Chapter~7 @

991 112 2
                                    

Taehyung dan Jimin saling menendang kaki dan siku, melihat siapa yang akan menjadi pembimbing mereka saat ini.

Sebenarnya ada dua pilihan yang diberikan oleh appanya Jimin untuk dijadikan pembimbing, yaitu antara Rachel dan Jungkook.

Untuk Rachel, tentu saja Jimin akan menolaknya dan lebih memilih Jungkook, tanpa perduli dengan reaksi Taehyung, mau terima apa tidak. kalau tak terima ya sana cari pembimbing sendiri, ketus Jimin saat mereka berdebat tadi siang.

Sebenarnya Taehyung bisa saja minta bantuan Yoongi Hyung, tapi malas saja jika harus berurusan dengan Sarah lagi, yang ada nanti bukannya belajar malah diajak mabar. Sarah itu terkadang memang rada-rada otaknya.

Dan parahnya Sarah itu tak pernah bisa ditolak apapun kemauannya.

Dan~ di sinilah Taehyung berakhir, dengan segala kebetulannya yang semuanya selalu terhubung dengan Jungkook.

Tidak ada yang kebetulan Kim~

Semua adalah takdir~

Taehyung hanya dapat menyimak dengan lesu. Berada didekat membuatnya selalu menjadi salah tingkah. Antara ingin memukul wajah Jungkook karena selalu mencuri pandang darinya, atau harus tersipu malu-malu karena diam-diam terus diperhatikan oleh Jungkook.

Melihat Jungkook yang mengajari dirinya dan Jimin dengan begitu sangat sabar dan telaten, Taehyung jadi ragu apakah ini masih orang yang sama, orang yang sudah menciumnya tanpa ijin di rooftop beberapa hari yang lalu.

Astaga masih memikirkan tentang ciuman, Taehyung terus menggerutu dalam hati untuk dirinya sendiri.

Di tengah sesi belajar yang cukup untuk menaikkan suhu badan hingga darahpun terasa mendidih, sebab otak yang dipaksa berkerja ekstra. Jimin meminta ijin untuk mendapati waktunya.

"Aku ke luar cari angin dulu."

Jungkook mengangguk menyahuti Jimin. Dan Taehyung hanya menatap dengan tatapan kesalnya, seolah tahu apa yang akan dilakukan oleh Jimin.

Jimin yang bilang mau cari angin sebenarnya mau menyesap nikotinnya. Sebatang nikotin yang sudah diputar-putar dari tadi, dimainkan menggunakan dua jarinya. Namun tak disulut juga. Selain ruangan yang ber ac, Jimin hanya ingin menghargai Jungkook saja yang sudah mau dan juga sabar membimbingnya belajar. Terutama pada Taehyung.

Jungkook diundang ke rumah Jimin oleh appa-nya secara langsung untuk menjadi pembimbing belajar, dan perihal Taehyung, tentu itu sudah akan satu paket dengan Jimin. Hidupnya akan hampa kalau tanpa jimin. Jadi mau tak mau Taehyung harus terima sekarang kalau yang jadi pembimbing belajarnya adalah Jungkook.

"Kapan kita bertandingnya? aku sudah tidak sabar."

Sepertinya yang ada dalam pikiran Jungkook hanyalah seputar pertandingan basket saja. Bahkan sudah tak terhitung lagi berapa kali Jungkook menanyakan hal yang sama dalam kurun waktu tak sampai satu jam ini.

Jungkook yakin jika Taehyung pasti akan kalah di pertandingan nanti. Selain skill yang memang Taehyung tak punya. Apapun itu, Jungkook tidak akan pernah membiarkan Taehyung untuk menang.

Taehyung memutar bola matanya merotasi malas, satu masalah belum selesai datang lagi masalah lain. Tapi jika tidak segera diselesaikan juga urusannya dengan Jungkook, maka dirinya hanya akan terus diganggu dan diteror dengan ajakan bertanding basket.

"Beri waktu aku tiga hari, aku juga sedang sibuk belajar. Kau sendiri tahu untuk ini kan?!"

Setelah berperang batin, Taehyung menarik nafas panjang sebelum mengucapkan kalimat yang akan menjadi penentu masa depannya nanti.

D.O.P [[ KookV ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang