"Permisi kak," sapa seorang gadis.
"Permisi kak," ulangnya karena tidak ada respon dari orang yang disapanya.
Reynald mengerutkan keningnya, dan teman-temannya saling tatap seolah bertanya siapa gadis ini dan apa yang ia lakukan di sana.
"Ada apa?" tanya Reynald.
"Saya Keyra kak, saya–"
Reynald dan teman-temannya tertawa. Aneh saja rasanya saat mendengar gadis itu yang berbicara dengan bahasa yang terlalu formal.
"Formal banget bahasa lo. Biasa aja kali," ujar Reynald.
"I-ya kak maaf. Gue Keyra, kelas 10 IPA 1. Gue–"
"Lo ke sini mau bacain riwayat hidup?" ujar Reynald.
"Dengerin dulu goblok! Orang belum selesai ngomong juga!" ujar Leon kepada Reynald.
"Gue disuruh sama bu Mita, makanya gue ke sini," ujar gadis itu.
"Tunggu-tunggu, lo Keyra yang dimaksud sama bu Mita buat gue bimbing itu?" tanya Reynald.
Keyra menganggukkan kepalanya.
"Oh, yaudah. Lo bisa pergi sekarang," ujar Reynald.
"Tapi kak-"
"Kita lagi mau latihan. Kalau mau bahas itu mending nanti aja, gue lagi nggak punya waktu buat mikirin itu sekarang."
"O-oke kak."
***
"Gila-gila Lin, cowok lo parah banget sih. Apalagi kalau lagi keringetan gitu, duh hot banget deh!" ujar Diva heboh sendiri.
"Kata gue dia biasa aja deh," ujar Reyline.
"Ye meep. Gue kan becanda doang Lin,"
"Lin, lo kok diem aja sih itu cewek-cewek gatel pada ngeliatin cowok lo latihan basket? Ngeliatinnya juga sampe segitunya banget. Emangnya lo nggak marah apa?"
"Nggak sih Div, biasa aja gue. Lagian yakali gue kayak orang gila nutupin mata mereka satu persatu biar nggak bisa ngeliatin cowok gue. Lo sendiri gimana? Kan kak Leon juga ada di sana, diliatin banyak cewek," ujar Reyline sambil menunjuk lapangan basket menggunakan dagu nya.
"Ya..sebenarnya sama sih...biasa aja gue."
***
"Lo mau ke mana Lin?" tanya Diva.
"Ke lapangan basket. Mau ngasih ni minuman buat salah satu manusia di sana," jawab Reyline sambil tertawa kecil.
"Hadeh dasar bucin!"
"Yeu sirik aja deh mbak nya."
Sesampainya di pinggir lapangan, Reyline memilih untuk duduk di bangku yang ada di sana. Ia menyandarkan punggungnya sambil bersedekap dada. Sesekali ia tersenyum ketika melihat Reynald berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket. Kelihatannya Reynald masih belum menyadari keberadaannya di sini.
Saat Reynald berbalik, Reyline sengaja mengalihkan pandangannya dari Reynald. Barulah Reynald menyadari keberadaan gadisnya di sana.
"Udah lama duduk di sini?" tanya Reynald.
"Nggak sih, baru banget, ada kali 30 menit," sindir Reyline.
"Serius selama itu? Sorry sorry, gue terlalu fokus latihan tadi," ujar Reynald.
"Punya tisu nggak?" tanya Reynald.
"Nggak ada. Yaudah tunggu, aku ke kantin dulu beli tisu," jawab Reyline.
"Eh, nggak usah. Itu minuman di tangan kamu buat siapa?"
"Tadinya aku mau ngasih minuman ini buat kak Dimas sih. Cuma kayaknya kamu lebih butuh, yaudah ambil aja," ujar Reyline berbohong bahwa minuman itu ingin ia berikan kepada Dimas, lalu menyodorkan botol berisi air mineral tersebut.
"Nggak suka, nggak dingin minumannya!" tolak Reynald.
"Ih becanda kali, ya buat kamu lah emangnya buat siapa lagi," ujar Reyline, membuat Reynald tersenyum tipis.
Reynald meneguk minuman tersebut hingga tersisa setengah botol.
"Mending kamu balik ke kelas sana. Di sini panas, ntar gosong lagi cewe gue," ujar Reynald sambil mengelus tangan gadisnya yang putih mulus, membuat gadis itu menepuk pelan tangan Reynald.
"Yaudah, aku balik ke kelas ya. Kamu mau apa biar makin semangat latihannya?" tanya Reyline sambil menaikturunkan kedua alisnya. Reynald tersenyum miring, lalu ia melihat situasi sekeliling, saat dirasanya situasi sudah aman ia mengetuk-ngetuk pipinya menggunakan telunjuknya.
***