Jeje benar benar tertidur dipangkuan Leo,sudah sekitar setengah jam mereka bertahan dengan posisi itu.
Leo tetap mengusap usap punggung Jeje hingga membuat empunya punggung menikmati usapan yang Leo berikan.
Sesekali Leo menciumi pucuk kepala Jeje,merasakan aroma shampoo Jeje yang harumnya hampir seperti bayi.
"Eungh" lenguh Jeje.
Pemuda itu membuka pelan kedua kelopak matanya dengan perlahan,berkedip beberapa kali guna menetralkan cahaya yang mencoba masuk kedalam indra penglihatannya.
"Kenapa bangun hm?"
Jeje tidak menjawab ia beralih untuk duduk sendiri disamping Leo.
"Paha lo sakit kan?"
Leo menggeleng sambil mengusap lembut surai legam milik Jeje.
"Maaf udah bikin pa-" ucapan Jeje terpotong dengan suara ponsel Leo,benda pipih itu berbunyi sebelum Jeje melanjutkan ucapannya.
Leo mengusap terlebih dahulu pucuk kepala Jeje,lalu menyambungkan sambungan telefon yang ternyata telfon dari sekertarisnya di perusahaan papa Leo.
"Halo?"
"..."
"Ya"
"..."
"Hm"
Jeje melongo,kenapa tiba tiba Leo jadi orang yang singkat dalam berbicara?
Leo menutup sambungan telefonnya lalu beralih menatap Jeje yang kini mulutnya sudah terbuka.
"Kenapa hm?" Tanyanya.
"E-eh enggak"
"Kamu ikut aku ya?"
"Kemana?"
"Perusahaan"
Jeje nampak berfikir sejenak kemudian ia menganggukkan kepalanya.
Leo kembali mengusak pucuk kepala Jeje,lalu kembali membawa Jeje dalam gendongan koalanya.
"E-eh kak!" Pekik Jeje kaget karena Leo yang tiba tiba mengangkat tubuhnya.
"G-ga usah digendong!" Sambung Jeje.
"Kenapa?"
"Nanti ada yang liat"
"Ga ada,udah jam pulang"
"Loh! Emang sekarang jam berapa?"
"Sekarang pulangnya agak pagi"
Jeje terdiam,ia tidak melanjutkan perkataannya ia memilih menurut dan menyembunyikan kepalanya diceruk leher Leo.
Leo tersenyum simpul lalu ia membawa Jeje keluar dari rooftop.
Dan benar saja kata Leo,sekolah sudah sepi mungkin ada anggota osis tapi sekarang mereka pasti sedang di aula sibuk menyiapkan acara untuk besok.
Jeje semakin menyembunyika kepalanya diceruk leher Leo,ia takut jika ada yang melihat dirinya digendong kakak kelasnya itu,cukup gadis prik itu saja yang menyiram wajahnya.
Leo mendudukkan Jeje dikursi mobil,lalu dirinya berputar dan masuk kedalam mobil tersebut.
Melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang Leo menatap Jeje yang kembali tertidur.
Kedua kelopak mata Jeje membengkak dan rasa kantuknya juga selalu datang,mungkin karena itu dia tertidur saat ini.
Akhirnya setelah beberapa menit berlalu,Leo sampai didepan gedung besar yang dipastikan gedung itu adalah perusahaan milik keluarga Leo.
Leo turun dari mobilnya dengan membawa Jeje yang masih tertidur di gendongan koalanya.
Saat masuk kedalam perusahaan,semua mata memandang penasaran seseorang yang berada di gendongan Leo.
Sedangkan Leo tidak ambil pusing,ia membawa Jeje dengan langkah yang berwibawa.
Salah satu karyawan Leo yang menjabat sebagai sekertarisnya menyambut Leo dengan baik,ia mencoba melihat sosok yang berada didalam gendongan bosnya itu.
"Papa kemana?" Tanyanya.
"Tuan Luke sedang mendatangi sebuah rapat,kemungkinan beliau akan sampai sekitar 20 menit lagi"
Leo mengangguk paham,ia membawa Jeje masuk kedalam ruangannya lalu menidurkan Jeje disalah satu sofa yang berada didalam ruangan tersebut,sedangkan dirinya masuk kedalam toilet guna mengganti seragam sekolah yang melekat di tubuhnya dengan jas formalnya.
Setelah selesai mengganti pakaiannya ia keluar dari toilet dan melihat Jeje yang masih tertidur pulas dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Jeandra" panggilnya sambil mengelus elus pucuk kepala Jeje.
Jeje masih sibuk dengan tidurnya ia bahkan sama sekali tidak bergerak.
Lagi,Leo kembali mencoba membangunkan Jeje pelan.
Akhirnya Jeje membuka kedua kelopak matanya pelan,menguap sebentar lalu menatap sekeliling yang asing,ia sedikit ling lung karena nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya.
"Dimana?" Tanya Jeje dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Kantor"
Jeje kembali menguap membuat Leo gemas dan menciumi seluruh wajah Jeje.
Jeje sendiri masih ling lung,dia hanya diam membiarkan Leo melakukan hal itu.
Ceklek
Pintu ruangan Leo dibuka,menampilkan pria paruh baya yang memakai setelan jas formal.
Wajahnya nampak sangat mirip dengan Leo,hidungnya bangir,rahang yang juga sama sama tegas seperti rahang Leo,dan surai rambut yang sudah agak beruban tapi tak mengurangi ketampanan pria paruh baya itu.
"Ekhem" pria itu berdehem menyadarkan,Leo yang masih sibuk menciumi seluruh wajah Jeje.
Leo menoleh lalu ia kembali fokus mencium seluruh inci wajah Jeje.
Sedangkan Jeje sendiri masih belum sadar jika ada orang lain yang berada diruangan tersebut.
"Leonard!" Panggil pria itu.
Leo menghela nafasnya lalu memfokuskan pandangannya kearah pemilik perusahaan tempatnya bekerja sekaligus orang yang menjabat sebagai orang tuanya,Luke lerixa haristya.
Jeje yang sadar jika ada orang lain diruangan ini langsung menoleh kearah Luke,matanya membulat sempurna menatap pria berjas formal seperti jas Leo.
Luke menghampiri keduanya lalu ia mendorong Leo agar menyingkir dari tubuh Jeje yang sengaja ia tutupi.
Luke tersenyum saat mendapati Jeje yang menatapnya nanar,lalu tangannya hendak mengusak kepala Jeje tapi tangan Leo sudah terlebih dahulu menghentikan tangannya.
"Jangan sentuh" ucap Leo dingin.
"Jangan mau berpacaran dengan Leo,anak ini aneh" ucap Luke menatap Jeje lalu mencemooh putranya sendiri.
"Pa!"
Jeje lagi lagi membulatkan matanya,terkejut dengan kenyataan jika pria itu adalah papa Leo.
"Dia? Papanya kak Leo?"
"Bukan"
Luke menatap sengit putranya itu yang juga dibalas tatapan yang juga sama sama sengit dari Leo.
________________Tbc...
Tadi gue lagi bukber sama temen,jadi ga sempet up,soalnya keasikan ngobrol hehehe
Vote+komen+follow!
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKEL||END
JugendliteraturJeje yang ga sengaja nyium bibir kakak kelas yang dicap sebagai bad boy sekolah harus rela berurusan dengannya sekaligus menjadi pacar dadakannya. Warn! cerita bl/homo/gay kata lainnya cowok sama cowok