"Lo kenapa Lin?" tanya Diva melihat Reyline yang masuk kelas dengan mata yang sembap, terlihat jelas sekali gadis itu baru saja habis menangis.
"Gue kenapa? Gue gapapa kok," jawab Reyline sambil memaksakan untuk tersenyum, agar terlihat baik-baik saja.
"Diva, gue bisa minta tolong nggak sama lo?"
"Tolong apa Lin?"
"Nanti pulang sekolah, lo bisa gak nganterin gue buat ngambil mobil gue di bengkel?"
"Oh, bisa kok Lin. Kebetulan gue bawa mobil juga."
"Beneran? Thanks ya Div," ujar Reyline dan diangguki oleh Diva.
"Gue mau ke toilet dulu, mau cuci muka. Lo ikut nggak?" tanya Reyline.
"Nggak deh Lin, gue di kelas aja. Lagi mager banget gue," jawab Diva.
"Oh, oke deh," ujar Reyline lalu pergi dari kelasnya menuju toilet.
Saat tiba di toilet, tiba-tiba tubuh Reyline didorong oleh seseorang sampai terjatuh ke lantai.
"Awshh..." Ringisnya karena lututnya terluka.
Saat Reyline menoleh, ternyata pelakunya adalah Rika dan 3 orang perempuan satu gengnya.
Apa yang akan Rika dan teman-temannya lakukan kepadanya?
"Hey, bitch! Lo tau salah lo apa?!" ujar Rika sambil menendang luka di lutut Reyline, membuatnya meringis kesakitan.
Reyline mendongakkan kepalanya, menatap Rika seolah bertanya apa salahnya sehingga ia diperlakukan seperti ini oleh mereka.
"Lo kenapa berani banget deketin Reynald, anjing?! Lo tau Reynald itu cowok gue!" ujar Rika sambil mencengkeram kerah seragam Reyline.
Reyline hanya diam, ia mencerna perkataan Rika barusan di otaknya.
Jadi benar, Reynald berpacaran dengan Rika? Tapi mengapa Reynald mengatakan bahwa ia menyukai dirinya?
"Kenapa lo diam aja bitch? Lo kalau gatel nggak usah ngedeketin cowok orang! Sana lo cari om-om buat muasin napsu lo!" ujar Rika meninggikan suaranya.
Reyline hanya bisa pasrah diperlakukan seperti ini oleh mereka. Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak berniat untuk membela dirinya saat ini. Karena percuma, Rika dan teman-temannya jago kandang.
PLAK!
SREEEKKK!
Pipi mulus Reyline ditampar oleh Rika. Lagi-lagi Reyline hanya diam dan meringis kesakitan, air matanya juga sudah mengalir membasahi pipinya.
Seragam bagian atas gadis itu dirobek oleh Rani, sehingga memperlihatkan bagian dada nya. Untung saja robekannya tidak terlalu besar, jadi Reyline masih bisa menutupinya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"BITCH!" umpat Rika sambil menjambak keras rambut Reyline. Setelah itu Rika dan teman-temannya pergi dari sana meninggalkan gadis itu sendiri.
Saat Reyline keluar dari toilet, ia berpapasan dengan Reynald.
"Lin, lo kenapa?!" tanya Reynald khawatir, tangannya memegang kedua bahu Reyline.
Reynald benar-benar khawatir melihat kondisi Reyline saat ini yang rambutnya acak-acakan, pipinya merah seperti bekas ditampar, dan juga terlihat seragamnya yang sepertinya dirobek dengan sengaja.
"Siapa yang ngelakuin ini ke lo, Lin?!" tanya Reynald.
Reyline menghempas kasar tangan Reynald yang berada di bahunya. Ia menatap Reynald tajam, tatapan yang penuh dengan kebencian.
"Bukan urusan lo!" ujar Reyline menekan setiap katanya. Suaranya juga sudah serak, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Lin, dengerin gue," ujar Reynald memohon.
"Kenapa gue harus dengerin lo?! Dan masalah di ruang basket tadi, lo tenang aja, gue nggak akan ngasih tau ke siapapun tentang apa yang lo lakuin sama Rika! Nggak usah ngasih harapan ke gue! Nggak usah ngedeketin gue lagi, kalau lo nggak mau lihat gue lebih sakit daripada ini!"
"Lin, gue nggak-" belum Reynald menyelesaikan bicaranya, Reyline sudah meninggalkannya.
***