25

10 1 0
                                    

"Sayang, kenapa nangis?" Tanya Reynald lagi sambil meletakkan kepalanya di ceruk leher Reyline.

Tak mendapat jawaban dari Reyline, Reynald melumat bibir manis gadisnya itu.

Reynald meringis pelan saat Reyline menggigit bibir bawahnya. Tetapi Reynald tetap melanjutkan aksinya, membiarkan Reyline melampiaskan kekesalannya.

Reynald menyudahi ciuman mereka, kini mereka berdua bernapas dengan terengah-engah.

"Lo marah gara-gara gue ngakuin lo cuma sebagai teman ke bunda tadi?" Tebak Reynald.

Saat Reynald ingin mencium Reyline lagi, gadis itu menyingkirkan tubuh Reynald yang menindihnya.

Reynald terkekeh lalu mendudukkan Reyline di pangkuannya.

"Lo nggak dengerin sih kelanjutan omongan gue tadi." Ujar Reynald sambil memeluk erat pinggang Reyline.

Reyline menatap Reynald sambil menyipitkan matanya dengan alis yang mengerut.

***

Tanpa Reyline sadari kalau sekarang Reynald sudah pindah duduknya ke sebelah Friska.

"Maksud aku teman hidup bun!"

"Oh, gitu. Bagus deh, calon menantu bunda cantik dan sopan banget!"

"Jadi bunda ngerestuin kalau aku nikah sama Reyline?"

"Iya."

"Sekarang bun?"

"Nggak lah! Ada-ada aja kamu. Kamu kan masih sekolah!"

"Oh gitu. Yaudah nanti kalau aku udah lulus sekolah, berarti boleh nikah dong?"

"Boleh!"

Reynald mengecup pipi bundanya singkat.

"Makasih bunda ku yang paling cantik!"

"Bercanda nya nggak lucu!" Ujar Reyline lalu menggigit tangan Reynald.

Reynald terkekeh pelan.

"Suka banget gigit-gigitin gue." Goda Reynald, lalu kembali melumat bibir gadisnya.

Reyline mengalungkan lengannya di leher Reynald dan menarik tengkuk Reynald, lalu melumat bibirnya.

Reynald membalas lumatannya, tangannya yang nakal itu mulai meremas payudara gadisnya.

Tok tok tok

Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Reynald.

***

Rey's CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang