Leo terbangun dari tidurnya,berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang menusuk penglihatannya.
Leo menatap seonggok manusia yang masih terlelap dalam dekapannya,mulutnya sedikit terbuka dengan dengkuran halus dan nafas teratur yang keluar dari mulutnya.
Leo mengeratkan pelukannya pada tubuh Jeje,sedikit terkejut karena ia bisa merasakan kulit pinggang Jeje yang bersentuhan langsung dengan telapak tangannya.
Dan benar saja,ketika Leo membuka selimut terlihatlah paha dan juga perut Jeje yang terekspos karena hodie yang Jeje pakai menyingkap hampir memperlihatkan kedua niple pemuda itu.
Untungnya Jeje masih memakai boxer hingga aset milik Jeje tak ikut terlihat.
Meneguk ludahnya kasar,Leo mencoba menghilangkan pikiran kotornya dengan menurunkan hodie Jeje agar menutupi perut dan pahanya.
"Eungh.." lenguhan tersebut keluar dari mulut Jeje karena merasa tidurnya terganggu namun sedetik kemudian ia kembali terlelap dalam tidurnya.
Sepertinya setelah ini Leo harus bergegas pergi kekamar mandi karena junior miliknya malah ikut terbangun dipagi ini.
Leo melepaskan pelukannya ditubuh Jeje lalu dirinya bergegas pergi kedalam kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya.
.
.
.
.
Hari ini Bagas datang lebih awal kesekolah karena banyak tugas yang harus ia kerjakan,mengingat kegiatan classmeet disekolah yang akan diadakan mulai besok."Ratih!" Panggil Bagas pada Ratih si sekertaris osis.
"Napa Gas?"
"Lo udah bikin laporan acara ga?"
"Oh udah,tinggal diprint aja kenapa?"
"Kirim ke gue,biar gue aja yang ngeprint"
"Oh oke"
Bagas mengangguk mendengar ucapan Ratih,saat ini dia sedang berada diparkiran karena Ratih yang posisinya berada di parkiran.
Bagas hendak meninggalkan parkiran tersebut tapi ia urungkan saat melihat Rendi yang sedang mengobrol dengan seorang gadis sambil bercanda ria.
Bagas juga melihat tangan Rendi yang digenggam erat oleh gadis tersebut,sontak hal itu memicu kecemburuan dari benak Bagas apalagi saat Rendi dan gadis tersebut saling berpelukan di tempat umum itu.
Bagas tidak tau jika Rendi sudah datang sepagi ini apalagi datang dengan gadis itu.
Bagas menghampiri Rendi dengan nafas memburu tanda dia sedang marah.
"Rendi!" Panggil Bagas sambil menatap tajam pemuda berumur 17 tahun itu.
Rendi menolehkan kepalanya mendapati Bagas yang menatapnya dengan raut wajah yang menyeramkan.
Tanpa aba aba Bagas menarik Rendi menjauh dari gadis yang tadi bersama Rendi,membawa pemuda itu kedalam ruang osis yang masih sepi.
"Apa-apaan sih Gas?! Sakit tau!"
Rendi mengelus pergelangan tangannya yang tadi ditarik kasar oleh Bagas.
"Dia siapa?" Tanya Bagas dengan nada dinginnya.
Rendi tidak menghiraukan ucapan Bagas ia masih sibuk mengelus pergelangan tangannya yang terlihat memerah.
"Siapa?!" Bentak Bagas,membuat Rendi sedikit terkejut.
"Apaan sih lo?"
"Gue nanya dia siapa Rendi! Tinggal jawab gitu aja apa susahnya sih?!!"
"Lagian kalau dia temen gue kek pacar gue kek sodara gue kek kan bukan urusan elo"
"Semua hal yang bersangkutan sama lo itu urusan gue"
"Dih! Emang lo siapa?"
Bagas terdiam,memang diantara keduanya tidak ada status hubungan yang jelas selain teman.
"Ga bisa jawab kan lo?"
Rendi mendengus sebal,sungguh tangannya masih sakit karena Bagas yang menyeretnya dengan kasar.
"Ayok pacaran!" Ucap Bagas spontan membuat Rendi ngebug mencoba menelan ucapan Bagas tadi.
"Lo gila ya?!" Umpat Rendi kesal.
"Gue ga gila" jawab Bagas yang nada bicaranya kembali dingin.
"Lo udah gila! Kita cowok sat! COWOK!"
"Jeje sama bang Leo juga cowok tapi mereka pacaran!"
"Si Jeje kan kepaksa pacaran sama kak Leo"
"Terus apa bedanya? sama aja pacaran kan?"
"Ga gue ga mau pacaran sama lo! Ga waras kali lo!"
Bagas mengepalkan kedua tangannya "kenapa?"
"Lo masih nanya kenapa?! Gas! Dengerin gue,gue ini straight gue masih lurus,gue masih suka sama yang punya dada gede bukan yang punya batang! Gue normal Gas!"
"Jadi lo mau bilang gue ga normal gitu?"
"Kan emang lo ga normal,ngajakin gue pacaran sama elo yang notabenenya kita sama sama cowok"
"Oh"
Setelah mengatakan kata 'oh' Bagas langsung meninggalkan Rendi yang kini sedang dibuat bingung dengan tingkah laku Bagas.
Apa Rendi sudah melukai perasaan Bagas dengan mengatakan jika dirinya tidak normal?
Rendi menggigit bibir bawahnya menyesal karena sudah mengatakan hal itu pada Bagas.
"Tapi kan dia emang ga normal bangsat!!" Umpatnya.
.
.
.
.
Jeje terbangun dari tidurnya,melihat ruangan yang terlihat asing untuknya membuat pemuda itu spontan bangun dengan posisi duduk."Kamar siapa nih?!" Ucapnya heboh.
Jeje menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan betapa terkejutnya ia melihat keadaannya yang sedikit ambigu jika dipikirkan dengan sisi negatif.
Ceklek
Suara pintu dari arah kamar mandi dibuka menampilkan Leo yang sedang bertelanjang dada dengan handuk yang melilit diarea pinggangnya.
Dan seketika Jeje ingat,jika dirinya semalam menginap diapartemen Leo.
Jeje mebuang wajahnya kesembarang arah agar tak melihat perut sixpack Leo yang seakan terpampang jelas didepan matanya.
Leo sendiri sedang dibuat gemas dengan tingkah malu malu Jeje.
"Udah bangun?" Tanya Leo pada Jeje yang sedang membelakanginya.
"Hm" dan deheman singkat lah yang didapat Leo.
"Kenapa?"
"Ga papa"
Leo terkekeh melihat pemandangan Jeje yang enggan melihat dirinya.
"Jeandra?"
Jeje kembali berdehem menjawab panggilan Leo.
"Liat sini dong"
Jeje berjengit kaget saat Leo duduk diranjang,kemudian Leo menuntun Jeje untuk menghadap kearahnya.
"Lo kenapa?" Tanya Leo saat melihat wajah memerah Jeje dan wajah tertekan Jeje yang imut.
"Ga kenapa kenapa"
Leo tersenyum miring,ia akan menjahili Jeje kali ini.
"Kalau mau pegang bilang aja,ini semua bakal jadi punya lo kok" ucap Leo sambil mengarahkan tangan Jeje untuk memegang perut sixpack-nya.
"L-lo kek p-pedofil" ucap Jeje gugup dan seketika Leo tertawa lepas.
____________________Tbc...
Gimana puasanya? Lancar?
Vote+komen+follow!
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKEL||END
Teen FictionJeje yang ga sengaja nyium bibir kakak kelas yang dicap sebagai bad boy sekolah harus rela berurusan dengannya sekaligus menjadi pacar dadakannya. Warn! cerita bl/homo/gay kata lainnya cowok sama cowok