"Gue nginep di sini malem ini boleh nggak?" tanya Reynald.
Reyline menatap Reynald sambil menaikkan alisnya sebelah, seolah bertanya 'kenapa?'.
"Gue males pulang, ini udah terlalu malem juga. Bokap nyokap gue juga lagi luar kota," ujar Reynald beralasan.
"Kenapa? Lo takut sendirian di rumah?" ujar Reyline dengan nada mengejek. Karena Reynald terus memohon, akhirnya ia terpaksa memperbolehkan Reynald untuk menginap di rumah nya. Kebetulan ia sedang sendirian di rumah itu, dan menurutnya tidak mungkin Reynald berani berbuat macam-macam kepadanya di rumahnya sendiri.
Sebelumnya Reyline meminta izin kepada orangtuanya untuk tinggal sendiri di apartemen dengan alasan ingin belajar untuk mandiri. Tetapi orangtuanya tidak mengizinkan Reyline untuk tinggal di apartemen. Akhirnya mereka membelikan rumah itu untuknya.
"Kamar sebelah kosong, lo bisa tidur di sana."
"Nggak sekamar aja nih kita?"
"Sinting!"
***
"Gue tidur di sofa?"
"Jangan."
Reynald sudah menduga, pasti Reyline akan mengajaknya untuk tidur seranjang dengannya.
"Terus di mana?" tanya Reynald sambil tersenyum.
"Lo tidur di lantai aja. Kasihan sofa gue ntar dicabulin sama lo," jawab Reyline sambil tersenyum juga.
"Anjinggg, masih waras kali gue. Yakali sofa gue cabulin."
"Emang sofa lo ada lobang nya? Di mana?" tanya Reynald penasaran.
"Anjing, lo beneran nyari lobang di sofa gue?" tanya Reyline tak percaya.
"Nggak sih, sebenarnya gue nyari lobang punya lo," ujar Reynald sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Bangsat!" umpat Reyline.
"Jadi, gue beneran tidur di lantai nih?" tanya Reynald.
"Terserah, asalkan lo nggak tidur di sebelah gue aja. Siapa suruh lo maksa mau tidur di kamar gue," ujar Reyline sambil menarik selimutnya.
"Yaudah deh. Ada selimut nggak?" tanya Reynald lagi.
"Ada tuh di lemari, ambil aja sendiri," ujar Reyline memejamkan matanya sambil menunjuk ke lemarinya.
Reynald pun berjalan ke arah lemari yang ditunjuk oleh Reyline.
"Lin?" panggil Reynald.
"Apaan sih? Gue udah ngantuk banget nih," ujar Reyline kesal, masih sambil memejamkan matanya.
Hening, tidak ada jawaban dari Reynald. Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Reynald, gadis itu membalikkan badannya.
"ASTAGA REYNALD! LO NGAPAIN MEGANG BRA GUE?! BALIKIN NGGAK?!" ujar Reyline terkejut lalu bangkit dari tidurnya.
"Lah kenapa? Lo sendiri yang nyuruh gue nyari selimutnya di lemari yang ini, yaudah gue cari di sini lah. Eh ternyata isi nya beginian. Rezeki nomplok nih," ujar Reynald bangga sambil mencium bra hitam milik Reyline.
Ternyata Reyline salah menunjuk lemari yang harusnya isinya selimut, malah lemari berisi pakaian dalamnya yang ia tunjuk kepada Reynald.
"REYNALD, BALIKIN NGGAK?! GUE NYURUH LO NYARI SELIMUT DI LEMARI YANG SEBELAH! BUKAN YANG INI BEGO!"
"Lah bukan salah gue, orang lo sendiri yang nunjuk ke lemari ini tadi. Wangi juga. Bikin candu selain bibir manis lo itu," ujar Reynald dengan wajah tak berdosa nya. Ia menciumi bra itu lagi.
"REYNALD! DASAR MESUM!"
"Oke oke, nih gue balikin," ujar Reynald lalu melempar bra itu, tepat mengenai wajah Reyline.
Reynald lalu pergi mendahului Reyline. Ia tidak perlu mengambil selimut. Ia memutuskan untuk tidur seranjang dengan Reyline.
"Lo ngapain di sini?" tanya Reyline.
"Mau tidur lah," jawab Reynald santai.
Reyline menghela napasnya kasar, lalu mengambil posisi berbaring di sebelah Reynald. Sebenarnya ia tidak terlalu mempermasalahkan jika harus tidur seranjang dengan Reynald. Hanya saja ia harus jual mahal terlebih dahulu, seperti tadi.
Reyline berbaring dengan posisi membelakangi Reynald.
Reynald menarik tangan gadis itu agar berbalik menghadapnya. Reyline yang belum bisa tidur pun akhirnya menurutinya. Setelah posisi mereka sudah saling berhadapan, netra keduanya pun saling beradu. Tanpa basa-basi Reynald menarik tengkuk Reyline, lalu menciumnya.
"Emmpphh..." pekik Reyline, terkejut karena perlakuan Reynald yang secara tiba-tiba melumat bibirnya.
Dugaan awal Reyline terhadap Reynald bahwa ia tidak mungkin berani berbuat macam-macam kepadanya ternyata SALAH.
***