08: kecewa

113K 10.8K 173
                                    

"Bukan urusan gue"

Jeje mendengus kesal "tapi gue normal kak!"

Leo terdiam,raut wajahnya sudah berganti menjadi menyeramkan.

"Jadi lo mau bilang gue ga normal gitu?"

Jeje meneguk ludahnya susah payah mendengar ucapan Leo yang tajam.

"Ga gitu gu-"

Leo keluar dari kamar Jeje tanpa mendengar ucapan pemuda manis itu,sungguh Leo sangat kecewa dengan perkataan Jeje.

Sedangkan Jeje menghela nafasnya,ia sudah mengira hal itu hanya akan menjadi angin lalu bagi Leo,bahkan sekarang Jeje merutuki dirinya sendiri karena telah setuju dengan saran Rendi.

Jeje menuruni tangga rumahnya dan tidak mendapati Leo didalam rumahnya.

"Kak Leo kemana pa?" Tanya Jeje pada Jaya yang sudah duduk anteng dimeja makan.

"Pulang,katanya ada urusan mendadak"

Jeje yang mendengar ucapan Jaya merasa bersalah karena membuat Leo sedih karena perkataannya.

"Mau kemana Je?" Tanya Dira yang melihat Jeje kembali ke kamarnya.

Jeje menoleh menghadap ke arah Dira lalu ia menggelengkan kepalanya lesu.

"Kenapa?" Sahut Jaya bertanya.

"Jeje udah ga laper"

Jaya dan Dira terdiam melihat Jeje yang tiba tiba saja menjadi bad mood,bahkan ia sampai meninggalkan makan malamnya.

Kembali lagi pada Jeje,bocah itu tengah merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuknya,lalu ia mengambil benda pipih yang tergeletak di atas meja nakas samping ranjangnya.

Jeje mengetikkan nama Leo dikolom pencarian niatnya yang ingin meminta maaf pada Leo harus terhenti karena egonya. Entah kenapa Jeje tiba tiba merasa sedih ketika Leo pergi tanpa pamit padanya.

Karena lelah berfikir,akhirnya Jeje memutuskan untuk pergi menjelajahi alam mimpinya,menarik selimutnya sebatas dada dan memejamkan mata,Jeje tertidur dalam hitungan menit.
.
.
.
.
.
Rendi kini juga bersiap untuk tidur,jika saja ponselnya tidak bergetar hebat diatas meja belajarnya.

Rendi bangkit dari ranjang lalu mengangkat panggilan telepon dari Bagas.

"Apaan?" Tanyanya to the point.

"Gue ada didepan rumah lo"

Rendi mengernyitkan dahinya,lalu ia beranjak menuju balkon kamarnya dan terlihat lah Bagas yang sedang melambaikan tangannya sambil membawa tas dipunggung kokoh pemuda itu.

"Ngapain lo kesini malem malem?"

"Bukain dulu,Rendi ku~"

Terdengar jelas helaan nafas yang Rendi keluarkan lalu ia memutuskan sambungan telepon dan keluar dari kamarnya menghampiri Bagas.

Rumah Rendi sedang sepi sekarang,bunda dan ayahnya sedang pergi keluar kota untuk mengurusi bisnis sedangkan adiknya sedang ada kegiatan camping disekolah.

Rendi membukakan gerbang rumahnya untuk Bagas lalu disusul dengan motor Bagas yang memasuki pekarangan rumah Rendi.

"Sepi amat rumah lo?"

Pertanyaan itu hanya dianggap angin lalu oleh Rendi.

"Apaan?" Ucapnya ketus.

Rendi sedikit kesal karena Bagas yang datang malam malam lalu merepotkannya.

"Jangan galak galak dong"

Rendi menghela nafasnya lelah lalu ia mempersilahkan Bagas untuk masuk kedalam rumahnya.

Setelah bokong Bagas duduk di sofa milik keluarga Rendi,pemuda itu langsung menanyakan tujuannya datang kerumahnya malam malam begini.

"Masalah proker"

"Hadeh... bukannya udah selese ya? kenapa lagi sih Gas?"

"Iya udah emang,tapi gue mau minta tolong sama lo"

Rendi mengernyitkan dahinya,bingung dengan permintaan Bagas.

"Minta tolong apaan?"

"Tolongin gue ngedata proker anak anak"

Rendi melotot tidak percaya,kenapa Bagas harus kemari hanya untuk masalah ini?

"Kenapa gue? Lo kan punya wakil,lo juga punya sekretaris punya bendahara,gue mah apa cuman anggota yang harus kerja banting tulang jadi babu sekolah"

"Lebay!" Bagas menoyor kepala Rendi mendengar ucapan berlebihan dari pemuda bertubuh pendek tersebut.

"Si Gilang lagi ga bisa dimintain tolong,kalau minta tolong Ratih sama Mayang bakalan ribet urusannya" ucap Bagas sambil menyebutkan anggota inti dari osis.

"Kenapa ga lewat hp aja? Kenapa harus disini?"

"Banyak nanya lo kek wartawan! Udah ayok tolongin gue"

Rendi menghela nafasnya lalu ia membantu Bagas mencatatat seluruh program kerja anggota osis dari tiap sekbid.

Perlu sekitar 1 jam untuk Bagas dan Rendi menyelesaikan acara catat mencatatnya,kini Bagas sudah merapihkan semua alat tulis yang dibawanya.

"Rumah lo sepi? Pada kemana?"

"Bonyok lagi keluar kota,si Rea katanya ada kegiatan camping"

Bagas hanya ber-oh ria menanggapi jawaban Rendi lalu ia menatap intens temannya itu.

Rendi yang ditatap seperti itu langsung saja mencubit lengan Bagas.

"Aduh sakit Ren!" Adunya merasakan lengannya yang dicubit oleh Rendi.

"Lagian elo! Kenapa liatin gue kek gitu?"

"Soalnya lo imut jadi gue suka liatin lo kayak gitu"

Lagi lagi Rendi menghela nafasnya panjang.

"Udah sono lo pulang aja udah malem"

"Gue mau nginep boleh ga?"

Rendi menimbang keputusannya lalu ia mengangguk sebagai jawaban,karena dirinya juga merasa kesepian dirumah yang lumayan besar tersebut.

"Eh beneran?!" Ucap Bagas tak percaya,dia kira Rendi tidak akan setuju dan berakhir mengusirnya.

"Ga mau? Yaudah sono balik"

"E-eh mau kok! Makasih Rendi"

Rendi berdehem "udah ijin sama mama lo? Nanti nyariin lagi"

"Udah tenang aja"

Rendi mengangguk lalu ia menyuruh Bagas untuk tidur dikamar tamu saja.

"Lo tidur di kamar tamu,kamarnya disa-"

"Ga mau! Gue mau tidur sama lo aja"

"Lah ngapain?"

"Gue ga enak sendiri kalau tidur dikamar tamu,kek berasa gimana gitu tapi kalau tidur sama lo kan enak"

Ucapan Bagas malah terkesan ambigu diotak Rendi,membuatnya berpikiran negatif.

"Ga usah lo tidur sendiri aja"

"Ga mau!! Mau tidur sama lo aja"

"Yaudah kalau ga mau,pulang aja gampang kan?"

Bagas terdiam lalu terbesit ide bagus dalam kepalanya,Bagas berlari kencang menuju kamar Rendi yang sudah ia ketahui letaknya dimana.

Sedangkan Rendi sendiri sedang kalang kabut mengejar Bagas,dan berakhirlah dengan Rendi yang mengalah lalu membiarkan Bagas tidur dengannya untuk malam ini
______________

Tbc...

Vote+komen+follow!

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang