Chapter~24 @

633 79 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang hampir menghabiskan waktu satu jam, akhirnya smpai juga mereka di rumah yang mungkin tidak layak disebut dengan rumah. Ini terlalu besar, mewah dan megah. Bahkan lahannya mungkin seluas lahan gedung apartement yang Taehyung tinggali.

Taehyunh tak bisa membuang pikiran takjubnya begitu saja. Dan Taehyung berharap jika rumah Jungkook ini bukanlah istana dari salah satu klan keturunan Raja yang ada di Korea. Semua arsitekturnya begitu berkelas, dan tampak mahal. Membuat Taehyung sedikit merinding ketika baru memasuki ruangan utamanya yang dipenuhi dengan hiasan dinding berupa lukisan-lukisan yang Taehyung yakini harganya pasti selangit.

Sembari hanyut dalam lamunan takjubnya, Taehyung terus mengikuti arah ke mana Jungkook masuk ke dalam rumah dan memasuki sebuah kamar yang luasnya itu seluas kamar apartment Taehyung. Mari ulang sekali lagi. Jadi satu ruangan kamar, besarnya seperti satu ruangan apartments milik Taehyung.

Taehyung kembali menganga. Ini baru satu ruangan saja yang ia masuki. Tapi lututnya sudah hampir lemas karena tak kuat menginjakkan kakinya di dalam rumah dengan bangunannya yang berada di luar nalar Taehyung. Hingga pkiran bodoh bin anehnya pun muncul lagi, jika Jungkook mungkin memang menikah dengan seorang janda kaya raya, tak perduli sudah punya anak dua yang penting dapat warisan rumah sebesar ini.

Sejauh ini Jungkook tak mau mengganggu Taehyung yang sedang sibuk dengan dunianya. Jungkook bukannya tidak tahu dengan tatapan Taehyung yang dipenuhi rasa takjub sejak pertama kali menginjakkan kakinya di dalam rumahnya. Jungkook hanya sengaja membiarkan Taehyung, karena menurut Jungkook, ekpresi Taehyung sangat menggemaskan.

Jungkook dan Taehyung meletakkan dengan pelan-pelan Sohyun dan Yoojung, jangan sampai terbangun karena Jungkook masih banyak dokumen dan file yang harus mesti disusun. Sebenarnya belum waktunya Jungkook untuk pulang kantor. Tapi selain ada Taehyung yang mengganggu pikiran Jungkook terus, keberadaan dua bocah kecilnya, juga sulit membuat Jungkook untuk berkonsentrasi.

Setelah itu mereka pun ke luar dari kamar besar itu dan duduk di sofa ruang tamu utama dengan perasaan Taehyung yang dag dig dug serr... Bisakah ia pulang saja sekarang?

Taehyung mau bertanya tapi bertanya yang mana dulu. Jungkook mau menjelaskan tapi bingung harus di mulai dari yang mana dulu.

Setelah beberapa menit saling pandang memandang mereka pun terkekeh bersama. Benar-benar canggung dan saling menghela nafas satu sama lain.

"Baiklah, aku pulang." Taehyung bangkit dari duduknya dan mau beranjak untuk pulang.

"Tapi aku merindukanmu Tae~" Jungkook menahan tangan Taehyung,
menariknya perlahan mendekat untuk bisa dipeluknya. Jungkook begitu sangat rindu dengan Taehyung, tapi sepertinya, tidak untuk Taehyung. Setidaknya itu yang ada dalam pikiran Jungkook, karena Taehyung nampak begitu dingin padanya.

Taehyung menyeringai dan menepis tangan Jungkook dengan kasar, jika tak ingat sekarang ada di wilayah siapa~ yakin sudah dibanting itu tubuh Jungkook.

Jungkook tidak mau ribut di hari pertama mereka bertemu, meski rasa rindunya nyaris membuat Jungkook ingin berteriak. Berkata pada Taehyung, untuk bisakah tinggal lebih lama lagi di sini. Tapi sepertinya Taehyung mempunyai pemikirannya sendiri.

Taehyung tetap memilih pulang, karena merasa tugasnya sudah selesai. Laptop sudah dikembalikan pada pemiliknya, dan Taehyung juga sudah membantu mengantarkan pulang Sohyun dan Yoojung. Lalu apa lagi?

Taehyung menolak untuk diantarkan pulang oleh Jungkook, dan Jungkook hanya bisa berdiam dan mengikuti kemauan Taehyung saja. Dan berakhir dengan Mark yang mengantarkannya.

Sepanjang perjalanan pulang Taehyung masih terus tertawa, kesal, senang, sakit hati dan rindu bercampur jadi satu. Merutuki sendiri tingkah anehnya, yang dia sendiri tidak tahu apa maunya dirinya. Taehyung terus mengecapi bibir bawahnya yang bengkak akibat ulah Jungkook.

Sebelum Taehyung menepis tangan Jungkook tadi, Jungkook sudah lebih dulu meraup bibir penuh Taehyung, menyesapnya atas bawah dan karena saking gemasnya malah jadi menggigitnya. Pokoknya serangan cepat, sebelum Taehyung mulai tantrum.

Pikiran Taehyung mulai kembali berputar ke belakang, mengingatkannya pada kejadian di atap sekolah beberapa tahun lalu, saat pertama kali Jungkook mengambil paksa ciuman pertamanya, kesucian bibirnya, mencuri hatinya dan lalu pergi entah ke mana tidak ada kabar.
Dan~ sekarang muncul kembali sudah dengan membawa dua bocah manis dan lucu.

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Setelah pulang dari rumah Jungkook, Taehyung tak mau bicara dengan Sarah. Taehyung bungkam seribu bahasa, bahkan Yeonjun dan Soobin yang tak berdosa pun juga ikut kena imbasnya. Perasaan Taehyung seperti diaduk-aduk dalam satu hari ini. Meski ia belum melupakan sosok seorang Jungkook, tapi entahlah... jika untuk bertemu kembali, Taehyung seperti belum siap.

Dan di dalam rumah besar Jungkook, tampak Jungkook yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Ia harus segera menyelesaikan pembukuan akhir tahunnya, jika tak mau pekerjaannya semakin menjadi bertambah.

Di tengah kesibukannya satu panggilan telepon mengalihkan atensi Jungkook. Nama Baekhyun tertera di sana. Pria cantik yang menjadi satu-satunya teman Jungkook saat menyelesaikan sekolah menengah atasnya di china.

_Jungkook.... sudah satu minggu kamu tidak ada mengirimiku pesan! Aku harap kamu tidak lupa dengan semua janji-janjimu, atau aku akan marah!_

Penat Jungkook pun seketika menguap mendengar gerutuan dari pria yang biasa ia panggil Hyun. Jungkook terkekeh dan Baekhyun yang mendengarnya dari seberang telepon semakin marah dibuatnya.

_Jungkook! Kau mendengarkanku kan?!_

_Iya... iya... aku menedengarkanmu... aku masih ingat dengan semua janji-janjiku, jadi jangan marah! Ok?!_

Baekhyun mengangguk antusias seolah Jungkook dapat melihatnya. Senyumannya yang cantik pun terukir indah di wajahnya yang manis.

_Baiklah, aku tutup telponnya. Dan maaf karena sibuk jadi lupa memberimu kabar_

Ucap Jungkook penuh sesal.

_Baiklah, tapi hal seperti ini jangan diulangi lagi. Jangan membuatku cemas, atau aku akan menyusulmu ke Korea sekarang juga_

Lagi, hanya ada suara tawa dari Jungkook. Mendengar suara Baekhyun benar-benar mengembalikan mood nya. Dan Jungkook mengakhiri panggilannya tepat ketika terdengar suara derap langkah yang mendekati kamarnya.

"Daddy....."

Itu Yoojung, mungkin dia terbangun dari tidurnya karena haus. Dengan matanya yang masih terpejam, Yoojung berjalan mendekat ke arah Jungkook yang sudah siap menyambutnya dengan pelukannya.

"Apa Xiao ai haus?"

Yoojung mengangguk masih dengan matanya yang terpejam.

.
.

Taehyung sendiri tak bisa memejamkan matanya. Terus berguling ke kanan dan ke kiri dengan sumpah serapahnya yang terus meluncur bagai mantra pengusir setan. Ia masih kesal dan juga menyesal. Menyesal kenapa harus jual mahal saat bertemu dengan Jungkook. Dan kesal karena Jungkook sama sekali tak ada niatan untuk menahannya lebih lama. Bahkan saat Taehyung berpamitan pulang, Jungkook langsung mengiyakannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Dan sekejap pun Taehyung belum bisa tertidur. Taehyung adalah orang yang tidak memiliki kesulitan untuk tidur. Taehyung bisa tidur kapanpun dan di mana pun yang dirinya mau. Tapi apa sekarang, hanya karena memikirkan Jungkook, setres nya Taehyung sudah seperti sedang memikirkan hutang negara.

.
.
.

Bersambung~

Publish ulang~

Taiwan, 19_ Mei_ 2024

D.O.P [[ KookV ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang