Chapter 5 : Pandangan yang Berbeda

2.3K 114 0
                                    

Abel bangun pagi-pagi sekali karena semalam dia tidak tidur terlalu malam. Dia langsung mandi, berganti pakaian dan berdandan. Sudah lama sekali rasanya Abel tidak memakai full makeup seperti sekarang. Blouse coklat, celana kain hitam, dan sepatu pantoufel memperlengkap penampilan Abel pagi ini. Abel pun keluar dari hotel dan hendak memesan ojek online saat dia melihat mobil yang tidak asing baginya namun Abel mengabaikannya. Alan yang berada di dalam mobil hanya menatap dan mengamati Abel. "Wanita ini kalau dandan cantik juga" pikir Alan dalam hati. Alan pun keluar dari mobil dan menghampiri Abel. "Kenapa berdiri saja disini, bukannya langsung masuk mobil" Alan terlihat sedikit kesal.
"Lah, saya mana tahu itu mobil kamu. Terus kenapa pakai jemput saya segala. Gak enak nanti dilihat karyawan lain dikiranya saya gimana-gimana lagi. Masa baru hari pertama kerja udah berangkat bareng pimpinan"
"Kita meeting bukan dikantor kok, tapi ditempat lain. Makanya saya jemput kamu".
Abel pun manggut-manggut dan mengikuti Alan memasukin mobilnya. Alan merasa ada yang berbeda dari wanita ini hari ini. Dari mulai wajah dan wanginya pun berbeda. Yang biasanya dia tidak memakai riasan dan beraroma wangi seperti bayi. Saat ini dia memakai riasan yang membuat wajahnya terlihat berbeda. Aromanya pun lembut dan feminim, aroma yang membangkitkan sesuatu dari dalam diri Alan namun Alan mengabaikannya.
Mereka pun sampai di salah satu restoran yang sangat mewah. Saat dijalan tadi Alan memberitahu secara garis besar kepada Abel apa yang harus disampaikan kepada klien tersebut.
Mereka berdua pun diarahkan ketempat yang sudah dipesan sebelumnya dan menunggu klien itu tiba. Kurang lebih 10 menit menunggu, klien pun tiba. Mata klien tersebut langsung berfokus kepada Abel. Mereka pun berbasa-basi dalam bahasa jepang dan Abel pun menawarkan untuk memesan makanan namun klien tersebut bilang kalau dia akan memakan apapun yang Abel pesan.
"Tampang-tampang mesum nih orang. Calm Down, Bel baru hari pertama kerja masa udah menggerutu". Abel pun memesankan beberapa menu makanan khas indonesia dan beberapa minuman yang sekiranya cocok di lidah klien itu. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Alan berbicara dalam bahasa Indonesia, sedangkan Abel menerjemahkannya dan saat menerima respon dari orang jepang tersebut, Abel pun mengatakan pada Alan dan tak lupa mencatat beberapa hal yang menurutnya penting.
Pesanan mereka pun datang, Alan mempersilahkan mereka untuk menyantap hidangan yang disajikan sedangkan Abel menjelaskan makanan yang Abel pesankan oleh Abel dari mulai garang asem, sate lilit, sampai wedang uwuh. Saat mencoba, terlihat sekali klien tersebut sangat menikmati makanan tersebut. Sedangkan Alan dan Abel pun makan sambil sesekali berbincang dengan klien tersebut.
Mereka pun selesai meeting, Abel dan Alan sudah berada di mobil.
"Saya kembali ke Jogja malam ini" Alan berkata sambil tetap fokus ke jalanan.
"Saya juga. Sepertinya saya mau ambil flight yang sore soalnya nanti malam masih ada kerjaan lagi"
"Berapa banyak kerjaan freelance kamu?" Alan akhirnya menatap Abel sambil sesekali masih tetap menatap jalanan.
"Hmmm...sekitar 4 atau 5 kalau nggak salah".
"Bukannya itu terlalu banyak?"
"Nggak kok, soalnya jam nya masih bisa saya atur dan gak bentrok satu sama lain. Karena sekarang saya sudah dapat pekerjaan tetap, saya akan reschedule lagi. Mau saya kurang-kurangi kayaknya".
"Jangan terlalu banyak pekerjaan, saya tidak mau saat kamu bekerja dengan saya kamu kelelahan atau tidak fokus. Dan sepertinya sekitar 1 minggu lagi, saya ada rencana untuk ke Paris untuk perjalanan bisnis selama 4 hari. Jadi kamu harus siapkan mental dan tenaga semaksimal mungkin".
"Paris?" Abel secara spontan menoleh ke arah Alan. Dan Alan hanya mengangguk lalu melirik ke arah Abel yang terlihat kentara sekali sedang bahagia.
"Wanita ini semakin hari semakin menarik saja" Batin Alan.

Sekitar pukul 18.00 Abel sudah sampai di apartment nya yang nyaman. Dia langsung maembersihkan diri lalu kekamar untuk mengambil buah kelengkeng favoritnya dan duduk di ruang tv lalu menelepon mamanya. Abel mengobrol banyak hal dengan mamanya dan Abel juga meminta izin kalau akan ke Paris minggu depan. Mama Abel mengizinkan dengan syarat hati-hati kalau di negeri orang dan jangan jalan sendiri meninggalkan rombongan karena Abel yang kadang terlalu aktif, mama Abel khawatir kalau Abel hilang di negeri orang. Abel pun mengiyakan dan bilang akan menghubungi mamanya lagi secepatnya.
Tak berapa lama ada panggilan masuk dari nomor yang tak Abel kenal. Namun Abel tetap mengangkatnya ternyata itu dari orang kantor Alan untuk menanyakan tentang identitas untuk pemesanan tiket. Setelah Abel melengkapi identitasnya dan mengakhiri panggilan, Abel pun berangkat menuju kafe tempat ia biasa manggung sekalian meminta izin untuk berhenti. Salah satu pekerjaan yang dipilih Abel untuk berhenti adalah menyanyi di cafe tersebut.
Saat Abel tiba di cafe, Abel tidak menyadari kalau di cafe tersebut ada Alan sedang bersama dengan satu wanita yang berpakaian sexy. Abel langsung menuju ke panggung dan bernyanyi seperti biasanya. Alan tampak terkesima mendengar suara Abel. Hingga wanita disampingnya pun tidak Alan hiraukan. Sedangkan wanita itu pun berusaha mendekati tubuh alan dan bermanja-manja. "Kenapa aku merasa tertarik dengan wanita ini? padahal dia tidak seperti tipeku biasanya. Ada saja hal dalam diri gadis ini yang membuatku memperhatikannya. Hal ini mulai terasa menyebalkan". Alan terus berbicara dalam hati.
Abel pun selesai bernyanyi dan saat waktu menunjukkan pukul 22.00, Abel pun berpamitan kepada pemilik cafe dan teman-teman manggungnya yang lain. Terlihat kentara sekali kekecawaan tersirat dari wajah teman-teman Abel yang menyebabkan Abel sedikit merasa bersalah, namun tekadnya sudah bulat untuk mengurangi pekerjaan freelancenya.
Alan pun terlihat meninggalkan cafe tersebut ditemani wanita sexy itu, mereka menuju parkiran mobil. Dan Abel pun berjalan dengan pelan menuju ke mobilnya sambil memainkan hp nya. Saat di dalam mobil, wanita yang bersama Alan masih bermanja-manja sambil meraba-raba tubuh Alan sedangkan Alan masih memperhatikan gerak-gerik Abel "Ayo dong sayang, ngapain kita lama-lama diparkiran. Aku sudah..." belum sampai selesai berbicara, Alan langsung menoleh ke wanita itu dan menatap tajam sambil berkata "Jangan melakukan hal diluar batas. Aku membencinya. Ikuti apa mauku, kalau tidak mau pergilah!. Wanita itu pun seketika terdiam. Alan langsung keluar dari mobil dan menuju mobil yang hendak dikendarai Abel. Sambil berjalan, Alan menelepon supir pribadinya untuk mengambil mobilnya di cafe. Alan pun tak menghiraukan wanita yang berterika-teriak memanggilnya sambil menghentak-hentakan kakinya. Saat Abel membuka pintu bertepatan dengan Alan yang juga membuka pintu mobil sebelah kiri depan dan langsung duduk, namun Abel masih belum menyadari kehadiran Alan karena masih asyik memainkan hp sambil tersenyum sesekali. Sedangkan Alan hanya memandang heran sambil mengamati Abel. Saat Abel masih senyum-senyum sambil memainkan hp, Alan yang merasa kesal karena masih belum dihiraukan akhirnya berdeham keras yang menyebabkan Abel terkejut lalu menoleh dan matanya melebar
"Apa yang kamu lakukan? Kapan kamu masuk ke mobilku?"
"Antarkan saya pulang. Bagaimana kamu tahu saya masuk, dari tadi saja kamu sibuk tertawa sendiri sambil melihat ponsel?"
Baru saja Abel membuka mulut ingin menjawab, namun dia urungkan. Abel pun langsung meletakkan ponselnya dan mulai menyetir keluar dari parkiran cafe tersebut.
Didalam mobil tidak ada yang memulai pembicaraan sehingga membuat keadaan sangat kaku dan canggung. Akhirnya Abel pun memutuskan menyalakan mp3 playernya. Lagu "Imagination" by Shawn Mendes mengalun merdu. Abel melirik Alan yang terlihat lebih santai dari raut wajahnya. Saat Abel mulai tenggelam dalam lagu tersebut dan mulai bersenandung, Alan pun bersuara
"Jadi salah satu pekerjaan yang kamu lepas adalah penyanyi?". Alan menanyakan dengan nada datarnya, namun kali ini Alan menoleh ke arah Abel.
"Yes, sebenernya nyanyi itu cuma hobi aja kok. Eh ternyata ada temen yang nawarin buat nyanyi di salah satu cafenya. Yaudah aku ambil aja, lumayan ngisi waktu luang".
"You regret it?" ( Kamu menyesalinya? )
"Never. Kayak yang aku bilang tadi, nyanyi sekedar hobi yang akhirnya bisa menambah penghasilanku". Dan akhirnya mereka pun mengobrol walaupun hanya basa-basi yang membuat Abel jadi berpikir ulang tentang penilaiannya terhadap sifat Alan yang biasanya dingin dan datar.
Tak terasa mobil sudah sampai di depan gerbang rumah Alan. Alan pun menoleh ke arah Abel "Mau mampir masuk dulu?".
"Makasih, aku mau langsung pulang aja. Baru saja selesai bicara, perut Abel berbunyi. Abel pun menyengir ke arah Alan.
"Masuk saja, didalam si mbok pasti sudah masak. Soalnya saya tadi sudah bilang kalau mau makan dirumah saja". Akhirnya Abel memasukkan mobilnya ke dalam gerbang lalu mengikuti Alan ke dalam rumah dan langsung menuju ruang makan. Dan benar saja ternyata di meja makan sudah ada beberapa makanan yang tersedia. Abel sambil menelan ludah tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari meja makan. Alan secara tidak sadar tersenyum kecil melihat ekspresi Abel. Alan pun mengambil piring di rak dan memberikan kepada Abel dan mempersilahkan Abel duduk. Mereka makan tanpa ada pembicaraan apapun. Abel pun memang tidak berniat berbicara apapun karena sangat menikmati makanannya. Bahkan dia sendiri lupa sudah berapa kali terus menambah makanan di piringnya.
Alan yang memang sudah selesai makan hanya melihat ke arah Abel lalu mengambil buah apel dan saat mau memakan, Abel yang kebetulan menoleh ke arah Alan langsung berkata
"Stop!!! Cuci dulu dong apelnya". Abel langsung mengambil apel di tangan Alan dan langsung mencucinya. Alan hanya melihatnya tanpa berkomentar apapun. Setelah selesai Abel langsung memberikannya kepada Alan dan melanjutkan makannya lagi. Saat selesai Abel langsung mengambil piring kotor bekasnya dan bekas Alan sekalian dan langsung mencucinya. Sedangkan Alan masih dengan kediamannya hanya melihat apa yang dilakukan Abel sambil menyandarkan tubuhnya di tembok. Entah kenapa wanita ini semakin hari semakin menarik perhatiannya. Hal yang sudah lama tidak dia rasakan sejak kejadian itu.
Ketika Abel sudah selesai mencuci piring, dan memasukkan makanan ke lemari makan ia pun pamit undur diri pada Alan karena jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Ketika Abel mengambil tas nya di kursi ruang tamu dan hendak mengambil kunci mobilnya didalam tasnya, tapi Abel tak menemukannya. Abel pun duduk di sofa sambil membuka tas nya. Memeriksa dengan seksama barangkali terselip atau bagaiman. Dan ternyata Alan yang menemukan kunci mobil Abel tergeletak di meja dapur dekat tempat pencucian piring. Saat Abel masih berkutat dengan tas nya, Alan langsung menyentuh tangan Abel dan meletakkan kunci mobil Abel di telapak tangannya.
"Ini kan yang kamu cari ?" Alan berbicara dengan tatapan yang terlihat berbeda. Tatapan yang membuat hati Abel berdegup kencang.
"Ya tuhan, tatapan dia kenapa begitu ya. Bikin gua deg-deg an aja". Batin Abel sambil tetap menatap ke arah Alan lalu berkata
"Thank you. Saya pulang dulu. Terima kasih makan malamnya. Sering-sering ya hehehe" Abel menyengir sambil berusaha menutupi kegugupannya.
Sedangkan Alan hanya menatapnya dengan tatapan seperti itu lagi, tatapan yang membuat jantung Abel berdebar dengan gilanya.
"Ya tuhan, dia menatapku seperti itu lagi" Batin Abel. Abel pun buru-buru menyingkir dari situ menuju ke mobilnya dengan sedikit berlari. Alan hanya mengikutinya dari belakang dengan langkah pelan dan saat sampai di teras rumah, Abel sudah mengendarai mobilnya dan saat melewati Alan yang berdiri di teras rumah, Abel membuka kaca mobilnya untuk berpamitan. Baru saja Abel akan membuka mulut, Alan sudah menjinjing tas Abel sambil berkata.
"Tas ini mau kamu tinggal disini ?". Abel pun menepuk keningnya sambil menyengir kearah Alan. Dia pun turun dari mobilnya, lalu berlari ke arah alan untuk mengambil tasnya. Tas Abel sudah ditangan, namun Alan seperti tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Abel. Abel pun merasa seperti tidak bisa bergerak dan tenggelam dalam tatapan Alan. Alan bergerak mendekati Abel dan fokusnya berubah ke arah bibir Abel. Dorongan untuk mencium Abel semakin kuat Alan rasakan. Namun Alan menampiknya dan akhirnya berkata.
"Hati-hati dijalan" masih dengan suara datarnya.
Abel pun sempat tercengang sebentar namun segera menguasai diri, lalu tersenyum
"Terima kasih makanannya. Good night" setelah berpamitan Abel pun bergegas pergi dari rumah Alan.

💟💟💟

Thanks for reading guys. Kritik dan saran dipersilahkan ya. Kalau berkenan boleh dong minta tanda bintangnya ^^

Arabella Back To Me, Please!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang