18: Rendi uke

89.8K 9.4K 366
                                    

Jeje melihat Leo dan Ania yang sedang sangat asik mengobrol atau mungkin hanya Ania saja karena Leo nampak tidak perduli dengan obrolan itu.

Jika semua laki laki ingin menarik perhatian Ania maka berbanding terbalik dengan Leo yang enggan menatap gadis itu walaupun hanya sekejap.

Tapi hari ini sangat berbeda,Leo bahkan membiarkan Ania memegang lengannya dan menungguinya berbicara.

Tak sampai disitu saja,bahkan Ania sudah memeluk tubuh tegap Leo dan Leo juga masih membiarkannya.

Rasanya Jeje ingin sekali menghampiri Ania menarik tubuhnya dari tubuh Leo,Jeje juga ingin membanting tubuh Leo yang hanya pasrah mendapat pelukan dari wanita buaya itu.

Memilih abai,Jeje melanjutkan langkahnya ke ruang osis dengan jalan memutar.

Jeje melewati jalan memutar karena dirinya yang enggan bertemu dengan kakak kelasnya itu.
.
.
.
.
Disisi lain Rendi kini sudah duduk di bangku perpustakaan,karena Pak yanto yang menghubunginya untuk menunggu di perpustakaan.

Bimbingan ini dilaksanakan dihari ini karena tidak ada kegiatan pembelajaran dan juga karena lomba yang tidak terlalu berat maka akhirnya Pak yanto memutuskan untuk memberikan bimbingan ini.

Sekitar 5 menit,Pak yanto juga Bagas sudah sampai di perpustakaan dengan berjalan beriringan.

"Kamu udah lama nunggu Ren?" Tanya Pak yanto.

"Ga pak" jawab Rendi singkat,moodnya sedang tidak mendukung untuk mengatakan banyak hal.

Bagas menatap Rendi lama dia merasa rindu dengan pemuda yang satu ini,tapi sayangnya rasa rindu itu tidak besar dibanding rasa kecewanya pada Rendi.

"Ayo duduk Gas! Kamu mau berdiri disitu mulu? Ga capek?"

Bagas hanya mengangguk ia duduk disebelah Rendi menghadap kearah Pak yanto dan setelahnya Pak yanto langsung memulai bimbingannya.

Sekitar setengah jam Pak yanto menerangkan beberapa hal mengenai materi olimpiade dan selama itu juga Bagas maupun Rendi enggan berbicara,jika Pak yanto bertanya maka mereka hanya akan mengangguk atau menggeleng.

"Saya tinggal dulu ya? Saya ada keperluan bentar kalian bisa mulai mengerjakan soal soal yang saya berikan tadi"

Bagas dan Rendi mengangguk sebagai jawaban,sebenarnya dalam lubuk hati Pak yanto dia juga jengah dengan tingkah kedua anak muridnya itu.

Pak yanto keluar dari perpustakaan dan tersisalah Bagas juga Rendi yang sibuk mengerjakan soal soal yang Pak yanto berikan untuk mereka.

Keadaan perpustakaan juga tidak terlalu ramai,anak anak ambis sedang libur mempelajari tumpukan buku di perpustakaan,mungkin ada beberapa hanya 1 atau 2 murid ambis didalam perpustakaan itu,penjaga perpustakaan sedang tidak berada didalam perpustakaan.

"Gue kecewa sama lo" ucap Bagas memecah keheningan.

Rendi menoleh kearah Bagas,ia menatap Bagas dengan pandangan sendu.

"Gue tau lo juga suka sama gue tapi cuman karena kata 'kita sama sama cowok' lo langsung lupain perasaan lo ke gue,lo egois karna lo ga perduliin perasaan gue,lo orang tertolol yang pernah gue kenal"

Rendi terdiam mendengarkan pernyataan Bagas,yang kenyataannya memang benar.

Rendi egois karena tidak memperdulikan perasaan Bagas hanya karena malu dengan status hubungan sesama jenis.

Ya,Rendi malu jika banyak yang akan mengetahui jika dirinya seorang gay nantinya,dulu ia pernah mengatakan pada teman temannya tidak akan menjadi seorang gay karena saat itu ia melihat pasangan sesama jenis dan menganggapnya sebuah hal yang salah,mungkin karena itu juga Rendi menolak ajakan Bagas untuk menjadi pacarnya.

"Lo cemburu tapi ga mau ngungkapin hal itu dan lo cuman bisa nangis doang! Lo ngehindarin gue dan ga mau minta maaf ke gue? Hah... dan yang gue liat tadi pagi bener bener bikin kecewa! Lo ngelampiasin semua kekesalan lo itu sama cewek manja yang ga tau asal usul nya dari mana!"

Bagas terus berbicara tanpa menatap Rendi,sedari tadi dia terus menulis dan berkutat dengan buku buku yang ada didepannya.

"Gas,lo dengerin gue du-"

"Semuanya udah gue kerjain,gue mau ngurus lomba,tolong bilangin sama Pak yanto" potong Bagas sambil membereskan buku bukunya.

Sedangkan Rendi,mata pemuda itu sudah berair menahan tangis bahkan tubuhnya sudah bergetar.

"Bagas~ hiks" ucap Rendi dengan tangisannya yang sudah pecah karena mendengar ucapan Bagas.

Akhirnya Bagas menoleh kearah Rendi yang kini sudah menangis,tubuh bergetar menahan isakan,kepala menunduk,dan tangan yang meremat celananya sendiri.

Bagas menghela nafas,ia kembali duduk dibangku yang tadi hendak ia tinggalkan.

Membawa Rendi dalam pelukannya dan mengelus elus punggung bergetar Rendi.

"Maafin gue hiks! G-gue hiks salah" ucap Rendi yang kini sudah menyembunyikan kepalanya di dada bidang Bagas.

Bagas hanya mengangguk dan memeluk erat tubuh Rendi.

Cukup lama mereka berpelukan dan tangisan Rendi juga sudah mereda,Rendi melepaskan pelukan itu,ia mengusap bekas tangisannya lalu menatap Bagas kesal.

"Tapi lo juga bikin gue kecewa!" Ucap Rendi sambil menatap Bagas nyalang.

"Kenapa bisa?"

"Tangan lo yang ngusap punggung gue,udah lo pakek buat megang kepala cewek gatelan yang ada dikantin kemaren!"

Bagas terkekeh mendengar ucapan Rendi,kemarin Bagas memang sengaja mengusak rambut salah satu gadis dikantin untuk mengetahui apakah Rendi akan cemburu atau tidak dan kenyataannya Rendi cemburu bahkan pemuda itu juga menangis.

Ya,Bagas mengikuti Rendi setelah keluar dari kantin dan berakhirlah dengan dirinya yang melihat Rendi menelusupkan kepalanya dikedua lengan yang bertumpu dimeja lalu kemudian ia melihat Rendi menangis cukup lama.

"Gas! Gue ga lagi bercanda ya! Ngapain lo megang megang pala tuh cewek? Lo sebenernya ga suka kan sama gue?"

Mendengar perkaaan Rendi Bagas langsung mengubah mimik wajahnya menjadi serius.

"Ngomong gitu lagi gue cipok lo!"

Rendi terdiam dengan bibir yang mengerucut lucu.

Bagas menghela nafasnya panjang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rendi.

"Gue mau ngetes lo! Lo beneran suka sama gue apa nggak" jelas Bagas.

"Ngapain lo ngetes gue? Lo ga percaya sama gue?"

Bagas mengelus dadanya menahan sabar menghadapi uke yang satu ini.
__________________

Tbc...

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang