04: sembunyi

127K 13.9K 844
                                    

Jeje dan Rendi sudah berada dalam kelas,saat diperjalanan tadi Rendi terus menanyakan hubungannya dengan Leo bahkan saat ini Rendi masih terus menanyakan hal itu.

"Lo punya masalah ya sama kak Leo?"

Jeje menghela nafasnya panjang entah keberapa kalinya Jeje menghela nafas.

"Atau lo digangguin sama kak Leo?!" ucap Rendi dramatis sambil menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya.

Tak berselang lama suara riuh terdengar,terlihat gadis gadis yang sedang memekik karena melihat seseorang.

"K-kak Leo!" Ucap Rendi tergagap sambil menatap keberadaan Leo yang sedang berjalan di lorong depan kelasnya.

Sedangkan Jeje mencoba untuk menyembunyikan tubuhnya dari penglihatan Leo dengan cara menelusupkan tubuhnya dibawah kolong meja.

Leo sendiri kini sedang menghampiri bangku Jeje dan Rendi.

Rendi tersenyum paksa saat melihat Leo berjalan kearahnya diikuti pemuda lain yang mengikutinya dari belakang.

Leo menatap Rendi dingin dan tajam lalu beralih pada bangku Jeje dan Jeje yang berada dikolong mejanya.

Leo berjongkok untuk melihat pacarnya itu dan terlihatlah Jeje yang sedang meringkuk menyembunyikan wajahnya.

"Jeandra" panggilnya dengan suara berat dan menyeramkan namun tetap tampan.

Jeje menoleh dan mendapati wajah Leo yang sedang menatapnya,tatapan itu membuat Jeje menciut dan mau tak mau keluar dari ruang persembunyiannya.

"Ikut" ajak Leo sambil memegang lengan Jeje.

"K-kemana?" Tanya Jeje yang sudah gemetar ketakutan.

Memilih tak menjawab pertanyaan Jeje,Leo menyeret tubuh kecil Jeje melewati siswa maupun siswi yang menatapnya penuh bingung dan penasaran.
.
.
.
.
.
Bagas sedang berjalan kearah kelas Jeje dan Rendi lalu mendapati Jeje dan Leo sedang berjalan diikuti segerombol pemuda lain dibelakangnya.

"Bang Leo!" Sapanya.

Leo menghentikan langkahnya lalu menatap Bagas seakan bertanya 'apaan?'

"Lo mau kemana? Pakek segala gandeng gandengan lagi,eh muka lo kenapa dijelek jelekin Je?" Bagas menatap Jeje yang menampilkan wajah panik dan ketakutannya.

'Bego!' Batin Jeje mengumpat ketika melihat Bagas yang malah mencemooh bukannya menolong.

Tanpa menghiraukan perkataan Bagas,Leo kembali melangkahkan kakinya tanpa melepas genggamannya pada lengan Jeje.

Sedangkan Bagas mengendikkan bahunya acuh lalu kembali berjalan kekelas Rendi.

Sesampainya disana terlihat Rendi yang mengobrol lebih tepatnya menggibahi kejadian tadi bersama teman temannya.

"Ren" panggilnya pada Rendi.

Rendi menoleh tapi ia tak menghiraukan panggilan Bagas dan kembali berbicara dengan teman temannya.

Bagas mengernyit bingung 'kenapa nih bocah' ucapnya dalam hati.

"Rendi!" Panggil Bagas kedua kalinya tapi tetap tak dihiraukan oleh sang pemilik nama.

Siti yang sedang mengobrol dengan Rendi menoleh pada Bagas yang sedari tadi memanggil Rendi tapi tak dihiraukan olehnya lalu dirinya berinisiatif membantu Bagas.

"Ren! Dipanggil noh sama Bagas" ucapnya.

Rendi menghela nafas sebentar "biarin" sambungnya acuh.

Bagas yang tidak terima dicueki memilih memegang pundak Rendi dan memutar tubuhnya kasar.

"Lo kenapa?!"

Rendi yang mendapat perilaku kasar dari Bagas masih terkejut sambil menatap mata Bagas yang juga sama terkejutnya.

Bagas yang sadar akan hal itu terlihat panik "eh sakit ya? Sory Ren,elo sih dipanggil dari tadi malah nyuekin gue"

Rendi tidak menjawab ia memilih pergi dari ruangan kelasnya,entah kemana yang kemudian diikuti Bagas dari belakang.
.
.
.
.
Setelah kejadian seret menyeret antara Leo dan Jeje,kini kedua pemuda itu tengah berada dirooftop sekolah.

"Kenapa sembunyi?" Tanyanya datar,tidak seperti saat ditelfon kemarin malam.

Jeje menundukkan kepalanya,air matanya akan turun jika pemuda manis itu tidak menahannya.

"Jeandra!"

Jeje beringsut ketakutan,pertahanannya untuk tak menangis pun telah gugur ketika Leo meninggikan suaranya.

Leo menghela nafasnya panjang lalu ia mendekap tubuh kecil Jeje,dan seketika parfum bercampur bau rokok tercium di indra penciuman Jeje.

"Jangan sembunyi dari gue" ucap Leo sambil mengeratkan pelukannya.

Jeje masih terisak dalam dekapan Leo.

"Ngomong Jeandra,jangan diem aja"

"M-maaf hiks"

Leo terkekeh mendengar ucapan Jeje yang terkesan seperti anak kecil,suaranya sangat menggemaskan.

Leo melepas pelukannya lalu menatap Jeje yang masih menunduk.

Leo menuntun Jeje untuk menatap wajahnya,lalu ia mengusap air mata Jeje yang jatuh membasahi pipinya.

"Maaf udah ngebentak lo"

Leo kembali membawa Jeje kedalam pelukannya,namun Jeje yang bergerak tak nyaman membuatnya harus melepas pelukan tersebut.

"Kenapa?"

"L-lo bau rokok"

Leo mengernyitkan dahinya,membuat Jeje kembali ketakutan.

"Ga suka?"

Jeje mengangguk,ia sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Leo.

"Mulai sekarang lo harus terbiasa sama bau rokok,karna gue bakal terus peluk lo setiap hari"

Jeje mendongak menatap Leo,karena perbedaan tinggi mereka jadinya ia harus mendongak untuk melihat pemuda itu.

"Ga mau!" ucapnya sambil menggelengkan kepalanya brutal.

"Harus mau"

"Ga mau kak!"

"Harus mau jeandra!"

"Kalau gitu lo harus berhenti ngerokok kalau mau meluk gue!"

Leo menggigit pipi bagian dalamnya karena gemas akan tingkah laku Jeje,sedangkan Jeje sendiri terkejut akan perkataannya sendiri.

"Oke" ucap Leo pasti "udah sarapan?" Sambungnya.

Jeje mengangguk,wajah menggemaskan Jeje sukses membuat Leo tak tahan dan berakhir mencium pipi gembil Jeje.

Bagaimana tidak gemas? Kedua pipi Jeje yang memerah hingga telinga lalu kedua mata bulat berair itu dan juga jangan lupakan bibir merah yang mencebik lucu,siapapun akan melakukan hal yang sama seperti Leo.

"Kak!" Pekik Jeje yang menyadari perlakuan Leo.

Leo mengusak rambut hitam legam milik Jeje lalu ia kembali mengecup kedua pipi Jeje berulang kali.
________________

Tbc...

Gue suka tipe uke yang kiyowoknya sampe ubun ubun jadi jangan salahkan Jeje kalau suka bertingkah imut.

Vote+komen+follow!!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang