22: cup cup

92.6K 9.5K 388
                                    

Jeje mengedipkan matanya berulang kali melihat anak dan bapak yang entah kenapa.

Luke memutuskan tatapan sengitnya dari Leo ia menatap Jeje lembut.

"Jeandra?" Tanyanya yang dibalas anggukan kecil dari Jeje.

Luke terkekeh gemas melihat Jeje yang seperti seorang anak kecil,Leo sendiri sudah menatap waspada orang tua dihadapannya itu.

"Apa?"

"Keluar"

"Durhaka"

"Kak Leo ga boleh gitu sama papanya kak Leo sendiri,dosa" ucap Jeje memotong pembicaraan Luke dan Leo.

Leo menatap Jeje mengusap pucuk kepala bocah itu lalu tersenyum lembut padanya.

"Udah biasa kayak gini"

Luke menatap tajam putranya.

Sudah biasa?

"Ga! Dia bohong" ucap Luke memulai pembelaan.

"Jangan ikut campur"

"Kamu anak saya atau bukan? Kenapa sangat tidak sopan?"

"Bukan"

Luke menghela nafas jengah menghadapi putranya ini.

"Kamu disini dulu ya? Aku mau meeting sebentar,oke?"

Jeje mengangguk anggukkan kepalanya menyetujui permintaan Leo.

"Papa keluar" pinta Leo pada Luke yang malah tetap berdiri menatap Jeje.

Lagi dan lagi Luke menghela nafasnya,ia memutuskan untuk keluar dari ruangan putranya setelah mengusak rambut Jeje dan tersenyum pada pemuda 17 tahun itu.

Leo sendiri sedang kecolongan,papanya benar benar cepat hingga ia tidak sadar tangan orang yang memberinya nama mengusak rambut Jeje dan tersenyum lembut pada pemuda yang berstatus sebagai pacarnya itu.

Setelah kepergian Luke dari ruangannya Leo juga ikut keluar,ia meninggalkan Jeje untuk tidur di sofa itu.

Dan benar saja Jeje tidur lagi setelah tadi sudah tidur disekolah,dimobil,dan terakhir tidur di sofa yang sekarang kembali ia jadikan tempat tidur.
.
.
.
.
Hari ini Rio pulang ke apartemennya,Dana juga ikut,pemuda itu meminta Rio agar mengizinkannya untuk berada di apartemennya lebih tepatnya memaksa.

Dan disinilah mereka berdua,tidur diranjang yang sama dengan posisi Dana yang memeluk Rio,sebenarnya Rio sudah melarang tapi pemuda itu lagi lagi memaksanya untuk diam dan menurut.

Sudah sekitar 1 jam lebih mereka tidur dengan posisi itu,Rio sendiri sebenarnya juga menikmata pelukan nyaman yang Dana berikan.

Rio menguap,ia menatap Dana yang tidur disampingnya.

Jika bisa dibilang Dana salah satu orang tertampan didunia ini,rahang tegas,hidung bangir,kulit kuning langsat,rambut bewarna hitam agak coklat,dan juga yang paling Rio suka adalah kedua kelopak mata Dana yang sangat sempurna,rasanya sangat pas dengan rahang tegas milik teman seperbobrokannya itu.

Fokus menatap seluruh inci wajah Dana,Rio tidak menyadari pemuda yang memeluknya itu sudah terbangun dan sedang ikut memandang wajah pemuda berumur 18 tahun itu.

Cup

Dengan kesadaran yang penuh Dana dengan sengaja mengecup bibir merah merekah milik Rio,sedangkan empunya nampak terkejut dan membolakan kedua matanya.

"B-bangsat" umpatnya sambil tergagap.

Dana sendiri hanya tersenyum tanpa dosa,saat Rio ingin melepaskan tubuhnya dari pelukan Dana,pemuda itu malah mengeratkan pelukannya.

"Lepasin cok!"

"Diem!"

"Ga mau! Lo udah ngambil first kiss gue anjing!"

"Halah! Emang lo ga pernah cipokan sama cewek gitu?"

"GA PERNAH SAT!" Umpat Rio lagi,ludahnya menyembur tepat diwajah Dana.

Bukannya marah,pemuda itu malah memilih mencium kembali bibir Rio.

"Noh! Gue balikin!"

"Argghghh!! Ga gitu konsepnya sialan!"

Dana terkekeh,ia menatap wajah Rio yang memerah karena marah atau malu? Entahlah tapi pemuda itu nampak lebih imut dari pada biasanya.

"Bikin anak yok" ucap Dana tiba tiba,membuat Rio lagi lagi harus membulatkan kedua matanya karena kaget.

"Jauh jauh lo anjing! Lo udah ketularan suster di ru-" ucapan Rio terpotong karena Dana yang kini sudah menciumi lehernya.

"Akhh! Ga mau bangsat!"

Dana menyesap leher jenjang Rio,membuat tanda kepemilikan berwarna merah agak keunguan.

"Ahh" desah Rio.

Rio kaget dengan desahannya sendiri,ia bingung dengan suara yang ia keluarkan tadi.

Apa orientasinya sudah berubah?

"Anjirh udahan cok akhh!"

Dana menghentikan aksinya,ia menatap kissmark yang ia buat.

Sekitar 3 kissmark yang Dana buat dan ketiga kissmark tersebut sangat kontras dengan warna kulit Rio yang putih,sungguh ini pertama kalinya dana merasakan leher Rio yang malah terasa manis dan lembut,bahkan menurutnya rasanya lebih nikmat leher Rio dari pada leher gadis yang ia kencani.

"B-bajingan!" Umpat Rio lagi,tubuhnya begetar menahan tangis.

Yang Dana lakukan padanya sama saja dengan pelecehan bukan? Dana melakukan pelecehan padanya.

Dana menatap Rio yang tubuhnya bergetar,wajah pemuda itu memerah tapi juga ada raut wajah kecewa dan sedih didalamnya.

Dana yang menyadari itu langsung membekap tubuh Rio dalam pelukannya,Dana terbawa nafsu hingga ia melupakan ketakutan Rio.

"Maaf"

Rio sudah tidak tahan ia menangis didada bidang Dana,tangisannya bertambah keras saat mengingat kejadian tadi.

"Maaf" ucap Dana lagi.

"Hiks sialan!" Umpat Rio dengan tangis isakannya.

"Iya,gue emang bajingan sialan,udah jangan nangis,oke?"

Rio meremat kaos yang Dana kenakan,ingin rasanya Rio meremat jantung Dana saat ini,pemuda sialan ini benar benar membuatnya takut dan nikmat?

Rio berhenti menangis,ia mencoba untuk melepaskan pelukan Dana dari tubuhnya tapi tidak bisa karena,pemuda didepannya ini masih saja menahan tubuhnya.

"Lepasin!"

"Mau kemana emang lo?"

"Terserah gue lah mau kemana aja"

"Udahan dong marahnya,nanti gue traktir mie ayam dah! Gimana mau?"

"Lo traktir gue selama sebulan,baru gue mau maafin lo"

"Kalau gitu gue minta tambah"

"Dih apaan lo! Mau minta maaf apa mau ngajak gelud lo?"

"Kita bikin anak dulu baru gue traktir selama sebulan,gimana?"

Setelah mengatakan hal itu,Rio langsung memukul dada Dana sampai empunya dada meringis kesakitan.
________________

Tbc...

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang