37: hati Dana panas

70.2K 7.6K 364
                                    

Seperti ucapannya sendiri Dana menghampiri Rio untuk meminta maaf dan membujuknya untuk menjalani hubungan lagi.

"Yo" panggilnya.

Rio yang sedang berbicara dengan teman teman seangkatannya menoleh mendengar panggilan Dana.

Ekspresi wajah Rio seketika berubah, senyum yang tadi mengisi wajahnya luntur seketika dan digantikan tatapan datar.

"Hm?" Jawabnya yang terkesan malas.

Kemarin kemarin lalu saat dirooftop Rio meninggalkan Dana tanpa sepatah kata pun, membiarkan pemuda itu menangisi penyesalannya.

"Gue mau ngomong bol-"

"RIO!" Panggil seseorang dari kejauhan, memotong ucapan Dana.

Rio menoleh mendapati Brian yang tengah melambaikan tangannya kearah Rio.

Rio tersenyum sumringah lalu ikut melambai agar pemuda itu menghampirinya.

Brian mengusak pucuk kepala Rio saat sampai didepan pemuda itu.

"Eh?"

"Gue gemes sama lo hehehe"

"Emang muka gue gemesin gitu?"

Brian mengangguk, ia belum sadar jika disampingnya sudah ada aura tidak mengenakan.

"Eum... ini?"

"Dia Dana, temennya Leo juga kok"

"Oh ya? Kok Leo ga pernah bawa dia kerumah gue?"

"Emang selain gue dia pernah bawa manusia lain?"

"Iya juga sih"

Brian mengulurkan tangannya kearah Dana, untungnya pemuda itu mau menjabat uluran tangan yang Brian berikan.

"Brian, abangnya Bagas" ucap Brian memperkenalkan diri.

"Dana"

Brian kembali mengalihkan perhatiannya, ia menatap Rio dengan senyum yang selalu terpatri diwajahnya.

"Lo ngapain ke sekolah?" Tanya Rio.

"Mau nemuin lo"

"Ga percaya!"

"Lah kenapa?"

Brian terkekeh melihat raut wajah sebal Rio, lagi ia kembali mengusak pucuk kepala pemuda itu.

"Temuin gue nanti di rooftop, ada yang mau gue omongin" sela Dana, entah kenapa hatinya terasa panas melihat interaksi antara Rio dan Brian.

Rasanya Dana ingin sekali mematahkan tangan yang berani memegang kepala itu.

Setelah mengatakannya Dana langsung pergi, entah kemana.

"Dia kenapa dah?"

"Ga tau, mungkin lagi kongslet"
.
.
.
.
Acara kelulusan berjalan sesuai rencana.

Dan kini sudah berada di penghujung acara, dengan diakhiri dengan sorakan para siswa kelas 12 yang bersuka ria atas kelulusannya.

Acara foto bersama digelar, guru guru dan para siswa maupun siswi kelas 12 mulai bergaya didepan kamera.

Kecuali Leo yang memilih untuk tidak ikut berfoto dan lebih memilih untuk bersandar di bahu pemuda itu.

Tentu saja perbuatan itu mendapatkan atensi lebih dari orang orang yang berada didalam aula, ada yang memekik gemas, ada juga yang mengernyit tidak suka.

"Kak! Malu!"

"Biarin!"

Jeje mendengus sebal, ia memilih membiarkan Leo menyenderkan kepalanya dibahu sempit itu.

KAKEL||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang