Memang terlihat kuat, tapi tidak ada yang tahu dengan sisi rapuh setiap manusia. Bahu bidang itu bergetar karena tangis yang tak kunjung berhenti mengeluarkan air mata.
"Sampai kamu bisa keluar dari zona burukmu, Ibu bakal bantu."
"Buat apa!" teriak Dani sambil menjauhkan tubuhnya dari Gista, merah matanya semakin jelas. "Buat apa Ibu bantu? Buat numbuhin rasa saya lebih dalam lagi?" tanyanya dengan tatapan tajam.
Gista menggelengkan kepala. "Kamu salah, yang Ibu lakuin untuk kasih lihat sama kamu, kalau perhatian yang Ibu berikan adalah sebuah perhatian sebagai keluarga," jelas Gista.
Beberapa detik, Dani tidak bersuara. Matanya menatap lantai. Tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam pikirannya sekarang, kecuali kekacauan.
"Ibu tunggu kamu bsesok di sekolah, urusan dengan papamu, sekolah bisa bantu. Selagi kamu terikat dengan instansi pendidikan, kamu bisa dilindungi. Apapun latar belakangmu. Asalkan besok, kamu kembali. Gak perlu langsung adaptasi, cukup jadi diri sendiri yang lebih baik."
**
Untuk kali ini, Gista tidak berniat berbohong pada suaminya, melihat panah jarum jam yang ada di tangannya dipastikan Cakra sudah berada di rumah dan ia akan mengatakan semuanya.
Sebuah salam yang dilontarkan bukannya mendapat jawaban hangat, tapi disambut dengan sindiran yang tentu tak mengenakkan hati.
"Di mana-mana, gak ada guru yang pulang jam segini," ucap Adnan.
"Maaf, Pa. Tadi, ada sesuatu yang Gista kerjain dulu. Gak sempat kabarin ke rumah, soalnya HP Gista mati," jawab Gista bohong pada mertuanya.
Tatapan Cakra pun tak bisa dihindarkan dari meja makan, laki-laki itu jelas tahu jika istrinya tengah berbohong masalah ponselnya, karena sore tadi dia masih bisa menelpon Gista.
"Kenapa bohong?" tanya Cakra saat menutup pintu kamarnya.
"Kalau dikasih tau, yang ada aku tambah salah di mata mereka," jawab Gista sambil memanyunkan mulutnya. "Tapi, aku bakal ceritain ke kamu semuanya, tadi emang sengaja gak ngabarin, kalau dikabarin pasti kamu bakal marah besar," jelas Gista.
"Dani lagi?" Gista mengulum bibirnya, tebakan Cakra langsung mengenai sasaran. Setelah menarik napas singkat, ia pun menyuruh Gista mengatakan apa yang ia lakukan hari ini.
Semua dikeluarkan Gista, bahkan Ivan yang berubah drastis, walau sedikit kesal, tapi bagi Gista tak apa. Jika mereka berubah menjadi lebih tentu lebih bagus, tidak peduli dengan masa lalu yang menyebalkan, bahkan buruk sekalipun.
Raut wajah cemburu terlihat dari Cakra saat istrinya mengatakan ia memeluk Dani, tapi sekarang ia tak menyalahkan apa yang dilakukan oleh Gista. Wanita berhati lembut, Cakra hingga tak bisa membayangkan bagaimana sayangnya Gista pada anak mereka nanti.
"Kalau anak kita cowok, aku yakin bakal cemburu sama dia," ucap Cakra sambil mengusap perut Gista.
"Iya, dong," timpal Gista langsung. "Oh, iya. Aku mau balas semua salah aku sama kamu,"
Cakra menaikkan alisnya, "Salah kamu banyak, Ay. Mau dibalas gimana?"
"Nanti, aku mau minta libur sama si om, terus kita main, ganti bulan madu kita yang gak ada waktu. Sekalian, mau ajak si dedek jalan-jalan," ujar Gista sambil tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending ✅
General FictionNever Ending Tentang Gista yang berhasil menggapai cita-citanya menjadi seorang guru. Namun, di waktu yang bersamaan seorang dari masa lalunya datang dan mengajak untuk menjalin hubungan yang serius. "Aku gak becanda, Ta. Kalau aku main-main, aku...