bi Ira yang membawakan minuman dan beberapa camilan untuk mereka berdua.
"Makasih bi." Ucap Reyline.
"Iya sama-sama non. Bibi balik ke dapur dulu ya."
"Reynald? Kamu udah pulang? Gimana campingnya?" Tanya Friska yang entah kapan sudah datang dan duduk di sofa di hadapan Reynald dan Reyline.
"Ya gitu bun, lumayan seru." Jawab Reynald.
Tatapan Friska beralih kepada Reyline yang duduk di sebelah Reynald.
"Eh, cantik banget, siapa ini?" Tanya Friska.
"Aku Reyline, tante." Ujar Reyline sambil menyalami tangan Friska dengan sopan.
"Pacarnya Reynald ya?"
"Bukan bun, teman." Bukan, bukan Reyline yang menjawab, Reynald lah yang menjawab pertanyaan dari Friska.
Deg!
"Bukan bun, teman."
Teman.
Perkataan Reynald barusan sukses membuat hati Reyline seakan teriris.
Mengapa Reynald tidak mengakuinya sebagai pacar di hadapan bunda nya sendiri?
"Apa Reynald malu mengakui gue sebagai pacarnya di hadapan bunda nya?"
Tanpa Reyline sadari kalau sekarang Reynald sudah pindah duduknya ke sebelah Friska.
"Permisi tante, Reyline mau angkat telpon sebentar ya." Ujar Reyline kepada Friska, lalu ia keluar dari rumah mewah keluarga Narendra itu.
"Kenapa dia angkat telepon sampe harus ke luar rumah Rey?"
"Nggak tau bun."
"Yaudah kamu susulin dia, kalau dia udah selesai nerima telpon, bawa masuk lagi. Bunda mau ke kamar dulu." Ujar Friska. Reynald mengangguk lalu keluar untuk mencari Reyline.
Didapatinya Reyline yang sedang duduk di taman depan.
Tapi tunggu, kenapa bahu gadis itu terlihat bergetar? Apa ia sedang menangis?
Dengan cepat Reynald menghampiri Reyline.
"Sayang, kenapa? Tadi siapa yang telpon? Ngomong apa dia sampai bikin lo nangis?" Ujar Reynald.
Dengan cepat Reyline menghapus air matanya yang membasahi pipi nya itu.
Reyline masih diam sambil menundukkan kepalanya.
"Sayang, kenapa?" Ulang Reynald. Kedua tangannya sudah mengguncang-guncangkan bahu Reyline pelan.
Reyline masih bungkam, tangannya menepis pelan kedua tangan Reynald yang berada di bahunya.
"Kenapa sih? Lo marah sama gue?" Tanya Reynald.
"Gue ada salah?" Tanya Reynald lagi.
"Kenapa diam sih? Gue jadi bingung." Ujar Reynald.
"Sayang, kenapa?" Tanya Reynald lembut, berharap Reyline mau berbicara kepadanya.
Reyline menoleh ke arah Reynald, ia menatap Reynald dengan tatapan yang penuh arti.
Reyline terpekik karena Reynald tiba-tiba menggendongnya.
"Reynald? Itu kenapa, kaki Reyline sakit?" Tanya Friska saat Reynald kembali masuk ke rumahnya.
"Nggak kok bun. Aku mau ke kamar dulu." Ujar Reynald.
"Jangan macam-macam ya Reynald, inget!" Ujar Friska memperingati.
"Iya, nggak kok bun. Cukup satu macam aja." Teriak Reynald sambil menaiki tangga dengan Reyline yang masih berada di dalam gendongannya.
Sesampainya di kamar, Reynald mengunci pintunya, lalu menjatuhkan Reyline di atas kasurnya.
Reynald ikut menjatuhkan dirinya di atas ranjangnya. Tubuhnya menindih sebagian tubuh Reyline dari samping.
***
