09: Leoseksual

128K 10.9K 333
                                    

Jeje bangun dari tidurnya,menatap jam dinding yang terpasang dikamarnya menunjukkan pukul 6 pagi.

Menguap panjang lalu Jeje memutuskan untuk segera bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi.

Setelah dirasa cukup ia keluar kamar mandi untuk berganti pakaian,tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat Leo yang duduk diranjangnya sambil memainkan ponsel miliknya.

"Kak Leo?"

Leo menolehkan wajahnya menatap Jeje yang hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya,Leo kembali teringat dengan tubuh Jeje tadi malam.

Jeje yang menyadari tatapan Leo segera menutup bagian dadanya menggunakan kedua tangannya.

"Lo ngapain pagi pagi kesini?!" Tanya Jeje sambil ngegas.

"Jemput lo" ucap Leo yang nada suaranya masih terdengar menyeramkan seperti malam tadi.

"O-oh" entah kenapa Jeje malah gugup sekarang bahkan ia enggan menatap wajah Leo.

Jeje berjalan menuju lemarinya lalu mengambil seragam dan kembali lagi kekamar mandi untuk berganti pakaian.

Tak menunggu lama Jeje keluar dari kamar mandi menggunakan seragamnya,Leo juga masih tetap berada ditempatnya.

Jeje benar benar merasa bersalah,lalu dirinya duduk disamping pemuda yang dicap bad boy tersebut.

"M-maaf" ucapnya yang masih terdengar gugup.

Leo menolehkan kepalanya menatap Jeje yang duduk disamping tubuhnya.

"Buat?" Tanya Leo seolah tak mengerti,padahal hatinya tengah berbahagia mendengar perminta maafan Jeje.

"Buat kemaren malem,gue cuman ngerasa ga normal aja karena udah pacaran sama cowok,jangan marah gue tau gue salah"

Leo tersenyum gemas akan tingkah Jeje lalu ia mengusak rambut hitam legam milik Jeje dan kemudian mencium pipi gembil itu lagi setelah terakhir kali ia lakukan dirooftop sekolah.

"Kak!" Pekik Jeje saat Leo mengecup pipinya.

"Dengerin gue,anggep aja lo ga normal cuman buat gue kalo orang keberatan sama orientasi seksual lo,lo tinggal bilang kalau orientasi seksual lo bukan homoseksual tapi Leoseksual,lo bukan orang yang kalau ngeliat cowok langsung suka,lo ga gitu lo tuh cuman punya gue jadi jangan pernah berfikir diri lo ga normal lagi"

Jeje mengedipkan matanya beberapa kali,Leo mengatakan jika orientasi seksualnya hanya Leoseksual? Pipi hingga telinga Jeje sudah memerah mendengar ucapan kakak kelasnya itu.

"Ngerti?" Tanya Leo membuat kesadaran Jeje kembali.

Jeje hanya menganggukkan kepala mengerti,walau kenyataanya dia masih belum sepenuhnya mengerti akan pernyataan Leo.

"Yuk!" Ajak Leo,kini nada bicaranya telah kembali menyenangkan membuat Jeje kembali nyaman?

"B-bentar gue ambil tas dulu"

Leo mengangguk lalu ia menunggu Jeje mengambil tas sekaligus memakai sepatunya.

"Ada yang kelupaan"

Jeje mengernyitkan dahinya lalu ia kembali mengecek apa saja yang belum dibawa.

"Ga ada yang kelupaan tuh"

Leo terkekeh kemudian dia melangkahkan kakinya dan membawa Jeje dalam pelukannya.

"Gue lupa belum meluk lo pagi ini" ucapnya yang membuat seluruh wajah Jeje memerah bak kepiting rebus.

Dalam pelukan Leo,Jeje bisa merasakan harum tubuh Leo yang menenangkan,tidak ada bau rokok lagi seperti dirooftop saat itu.

Jeje ingin membalas pelukan Leo,tapi pemuda itu malah melepaskannya dan kemudian ia menatap wajah Jeje sambil terkekeh.

"A-ayok turun" ajak Jeje gugup karena keadaan tiba tiba menjadi akward.

.

.

.

.

Sudah sekitar seminggu lamanya Jeje dan Leo menjalani hubungan 'pacaran'.

Jeje juga mulai menerima hubungannya bersama Leo,menurutnya pemuda itu sedikit asik juga dapat membuatnya nyaman dalam keadaan apapun.

Kebalikannya dengan Jeje,Rendi semakin hari semakin jengah dengan perilaku Bagas yang semakin menjadi jadi.

Contohnya seperti saat Rendi yang sedang asik bermain game dibenda pipih canggihnya Bagas datang lalu langsung memeluk tubuhnya dari belakang membuatnya berjengit kaget dan berakhir dengan keadaan handphonenya yang terjatuh mengenaskan.

Rendi tidak mengerti dengan perilaku Bagas yang malah memperlakukannya layaknya seorang kekasih? Pasalnya,pemuda itu terkadang tak sungkan mencium pipi atau lehernya,memberikan perhatian berlebihan yang malah berujung mala petaka untuk Rendi.

Jika Rendi yang terheran heran dengan perilaku manis Bagas maka beda lagi dengan Jeje yang merasa senang dengan perilaku Leo.

Setiap pagi Leo akan menjemputnya,begitu pula saat pulang sekolah. Memeluknya setiap pagi,memberikan kecupan ringan dipipi maupun bibirnya lalu Leo juga memberikan seluruh perhatiannya pada Jeje,walaupun terkadang jika Jeje menolak maka Leo akan mengeluarkan sifat dinginnya.

Seperti saat pagi hari ini,Jeje sedang menunggu Leo menjemputnya,untuk pertama kalinya Leo terlambat menjemputnya.

Biasanya Leo sudah berada dikamarnya sebelum ia bangun dari tidurnya atau setelah dirinya keluar dari kamar mandi.

10 menit berlalu tapi Leo tak kunjung menjemputnya,Jeje ingin menelfon Leo tapi karena gengsi akhirnya Jeje mebatalkan niatnya itu.

Baru saja Jeje membatalkan niatnya,Leo sudah menelfonnya terlebih dahulu. Jeje menyambungkan sambungan telefon dari Leo lalu menempelkan benda pipih itu disamping telinganya.

"Hallo"

"Lo lagi nungguin gue?" ucap Leo disebrang sana.

Jeje mengernyitkan dahinya bingung lalu kepalanya mengecek keberadaan Leo yang mungkin sedang berada disekitarnya.

"Gue ga lagi disana Jeandra, gue cuman mau nanya sama lo"

"Eh-eum... iya"

"Oke,tunggu disitu jangan kemana mana,ngerti?"

"I-iya"

Leo menutup panggilan telefon,sedangkan Jeje menunggu seperti yang Leo katakan padanya.

Tak lama sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat disamping Jeje berdiri.

"Mas Jeandra?" Ucap sang pengemudi supir.

"Eh iya"

"Tuan muda Leonard,menyuruh saya untuk menjemput mas Jeandra untuk berangkat sekolah"

_________________

Tbc...

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang