"Jimin-ah~"
Panggilan itu nampak sendu dan ragu. Hingga yang merasa dipanggil pun menoleh dengan tatapan yang tak memiliki minat sama sekali untuk melakukan interaksi lebih.
Rachel melihat Jimin yang sedang duduk termenung sendirian di bangku taman sekolah. Sedikit ragu awalnya untuk datang dan mendekat. Rachel bukanlah orang yang bebal hingga tidak peka bagaimana Jimin memperlakukannya selama ini. Namun hanya saja... tidak ada salahnya bukan, jika Rachel ingin membangun hubungan baiknya kembali sebagai seorang teman.
Dan sudah bisa ditebak, Jimin pun memasang wajah acuh seperti biasanya, seolah tidak melihat Rachel, seakan Rachel adalah makhluk tak kasat mata, padahal sudah berdiri tepat di depannya. Jimin dengan gerak cepat langsung beranjak dari tempat duduknya dan lalu pergi mengabaikan keberadaan Rachel begitu saja seperti angin lalu.
Melihat Jimin yang pergi meninggalkannya tanpa ada satu patah kata yang terucap. Gemuruh dalam dada Rachel pun menyeruak membuatnya sesak. Sefatal itukah kesalahannya di masa lalu?
'Tidak bisakah kita menjadi teman Jimin'
Jimin duduk termenung sendirian di bangku taman bukan karena dirinya yang sedang banyak waktu luang, atau sedang ingin mengosongkan pikirannya. Bangku itu... tepat menghadap lapangan basket sekolah, di mana di sana ada Taehyung dan Jungkook yang terus ribut yang entah karena apa. Mulanya Jimin juga ada di sana, tapi mendengarkan pertengkaran yang tanpa alur itu membuat Jimin jadi sakit kepala dan memilih untuk meninggalkan lapangan.
Sejak tadi pagi Jungkook sudah mengekor terus di belakang Taehyung dan terus mengganggunya, sepertinya membuat Taehyung marah begitu sangat menyenangkan sekali. Ini samaselali bukan seperti Jungkook. Seperti sebuah kebalikan, karena siapapun juga tahu jika yang suka berbuat usil itu biasanya Taehyung, bukan Jungkook.
Final dari pertengkaran tanpa alur itu adalah dengan Jungkook yang mengajak Taehyung untuk taruhan main bola basket satu lawan satu. Jika Taehyung menang, Jungkook akan pergi berkencan dengan Sarah lagi. Tapi jika Taehyung kalah, maka dirinyalah yang akan pergi berkencan dengan Jungkook.
"Aku menolak!!" Pekik Taehyung.
Jelas tentu Taehyung menolak. Dari semua pilihan menang atau kalah. Tidak ada keuntungan samasekali bagi Taehyung. Sehingga Taehyung pun tidak punya alasan untuk menerima tantangan itu.
"Takut kalah?" Ejek Jungkook dengan smirk sialannya.
"Aku tidak pernah kalah dan tidak kenal kalah. Jadi buat apa takut?" Sombong Taehyung. Padahal pikirannya sudah terombang ambing tidak karuan.
Kalah salah~
Menang pun juga salah~
Kalau kalah ia harus pergi kencan dengan Jungkook, dan harus siap menerima ke bar-bar an dari Sarah. Tapi kalau menang berati Sarah lah yang pergi berkencan. Dan kenapa ada rasa tidak rela di bagian ini. Lagipula untuk apa Taehyung memperjuangkan Sarah yang tidak jelas itu.
'Ini juga jantung, kenapa terus berdegup brutal sih' Taehyung terus membatin kesal sembari terus menggerakan tubuhnya acak. Mendrible bola, bertingkah sok keren, padahal lutut sudah lemas.
Berada didekat Jungkook, sangat tidak aman untuk jantung.
"Bilang saja takut kalah Kim." Jungkook terus memprovokasi pikiran Taehyung.
"Malas saja." Taehyung mencoba mendrible bola untuk dimasukkan ke ring tapi Jungkook terus saja menghalangi dengan merentangkan ke dua tangannya.
"Aku tunggu sampai kamu sudah tak malas." Senyuman jahat itu kembali terukir pada wajah tampan Jungkook. Ditambah dengan sebelah alis yang terangkat mengejek. Taehyung ingin sekali memukul wajah Jungkook lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.O.P [[ KookV ]]
Fanfic[[ End~ ]] Part terakhir dikemas dalam bentuk PDF berbayar~ Siapapun boleh mengambilnya dengan cara payment~ Dan akan dikirim lewat email yang sudah diberikan keamanan~ Jika menemukan cerita yang serupa dengan judul yang sama~ Itu memanglah cerita y...