Kembali pada pasangan kita yang tidak jadi ngewe,siapa lagi kalau bukan Bagas dan Rendi.
Kemarin malam,Rendi memilih kabur masuk kedalam kamar adiknya yang tepat berada disamping kamar pemuda itu.
Jangan tanya lagi bagaimana kondisi Bagas saat itu.
Bagas harus menuntaskan hasratnya sendirian karena Rendi yang memilih kabur darinya.
Sungguh malam yang menyusahkan untuk Bagas.
Dan saat pagi tiba,Rendi tetap tidak mau keluar kamar membuat Bagas harus mengetuk pintu kamar adik Rendi berulang kali.
Pada akhirnya Rendi keluar dari kamar saat Bagas bilang jika dirinya tidak akan melakukan hal itu padanya.
Dan disinilah mereka berdua tengah duduk dikursi kepanitiaan untuk lomba classmeet disekolah mereka.
"Lo laper?" Tanya Bagas,pasalnya dari tadi mereka berdua belum sempat makan.
Rendi mengangguk antusias menanggapi pertanyaan Bagas.
"Yaudah sana kekantin sama Jeje"
Rendi nampak terdiam sejenak kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Lo ada masalah sama Jeje sampe ga mau makan sama dia? Udah sono,nanti lo kelaperan,ntar gue juga yang susah"
Rendi menghela nafas kasar,mendengar ucapan Bagas.
"Lo emang udah bego dari dulu ya?" Tanya Rendi sambil menatap Bagas julid.
"Hah?"
Tingkat kepekaan Bagas hanya 10% dari 100% tingkat kepekaan manusia pada umumnya
"Gue pengen makan sama lo,tolol!" Ucap Rendi ngegas,sedangkan Bagas hanya bisa tersenyum senang menanggapi ucapan Rendi.
"Ooh,jadi lo mau makan sama gue ya? Yaudah gas kita makan bareng"
"Udah ga mood gue,gue nyari Jeje aja"
"Eh kok gitu sih Ren? Jangan gitu dong sayang! Rendi~"
Bagas memeluk Rendi dari samping,mengecup pipinya berulang kali,tanpa menyadari tatapan aneh dari seluruh murid bahkan ibu bapak guru yang sedang berada ditempat yang sama.
"L-lo berdua ngehomo?!" Tanya Siti heboh, padahal belum ada yang berani bertanya seperti itu pada ketos disekolah ini,Siti pantas mendapatkan gelar orang tersadis dan terberani disekolah itu.
Sedari tadi Siti memang berdiri disamping meja pasangan kita,dirinya berdiri mematung mendengar dan melihat perilaku Bagas dan Rendi.
"E-eh?" Rendi mulai menyadari sekitar yang mulai menatapnya dengan mata bulat yang saling melotot.
Tapi tidak sedikit dari mereka yang mulai kegirangan.
Rendi panik seketika,sedangkan Bagas nampak biasa saja,bahkan dirinya tersenyum sambil terus memeluk erat tubuh Rendi.
"Masa iya gue yang ganteng kek gini ngehomo sama Rendi sih?" Ucap Bagas tiba tiba,membuat Rendi menoleh menghadap wajah Bagas.
"Kalau enggak ngehomo jangan gitu gituan anjir!" Umpat salah satu anggota osis yang jengah melihat keduanya.
"Emang lo ga pernah begini sama temen lo? Emang lo ga pernah nyium pipi temen lo?"
"GAAA" ucap semua orang serempak,membuat Bagas langsung terdiam.
Rendi sendiri langsung melepas pelukan Bagas,dirinya berjalan keluar dari area aula tempat dilaksanakannya lomba.
Bagas memandang tubuh Rendi bingung,ia hanya menerka jika Rendi sedang melakukan aktingnya dengan berpura pura marah,jadi sebab itu dirinya tidak mengejar tubuh Rendi.
.
.
.
.
Jeje kini sedang berada diranjang uks bersama Leo,Leo memeluk tubuh Jeje erat,kepalanya ia simpan diperpotongan leher Jeje.Sebenarnya Leo yang memaksa agar dirinya ikut menemaninya ke uks.
Leo tidak sakit,hanya berpura pura sakit agar Jeje dan dirinya bisa berduaan diranjang uks.
"Kak,Jeje mau ke aula bantuin temen temen,boleh kan?"
Sejak Jeje mengatakan perasaan sukanya terhadap pemuda itu,Leo malah semakin manja padanya,bahkan lebih posesif dari biasanya.
Contohnya tadi pagi saat mereka berdua berada diparkiran ada seekor kucing jantan yang tiba tiba menghampiri Jeje dan tiba tiba menggeliat diantara kaki Jeje.
Melihat itu Leo tidak tinggal diam,dia langsung menarik Jeje menjauh dari kucing jantan itu lalu mengusirnya agar pergi.
Padahal hanya seekor kucing,bagaimana jika itu seorang pemuda yang lebih tampan dan lebih kaya dari Leo?
"Bentar lagi" ucap Leo,menjawab pertanyaan Jeje.
"Dari tadi bentar mulu!"
Cup
Cup
Cup
Leo mencium pipi Jeje berulang kali,gemas dengan tingkah Jeje yang imut.
"Kamu ga usah bantuin mereka,kalau kamu kecapean gimana?" Ucap Leo yang malah membuat Jeje memutar bola matanya malas.
"Kak Leo sakit apasih? Keknya dari tadi sehat sehat aja"
"Kak Leo overdosis cintanya kamu"
Jika saja yang mengatakan hal itu Rendi atau Bagas maka Jeje sudah akan merobek mulutnya lalu mengambil linggis untuk menggorok mulut itu.
"Kenapa? Muka kamu kok gitu?"
"Kak! Jeje boleh jujur ga?"
Leo mengangguk,ia menatap serius pemuda yang kini sudah memutar tubuhnya menjadi tidur menyamping berhadapan dengannya.
"Kak Leo alay! Aneh! Posesif! Apalagi posesifnya sama hal yang belum tentu bakal ngerebut Jeje dari kakak"
Raut wajah Leo berganti menjadi lunak,tidak ada raut wajah serius lagi,kini malah tawa yang menggelegar diruang uks tersebut,untungnya penjaga uks sedang keluar jadi mereka tidak akan melihat wajah tampan Leo saat tertawa.
"Kenapa ketawa? Jeje lagi ngejek kak Leo loh"
"Jeje dengerin kak-" ucapan Leo terpotong saat suara handphonenya yang berbunyi.
Leo mengusap terlebih dahulu pucuk kepala Jeje,ia mengambil handphone itu yang berada diatas meja dekat ranjang.
Tertera nama Diana disana,membuat Jeje mendengus sebal lalu kemudian mengubah posisinya menjadi membelakangi Leo.
Leo menghela nafas sejenak,lalu ia menyambungkan sambungan telefon dari Diana.
"Halo?"
"Nanti malem jadi kan?"
"Aku ga bisa"
"Kenapa?"
"Gapapa,aku tutup dulu ya"
Belum sempat Diana menanyakan alasan Leo yang memutuskan untuk tidak jadi dinner bersamanya,pemuda itu terlebih dahulu menutup sambungan telepon.
"Udah dibatalin,jangan marah sayang" ucap Leo membujuk Jeje agar tidak marah padanya.
_______________Tbc...
Mohon maaf buat readers yang minta Bagas sama Rendi dibuatin book sendiri,bukannya ga mau tapi jujurly author ga bisa bikin alurnya Bagas sama Rendi,jadi biarkan cerita mereka mengalir dengan cerita Leo dan Jeje dibook ini saja ya.
Vote+komen+follow!
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKEL||END
Teen FictionJeje yang ga sengaja nyium bibir kakak kelas yang dicap sebagai bad boy sekolah harus rela berurusan dengannya sekaligus menjadi pacar dadakannya. Warn! cerita bl/homo/gay kata lainnya cowok sama cowok