33: belum sah

82.1K 8.7K 543
                                    

Kali ini Rendi sedang berada dirumah Bagas.

Sebelum menginjakkan kakinya di rumah Bagas,Rendi dibuat tertegun dengan harta yang keluarga Bagas punya.

Rumah atau lebih tepatnya mansion megah ini membuat Rendi benar benar dibuat kagum.

Jika mengingat bagaimana sikap Bagas padanya Rendi tidak menyangka jika keluarga Bagas bisa sekaya ini.

Saat masuk,banyak sekali pelayan berseragam maid sudah berjejer rapi,mereka semua menunduk seakan akan Bagas adalah seorang raja disebuah kerajaan.

Apalagi sikap Bagas yang malah berubah 360 derajat membuat Rendi dibuat lebih terkagum kagum.

"Selamat malam tuan muda" ucap salah satu maid sambil menunduk.

Kalian pernah mendengar jika ada orang yang bila bersama teman maka akan berubah menjadi ekstrovet jika bersama saudara atau orang asing akan menjadi introvet dan saat inilah yang Rendi lihat dari sikap Bagas.

Bagas membawa Rendi masuk kedalam ruang keluarga,disana terlihat kedua orang tua Bagas dan seorang pemuda tengah asik menonton tv.

"Mama" panggil Bagas.

Yang dipanggil mama oleh Bagas menoleh.

Sekali lagi Rendi dibuat kagum,wajah mama Bagas sangat cantik.

Tidak,bukan hanya mama Bagas tapi sepertinya orang yang berada dalam satu ruangan ini mempunyai visual yang tinggi.

Bagas menghampiri keluarganya dengan membawa Rendi yang saat ini tangannya ia genggam.

"Dia Rendi,pacar Bagas"

Rendi sudah akan mengira jika keluarga Bagas akan menampar putra mereka tapi apa ini? Mereka semua malah bersikap biasa seakan bertanya 'terus kenapa?' Mereka terlihat acuh dan bodo amat.

"Terus? Mau diapain?" Tanya pemuda yang tak lain adalah kakak Bagas.

"Brian" tegur mama Bagas.

"Huh! Lo iri kan sama gue,gara gara gue udah ga jomblo lagi!"

Muncul lagi sifat bobrok Bagas.

"Dih! Najis!"

"Kapan mau nikah?" Pertanyaan itu tiba tiba muncul dari belah bibir papa Bagas,sampai sampai Rendi dibuat terkejut dengan pertanyaan tersebut.

"Brian harus nikah dulu pa! Kalau Bagas dulu itu namanya ngelangkahin saudara sendiri! Mana boleh!"

"Emang sejak kapan lo jadi saudara gue?"

"Sejak emak lo ngelahirin gue sama lo tolol!"

Astaga ternyata bukan hanya Bagas yang gila ternyata kakaknya juga gila.

"Ga peduli! Bagas mau nikah sama Rendi kalau Bagas udah dapet restu dari keluarga Rendi"

"Rendi,kenapa diem aja?" Tanya mama Bagas lembut,sedari tadi ia melihat Rendi yang hanya diam tak berkutik.

Rendi dibuat gugup,ia tersenyum kikuk saat mama Bagas menyuruhnya untuk duduk disamping wanita paruh baya itu.

"Kamu siap nikah sama Bagas?" Kini papa Bagas kembali bertanya pada Rendi.

Rendi mengangguk malu malu,dirinya siap saja jika harus menikah dengan orang yang ia cintai,toh Bagas juga orang yang baik.

Seluruh anggota keluarga terdiam,namun sedetik berikutnya mereka tertawa bersamaan,wajah imut Rendi membuat keluarga itu dibuat gemas.

"Lo nikah sama gue aja,jangan sama ni orang"

Setelah Brian mengatakan hal itu terjadilah aksi bacot dan baku hantam antara adik dan kakak,yang kemudian kedua orang tua Bagas mengajak Rendi keluar menghindari anak anak freaknya itu.
.
.
.
.
Kini beralih pada pasangan yang sedang dimabuk asmara,Leo dan Jeje.

Leo memutuskan untuk menginap dirumah Jeje,karena syarat yang Jeje berikan tentang dirinya yang tidak boleh meninggalkan kekasih kecilnya itu.

Keduanya tengah berbaring diranjang empuk Jeje,Leo yang asik mengusap kepala Jeje dan Jeje yang asik mengendus aroma tubuh Leo.

"Lo udah ga ngerokok kan kak?" Tanya Jeje,karena sudah lama ia tidak merasakan aroma tubuh Leo yang bercampur bau rokok.

Nada bicara Jeje masih ketus,tak semudah itu ia akan memaafkan Leo,dia harus membuat Leo kapok agar tak lagi menuruti permintaan si medusa itu.

"Udah enggak"

Jeje mengangguk,ia kembali mengeratkan pelukannya dan menyimpan kepalanya didada bidang Leo.

Suara ponsel Leo berbunyi diatas nakas dekat ranjang Jeje.

Leo mengambil benda pipih itu lalu menatap layar ponselnya yang menampilkan kontak yang ia beri nama Diana disana.

Leo memberikan ponselnya kepada Jeje,yang kemudian langsung diterima oleh pemuda cantik itu.

"Halo?" Ucap Jeje ketus.

"Eh- ini siapa? Leo mana?"

"Ngapain lo nelpon laki gue?! Mau minta ditampol?!"

Leo menahan tawanya,wajah imut Jeje bertambah imut saat ia sedang marah.

"Ini... Jeandra?"

"Bacot! Cepetan kenapa?!"

Tut

Suara sambungan telepon ditutup Jeje mengernyit tidak mengerti,ia kemudian membuang ponsel Leo kesembarang arah.

"Dia nelpon lo tiap malem kan?"

Leo mengangguk jujur,Diana memang menelponnya setiap malam,entah itu sekedar mengatakan selamat malam atau berbasa basi tidak bisa tidur.

"Gue ubah syarat gue,gue minta lo musnahin tuh nenek lampir!"

Setelah keberadaan Diana maupun Ania,Jeje berubah,pemuda itu lebih mengenal kosa kata yang bernada sarkas dan tajam dalam pendengaran.

Leo menghela nafasnya sebentar,ia mengambil ponsel miliknya yang kini bagian layarnya sedikit retak dan kemudian pemuda itu memblokir nomor Diana.

"Nomornya dulu yang dimusnahin,orangnya nanti,oke?"

Jeje mengangguk,sudah cukup puas ia melihat Leo melakukan tindakan itu.

Hening melanda antara keduanya,tidak ada kata yang terucap dari bibir Jeje maupun Leo.

Sampai akhirnya Jeje angkat bicara,tapi hal itu membuat Leo terkejut sekaligus senang.

"Gue pengen cium" ucap Jeje sambil mendongakkan kepalanya minta dicium.

Leo mengulum senyumannya,ia menangkup kedua pipi Jeje lalu mempersempit jarak antara keduanya hingga tinggal beberapa detik lagi keduanya akan berciuman jika saja pintu kamar Jeje tidak diketuk mungkin Leo sudah akan membuat bibir Jeje bengkak.

Tok

Tok

Tok

"Jeandra! Kamu jangan kawin dulu nak! Kalian belum sah!" Teriak Jaya disela sela ketukan pintu yang brutal.

Jaya baru sampai dirumahnya seusai bekerja,tapi ia dikejutkan dengan keberadaan mobil mewah Leo yang terparkir dipekarangan rumahnya,saat ditanya dimana Leo,Dira menjawab jika Leo dan Jeje sedang tidur dikamar.

Sontak hal itu langsung membuat Jaya panik dan langsung berlari menghampiri kamar Jeje.
____________

Tbc...

Udah mau tamat.

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang