Reyline tiba di depan ruang basket yang lumayan jauh jaraknya dari kelasnya. Ia pun memasuki ruangan tersebut, dan benar saja hanya ada Reynald sendiri di sana yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
Reynald menepuk-nepuk sofa yang kosong di sebelahnya, mengisyaratkan agar Reyline duduk di situ. Reyline pun duduk di sebelah Reynald.
"Ngapain nyuruh gue ke sini?" tanya Reyline to the point.
"Lah kan mau dikasih ciuman gratis tadi katanya!" jawab Reynald kelewat santai.
"Nggak ada ya- emmpphhh!" pekik Reyline terkejut mendapatkan perlakuan dari Reynald secara tiba-tiba.
Reynald menarik tengkuk Reyline, lalu ia melumat bibir manis gadis itu.
Beberapa menit kemudian, Reynald melepas ciumannya, lalu menatap mata Reyline.
"Gimana?" tanya Reynald.
"Apanya?" tanya Reyline balik, karena tak paham dengan pertanyaan yang diberikan oleh Reynald.
"Ck! Perasaan lo ke gue! Gue udah nungguin dari kemarin," jawab Reynald sambil menaikturunkan kedua alisnya.
"Emm, gue mau ke kantin dulu, mau beli minum! Soalnya haus banget nih gue," ujar Reyline saking gugupnya dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
Reynald menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Reyline yang sudah ngacir ke kantin.
Reynald melihat ke sampingnya, ia melihat ponsel Reyline yang tidak sengaja tertinggal di sana. Reynald yang iseng itu pun membuka ponsel Reyline, dan beruntung ponselnya tidak dikunci.
Reynald mengerutkan keningnya, lalu terkekeh pelan melihat Reyline yang memberi nama kontaknya dengan sebutan 'Reynald Mesum' di ponselnya.
Tiba-tiba Reynald mendengar suara pintu ruang basket yang terbuka, ia terkejut bukan main karena mengira orang yang masuk itu adalah Reyline.
Ternyata bukan, itu adalah Rika."Ngapain lo ke sini?" tanya Reynald dengan wajah datarnya.
Rika mulai berjalan mendekati Reynald.
"Aku tau kamu biasanya sendiri di sini, jadi aku mau nemenin kamu di sini," Jawab Rika yang membuat Reynald hampir muntah mendengar setiap kata-kata menjijikkan yang keluar dari mulutnya.
Kini Rika sudah mengambil posisi duduk di sebelah Reynald.
"Lo ngapain deket-deket gue?! Pergi sana! Cewek gue mau datang ke sini!" ujar Reynald.
"Cewek kamu? Siapa?" tanya Rika dengan wajah tak sukanya.
"Reyline!" jawab Reynald spontan. Terpaksa ia harus mengaku-ngaku bahwa Reyline adalah pacarnya. Padahal ia bahkan belum berpacaran dengannya.
"Reyline? Anak baru yang sok cantik itu?" tanya Rika dengan nada sinisnya.
"Pinter-pinter bedain mana yang cantik beneran, sama mana yang sok cantik dan murahan!" ujar Reynald dengan sedikit menekan kata terakhirnya.
Rika yang kesal karena Reynald berkata seperti itu kepadanya, bukannya pergi dari sana, ia justru berniat untuk menggoda Reynald. Ia naik ke atas pangkuan Reynald, berharap agar nanti Reyline melihatnya berduaan dengan Reynald dalam posisi yang sangat intim seperti ini.
"Lo ngapain sih?! Pergi nggak?!" ancam Reynald sambil berusaha menahan tubuh Rika agar tidak semakin dekat lagi dengannya.
Rika tidak mendengarkan Reynald, ia mulai mendekatkan wajahnya kepada wajah Reynald.
"Lo ngapain sih? Jangan sampai gue lupa kalau lo itu cewek ya?!" ujar Reynald memperingati Rika lagi.
Cklek!
Pintu ruang basket tiba-tiba terbuka, memperlihatkan Reyline yang sedang memegang 2 botol air mineral dan memelototkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Reynald langsung mendorong tubuh Rika ke samping agar menjauh dari pangkuannya.
Reyline melangkahkan kakinya, lalu meraih ponselnya yang terletak di atas sofa.
"Lin, gue-" ujar Reynald terpotong saat Reyline berbicara.
"Sorry gue ganggu. Gue cuma mau ngambil HP gue yang ketinggalan," ujar Reyline menekan setiap katanya sambil tersenyum, tersenyum miris lebih tepatnya. Setelah itu Reyline keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang berkecamuk.
"Reyline!" teriak Reynald. Sayangnya Reyline sudah menghilang dari penglihatannya.
Rika yang takut jika Reynald akan semakin marah, lantas pergi juga dari ruang basket secepatnya setelah berhasil membuat terjadi kesalahpahaman antara Reynald dan Reyline.
"Bangsat!" umpat Reynald sambil menendang meja yang ada di hadapannya.
***
