"Inget ya, ini buat pajangan doang di HP lo, jadi nggak usah hubungin gue. Kalau nggak, lo bakalan nyesel!" ujar Reyline memperingatkan Reynald, lalu mengusirnya dari rumahnya.
Setelah Reynald pulang, Reyline tertawa puas karena ia berhasil membodohi Reynald. Nomor HP yang Reyline berikan kepada Reynald tadi bukanlah miliknya, tetapi milik seorang tante-tante centil penjual gado-gado yang tak jauh dari rumahnya.
Reyline merasa gado-gado yang dijual tante-tante itu enak, jadi ia menyimpan nomornya yang tertera di depan warungnya, karena gado-gado nya itu bisa dipesan-antar.
***
Reynald sedang memandang langit-langit kamarnya. Ia sedang memikirkan seorang gadis yang bernama Reyline itu. Gadis yang berhasil membuat Reynald tertarik padanya. Gadis yang memiliki bibir manis itu. Reynald pun memutuskan untuk meneleponnya, walaupun sebelumnya gadis itu memperingatkan Reynald agar tidak menghubunginya.
"Halo?"
"Kamu siapa?"
"Ini gue, Reynald."
"Oh, hai Reynald!"
Reynald menatap layar ponselnya, memastikan kalau ia tidak salah menelepon orang. Dan benar, nama Reyline tertera di sana. Ia pikir itu bukan Reyline, karena suaranya seperti berubah.
"Lo lagi pilek ya? Kenapa suara lo berubah?"
"Iya nih aku lagi sakit pilek. Jengukin aku dong."
"Beneran? Oke, gue ke rumah lo sekarang."
"Eh, jangan ke rumah. Ketemuan di warung aku aja ya."
"Warung? Sejak kapan lo punya warung?"
"Cepet dong ke sini. Warung aku di jalan ×××."
"Nggak jauh dong dari rumah lo?"
"Iya. Aku tunggu ya."
Panggilannya terputus.
"Tumben tuh cewek ngomong sama gue pake 'aku-kamu'. Tadi aja ngusir, sekarang ngemis minta disamperin," ujar Reynald.
***
Akhirnya Reynald tiba di alamat yang disebutkan tadi.
"Bener ini tempatnya? Sejak kapan dia punya usaha sampingan jual gado-gado anjir?" ujar Reynald berbicara sendiri.
Reynald memutuskan untuk meneleponnya.
"Lo di mana?"
"Aku udah di sini."
Reynald menoleh ke sebelahnya, ia melihat ada seorang wanita juga di sana sedang duduk sambil menelepon juga.
"Tante, jangan nyaut aja dong! Saya lagi telpon calon pacar saya ini," ujar Reynald kepada seorang wanita di sebelahnya itu.
Reynald pikir kebetulan saja ucapan wanita itu nyambung dengan pertanyaannya.
"Gue juga udah sampe nih di alamat yang lo kirim. Ngapain sih usaha jual gado-gado segala? Lo nikah sama gue aja, idup lo pasti bakal terjamin."
Tiba-tiba panggilannya terputus sepihak.
"Kamu Reynald?" tanya wanita tadi. Ya, benar, ia adalah tante-tante penjual gado-gado yang nomornya Reyline berikan kepada Reynald.
"Iya, saya Reynald. Tante siapa ya? Kok bisa tahu nama saya?" tanya Reynald.
"Aku calon istri kamu. Tadi barusan di telepon kamu bilang mau nikahin aku," ujar wanita penjual gado-gado itu.
"Hah? Nggak! Orang saya lagi telponan sama calon pacar saya. Ngarang nih tante," ujar Reynald sangat kesal.
"Loh kan kita udah janjian tadi mau ketemuan di sini, di warung aku," ujarnya dengan centil, lalu ia mulai mendekati Reynald, mengusap lembut pipi Reynald.
"Nggak, nggak. Salah orang kali nih tante. Yakali saya mau nikahin tante. Saya masih SMA, masih perjaka!" ujar Reynald sambil berusaha melepaskan tangan tante-tante itu dari wajahnya. Reynald sampai geli dibuatnya.
"Loh kamu sendiri yang bilang mau nikahin aku, biar kehidupanku terjamin, biar aku nggak jual gado-gado lagi. Gimana sih?!" ujar wanita itu dengan nada bicara tak suka.
"Tante mau nipu saya ya?" tanya Reynald dengan mata menyipit, mencurigai orang itu.
"Enak aja nuduh aku mau nipu kamu! Sini deketan, aku mau cium pipi kamu," ujar wanita itu sambil maju dan memonyongkan bibirnya mendekati wajah Reynald. Sontak Reynald mendorong bibir tante-tante itu menggunakan telapak tangannya, hingga lipstik tebal yang digunakannya itu menempel pada telapak tangan Reynald.
Saat Reynald ingin kabur, tangannya justru ditarik lagi oleh wanita itu. Reynald berusaha melepaskan tangan wanita itu, sampai akhirnya bisa terlepas. Reynald berlari menuju motornya, lalu segera pergi dari warung gado-gado itu.
"Bangsat! Gincu nya tebel banget!" ujar Reynald sambil mengelap kasar tangannya agar lipstik yang menempel pada telapak tangannya bisa menghilang.
Reynald masih bisa mendengar teriakan tante-tante menor itu.
"Reynald! Kapan kita nikah?! Kenalin, nama aku Ipeh!" ujarnya, namun tidak dipedulikan oleh Reynald.
***