48: collab

80K 6.8K 447
                                    

Gerakan Jeje menjadi lebih gila, pemuda itu kini sedang menciumi leher Leo ganas.

Tangan Leo yang tak kunjung melakukan pergerakan, membuat Jeje frustasi.

"Jeandra!" Bentak Leo.

Emosi Leo tak lagi bisa ia kendalikan hingga berakhir dengan membentak Jeje.

Jeje berhenti, nafasnya masih belum bisa teratur, tapi isakan tangis mulai terdengar dalam pendengaran Leo.

"Hiks panash, jangan hiks marahinh Jeje" isaknya.

Leo menghela nafas panjang.

"Siapa yang ngasih obat?" Tanya Leo, ia sudah mengira jika Jeje meminum obat jahanam itu.

"Panas kak!" Bukannya menjawab, Jeje malah merengek pada suaminya ini, yang Jeje rasakan kali ini adalah haus, haus akan sentuhan.

Lagi lagi Leo menghela nafasnya panjang, ia membalik tubuh Jeje, kini suami kecilnya itu sedang berada dibawah kukungannya.

Leo mencium bibir Jeje, melumat bibir bawah dan atas Jeje perlahan.

Tapi, balasan yang Jeje berikan membuat ciuman yang awalnya pelan malah berakhir kasar.

Apalagi, Leo yang tadinya ingin melakukannya lembut kini malah ikut bermain kasar dan sedikit menuntut.

Leo melesakkan lidahnya kedalam mulut Jeje, kembali menyapa rongga mulut yang sudah beberapa hari ini jarang ia jamah.

Leo bermain dengan lidah Jeje, menyesap daging itu kuat hingga membuat empunya melenguh panjang.

Leo merasakan tepukan dibahunya, ia melepaskan ciuman yang ia berikan setelah menyadari Jeje kehabisan nafas.

Nafasnya tersenggal senggal, tapi belum sempat Jeje bernafas secara normal, Leo malah memberikan ciuman pada lehernya, membuat tanda kepemilikan di area itu.

Jeje meremat rambut hitam legam milik Leo untuk menyalurkan nikmat yang sedang ia rasakan.

Ciuman Leo turun kedada Jeje, menemui dua nipel imut milik kesayangannya ini.

Leo menyesap salah satu nipel Jeje seolah olah akan ada sesuatu yang keluar dari dalam sana, sedangkan bagian yang belum terjamah menjadi sasaran tangan Leo.

"Eughh! Ahh!"

Setelah membuat banyak sekali tanda kepemilikan dileher hingga dada Jeje, Leo turun kebawah membuka celana piyama Jeje dan dalaman yang Jeje pakai.

Ini kedua kalinya Leo melihat kejantanan milik Jeje, penis kecil itu selalu terlihat lucu dimatanya.

Jeje menarik tangan Leo agar segera mengolah miliknya yang sudah tegang dibawah sana.

Entah siapapun yang memberi Jeje obat, Leo sangat berterimakasih, ia bersyukur bisa melihat suaminya ini menjadi binal.

Leo menaik turunkan milik Jeje membuat empunya mendesah kenikmatan.

"Ahh hiks Kak! Eumhh eunghh hiks ahh"

Libido Leo naik secara pesat mendengar desahan Jeje yang bercampur dengan isakan tangis.

Jeje menangis karena merasakan nikmat.

Leo menghentikan aktivitasnya, membuat Jeje menatapnya sendu seolah meminta sentuhan.

"Kenapa hiks berhenti?" Tanya Jeje masih dengan isakan tangisnya.

"Leo, bukan kak" pinta Leo, pemuda itu meminta Jeje memanggil namanya saat mendesah.

Jeje terdiam lalu seperkian detiknya ia mengangguk setuju.

Leo tersenyum miring, ia memasukkan penis Jeje kedalam mulutnya, mengulang kembali adegan beberapa hari lalu.

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang