11: apartemen

107K 10.6K 237
                                    

Jeje dan Leo kini sudah berada didalam perjalanan menuju rumah Jeje.

Sedari tadi Jeje hanya diam terkadang air matanya turun dengan perlahan.

Sadar atau tidak tetapi Leo tidak membawa Jeje kearah rumahnya,entah kemana pemuda itu akan membawa Jeje.

Sudah lebih sekitar 20 menit tapi Jeje maupun Leo tidak membuka pembicaraan,sebenarnya sedari tadi Jeje sadar jika sekarang Leo sedang tidak membawanya pulang kerumah.

Motor Leo berhenti disebuah gedung apartemen mewah.

"Turun" ucap Leo dengan nada tegasnya.

Jeje menurut ia turun dari motor Leo,menatap sekeliling mencoba mengenali area tersebut.

Leo menarik lengan Jeje masuk kedalam gedung apartemen.

Jeje ingin bertanya tapi ia sedang kesal dengan Leo jadi Jeje mengurungkan niatnya tersebut.

Leo dan Jeje kini sudah berada didepan pintu apartemen,Leo memencet beberapa angka untuk masuk kedalam apartemen tersebut.

Leo melepaskan genggamannya pada Jeje,meninggalkan Jeje sedangkan dirinya sendiri masuk kedalam kamarnya lalu menutup kamar tersebut.

Jeje mengerutkan dahinya,bingung dengan perlakuan Leo.

"Terus gue disuruh ngapain anjir?!" Umpatnya.

Menghela nafas panjang,Jeje memutuskan untuk duduk disalah satu sofa yang menghadap langsung kedepan tv.

Sekitar setengah jam Jeje menunggu hingga akhirnya ia memilih tidur disofa panjang itu.

Ceklek

Leo membuka pintu kamarnya,melihat kearah sofa yang disana sudah ada Jeje yang tertidur pulas.

Leo mendekat kearah sofa,lalu mengusap pipi Jeje dan mengecupnya singkat.

Tubuhnya sudah akan berdiri namun ditahan oleh seonggok manusia manis didepannya itu.

Leo menatap Jeje yang kini sudah membuka matanya.

Jeje mendudukkan tubuhnya disofa,mendongak menatap Leo yang malah ikut terdiam.

"Gue disuruh ngapain disini?" Tanya Jeje.

Leo tersenyum tipis mendengar ucapan Jeje,sebenarnya Leo meninggalkan Jeje karena dirinya sedang terlalu kesal,Leo takut jika ia emosi maka akan berakhir dengan menyakiti Jeje.

Leo yang terdiam sambil menatapnya,membuat Jeje gugup.

"M-maaf"

Leo mengamati Jeje yang kini berkali lipat lebih menggemaskan dari pada hari hari biasanya.

Tangan Jeje tiba tiba saja menengadah,sedangkan Leo menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kotak p3k"

"Buat apa?" Akhirnya setelah sekian lama Leo membuka suaranya.

"Buat lo"

Leo mengusak rambut hitam sang pacar,lalu ikut duduk disofa dan langsung memeluk tubuh Jeje.

"Maaf,gue salah" ucap Leo yang malah membuat Jeje menangis.

Untuk pertama kalinya Leo merasakan Jeje membalas pelukannya menyembunyikan wajah menggemaskan itu tepat didada bidangnya.

Leo melepaskan pelukannya menatap wajah Jeje yang memerah hingga telinga dengan mata bulat berairnya.

Menangkup kedua pipi gembil milik Jeje lalu menuntun bibirnya bertemu dengan belah bibir Jeje.

Jeje sedikit terkejut,mata bulatnya terbuka lebar karena merasakan lumatan pada ciumannya kali ini.

Merasakan bibir Leo yang melumat bibir atas dan bawahnya secara bergantian,sensasi ini baru Jeje rasakan setelah 17 tahun hidup didunia.

Lidah Leo masuk kedalam mulut Jeje,menyapa rongga mulut dan retetan gigi Jeje.

"Eumh.."

Merasa kehabisan nafas Jeje memukul pelan pundak Leo.

Suara nafas tidak teratur Jeje terdengar jelas dalam pendengaran Leo,pemuda itu mengusap bibir Jeje yang kini sudah mengkilat karena air liur keduanya.

Leo kembali membawa Jeje dalam pelukannya mengusap usap punggung Jeje yang kini sedang sibuk mengatur nafas.

Keadaan kembali hening,Jeje melepaskan pelukan Leo dari tubuhnya lalu beralih menatap wajah Leo yang tepat berada didepan wajahnya.

Luka lebam didekat ujung bibirnya lalu pelipis yang berdarah,namun darahnya sudah kering.

"Mana?"

"Hm? Apanya?"

"Kotak p3k"

Leo kembali mengusak rambut hitam legam milik Jeje,lalu dirinya beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak p3k disalah satu laci meja,lalu dirinya menyerahkan kotak tersebut pada Jeje.

Jeje menerima kotak p3k yang diserahkan padanya,lalu ia mulai mengobati luka luka Leo.

"Lo kenapa?" Tanya Jeje memecah keheningan.

"Ga papa"

Karena kesal Jeje menekan luka lebam Leo dengan kuat,namun yang didapatnya bukanlah suara ringisan Leo tapi kecupan dibibirnya.

"Kak!" Pekik Jeje kesal.

"Ga usah cemberut kalau ga mau dicium"

Ya,tadi Jeje tidak sengaja mengerucutkan bibirnya karena kesal,membuat Leo tidak tahan dan berakhir mengecup bibir pemuda itu.

Tiba tiba saja Leo menarik tubuh Jeje lalu menggendongnya ala koala.

"Tidur,udah malem" ucapnya.

Jeje menoleh kearah jam dinding yang terpasang disalah satu dinding dalam apartemen Leo.

Masih jam setengah 7 malam tapi Leo sudah menyuruhnya tidur?

Leo merebahkan tubuh Jeje diatas ranjangnya,membuka sepatu Jeje yang masih belum lepas dari kaki pemuda manis itu.

"Tapi masih jam setengah 7"

Leo tidak mendengarkan protesan Jeje ia kini sedang sibuk merebahkan tubuhnya disamping tubuh Jeje lalu menarik selimut sebatas dada dan memeluk tubuh Jeje erat.

"Kak" panggil Jeje.

"Tidur"

"Ga bisa kak"

Leo membuka matanya menatap Jeje yang kini malah mengalihkan pandangannya kearah berlawanan.

"Kenapa ga bisa?"

"G-gue belum mandi"

"Udah malem,ga usah mandi"

"Ga mau"

"Jeandra!"

"Gue ga bisa tidur kalau belum mandi"

Leo menghela nafasnya lalu ia mengangguk mengiyakan permintaan Jeje.

Jeje dengan segera masuk kekamar mandi Leo setelah meminta ijin pada sang pemilik.

Terdengar suara gemericik air dalam kamar mandi menandakan jika Jeje sudah memulai ritualnya.

Leo kini sedang mencari baju untuk pacarnya,mengambil sebuah hodie berwarna hitam dengan celana panjang berwarna senada dengan hodie tersebut.

"KAK!" Teriak Jeje dalam kamar mandi.

"Kenapa?"

"GUE PAKEK BAJU LO APA PAKEK SERAGAM LAGI?"

Leo melangkah masuk kedalam kamar mandi membuat Jeje terkejut dan spontan berbalik menutupi tubuhnya.
_____________________

Tbc...

Halo semua! Besok gue ga bisa up karena besok abang gue nikah jadi hari ini gue double up kemungkinan bakal up lagi sabtu atau minggu pas lagi buka puasa,juga buat kalian yang bentar lagi bakal puasa tetep semangat ya!

Oke gitu aja sih.

Bay!!

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang