51: ldk

61.9K 6.1K 241
                                    

Hari ini ldk untuk calon osis baru diselenggarakan, sesuai dengan jadwal yang osis berikan.

Rendi duduk dikursi panitia bersama Jeje dan Bagas, ketiganya sibuk mengabsen calon osis baru.

"Nama?" Tanya Rendi pada salah satu calon anggota osis yang baru.

Gadis yang ditanyai Rendi terdiam, ia malah menatap Bagas lekat.

Rendi memutar bola matanya malas, sudah 5 kali ia menemui adik kelasnya yang memilih melihat Bagas dari pada menjawab pertanyaannya.

Jeje menepuk bahu Rendi, menenangkan sahabatnya yang satu ini.

"Nama lo?" Tanya Rendi lagi, Rendi masih mencoba bersabar agar tak menuai emosi.

Gadis yang ia tanyai malah tetap menatap Bagas dan tidak menghiraukan ucapan Rendi.

Bagas tidak menyadari jika adik kelasnya menatapnya lekat, pemuda itu sedang sibuk menulis sesuatu diatas kertas.

Oh iya hampir lupa, kejadian diruang osis 2 hari yang lalu tidak terjadi, Bagas dan Rendi hanya melakukan ciuman panas karena saat itu Rendi melihat Siti yang mengintip keduanya lewat jendela kecil diatas pintu ruang osis.

Rendi tidak habis pikir bagaimana Siti bisa mengintip lewat jendela itu, mengingat jendela itu yang lebih tinggi dari pada tinggi tubuhnya.

"Woi lo budeg?!" Habis sudah kesabaran Rendi.

Bagas tersadar, ia menatap Rendi dan adik kelasnya.

"E-eh m-maaf kak" ucap gadis itu.

Jeje mengusap usap punggung Rendi, agar emosinya bisa turun.

"Sabar Ren" ucapnya.

Sedari tadi Bagas hanya menonton, enggan melerai atau menyabarkan emosi Rendi, pemuda itu masih kecewa karena kejadian 2 hari yang lalu.

Jeje mengambil alih absen, kini ia yang menanyai nama adik kelasnya.

Absen telah dilakukan dan acara selanjutnya yaitu upacara pembukaan.

Upacara pembukaan dilaksanakan selama kurang lebih 20 menit, setelahnya para calon anggota osis dipersilahkan untuk beristirahat sejenak.

Jeje merogoh sakunya, mengambil handphone yang ia kantongi.

Ia mencari nama Leo dilayar handphone itu.

Setelah ketemu, ia menghubungi manusia kesayangannya.

"Halo sayang? Gimana ldk nya? Kamu mau pulang? Mau dijemput?" Tanya Leo bertubi tubi, padahal Jeje dulu yang menghubungi.

Jeje menghela nafasnya.

Kemarin malam saat ia meminta ijin pada suaminya, terjadi sedikit drama yang membuatnya memijit pelipis karena pusing.

Leo sebenarnya tidak mengijinkan Jeje untuk mengikuti ldk dengan alasan Jeje yang baru saja bangun dari koma, bukan hanya itu Leo juga tidak mengijinkan Jeje dengan alasan pantat Jeje yang masih sakit dan berbagai alasan aneh lainnya yang pada akhirnya tetap membawa Jeje ikut dalam acara ldk ini.

"Apa sih?! Lebay!"

Terdengar hembusan nafas disebrang sana, membuat Jeje terkekeh sebentar.

"Kakak kangen"

"Ih! Kakak ketularan Bagas!"

Selain hembusan nafas, kekehan Leo juga terdengar dari benda pipih canggih milik Jeje.

"Pulang ya? Kakak jemput! Gimana? Mau?"

Jeje menutup panggilan teleponnya karena jengah mendengar perkataan Leo yang terus menyuruhnya pulang, padahal belum ada sehari Jeje berada disini.

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang