Chapter 16 : Kesalahan lagi?

1.6K 93 5
                                    

Akhirnya setelah beberapa saat Abel pun tertidur. Alan hanya memperhatikannya sambil sesekali memainkan ponselnya.

Ponsel Alan berdering, menunjukkan mamanya yang menelepon. Alan pun mengangkatnya dan berpindah ke sofa agar suaranya tidak menganggu Abel yang sedang tidur.

Alan mengobrol beberapa saat dengan mamanya. Mama Alan ingin Alan pulang saat ulang tahunnya namun Alan berkata kalau ia sibuk sekali jadi Alan tidak berani menjanjikan. Yang Alan tidak tahu, Abel sebenarnya sudah bangun dan mendengarkan obrolan Alan dan mamanya. Abel ingat kalau Alan membeli tas untuk mamanya saat mereka ke Paris beberapa saat yang lalu.

"Pasti tas itu untuk kado ulang tahun Tante Mala". Batin Abel.

Ponsel Abel pun berdering. Saat Abel melihat layarnya ternyata Jun yang menelepon. Abel tersenyum lalu mengangkatnya dan mereka pun mengobrol hingga tak sadar waktu berlalu kurang lebih satu jam. Bahkan Alan sudah duduk di kursi disebelah Abel memperhatikan Abel yang tengah mengobrol dengan Jun. Alan menatap Abel tanpa ekspresi. Abel pun mengakhiri panggilan Jun karena perutnya berbunyi.

Alan menghela napas lalu membuka plastik wrap yang membungkus makanan Abel dari rumah sakit. Alan menarik meja mendekatkan ke depan Abel meletakkan nampan makanan Abel di hadapannya. Abel tersenyum malu.

"Terima kasih pak". Kata Abel pelan.

"Kamu harus istirahat. Dua hari kedepan kamu cuti saja. Istirahat total". Tegas Alan.

"Tapi saya tidak apa-apa pak! Biasanya juga saya langsung pulang. Besok pagi saya udah bisa pulang kok". Jawab Abel.

"Sudah biasa katamu? Kamu sering gak makan lalu pingsan begini gara-gara maagmu kumat? Memang kamu dokter yang bisa memutuskan kapan boleh pulang?". Omel Alan.

Abel diam saja. Jujur saja saat ini dia sedang malas berdebat dengan Alan.

"Lah dipikir gara-gara siapa gua kayak gini?". Omel Abel dalam hati.

"Makan!". Perintah Alan.

Abel hanya menghela napas lalu mulai memakan makanannya. Abel sempat mengerenyitkan kening karena masakan rumah sakit sungguh tidak enak.

Alan berusaha keras menahan senyumnya melihat ekspresi Abel.

Setelah beberapa saat berjuang keras menghabiskan makanannya, Abel meletakkan nampan dimeja sebelah ranjangnya. Alan membantu meletakkan kembali meja ke tempatnya.

"Lebih baik Pak Alan pulang, saya sudah tidak apa-apa kok. Pak Alan juga harus istirahat". Kata Abel.

"Saya disini saja. Saya yang harus bertanggung jawab dengan keadaan kamu". Balas Alan.

"Kenapa harus Pak Alan yang harus bertanggung jawab?". Jawab Abel dengan pelan.

"Karena saya atasan kamu. Saya bertanggung jawab dengan keadaan semua karyawan saya". Jawab Alan lugas.

Abel menatap Alan dalam, namun tidak mengatakan apapun. Abel memilih memejamkan mata dan mencoba mengabaikan lagi keberadaan Alan disampingnya. Setelah melihat Abel tertidur, Alan pindah ke sofa dan membuka laptopnya untuk melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda.

Entah berapa lama Abel tertidur, yang jelas ia terbangun karena keinginan untuk buang air kecil tidak bisa ditahan lagi. Abel melihat Alan tertidur di sofa dengan kaki yang menekuk. Terlihat sekali kalau dia tidak nyaman. Dengan perlahan Abel turun dari ranjang sambil membawa tiang infus kedalam kamar mandi.

Setelah menyelesaikan urusannya, Abel berjalan pelan kearah Alan. Abel menatap Alan dengan intens lalu berjongkok disampingnya dan bergumam pelan.

"Est-ce vrai? est-ce que tu me traites comme les autres employés? Accepteriez-vous de dormir dans cette position inconfortable si un autre employé était malade?" (Apakah itu benar? Apakah Anda memperlakukan saya seperti karyawan lain? Apakah Anda akan tidur dalam posisi yang tidak nyaman ini jika karyawan lain sakit?)

Arabella Back To Me, Please!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang