Chapter 31 : Emosional

1.2K 77 6
                                    

Abel masih terdiam tak bergerak sedikitpun. Alan yang menggandengnya keluar dari kamar Cindy.
"Aku salah apa? Kenapa dia membenciku?" Bisik Abel pelan.
Alan menggeleng. Ia juga tidak mengerti perihal sikap Cindy kepada Abel.

"Kamu tunggu disini sebentar ya. Aku masuk dulu". Pamit Alan sambil menangkup pipi Abel.

Abel menghela nafas lalu duduk di kursi pengunjung sambil memainkan ponselnya. Pesan masuk dari ayahnya mengalihkan perhatiannya.

"Papa sudah pesan tiket untuk kita. Mamamu berkeras mengajak perawatnya. Lusa kita berangkat ke Amerika".

Abel tersenyum hambar. Ia bahkan belum pamit kepada Alan. Tante Sila menepuk pundak Abel pelan. Abel mendongakkan kepala lalu tersenyum.

"Kok kamu diluar, Bel?". Abel kebingungan menjawabnya. Apa ia harus mengatakan yang sebenarnya tentang sikap Cindy tadi. Tapi melihat gelagat Abel, Tante Sila langsung berkata.

"Cindy yang mengusirmu ya?".

"Kok tante tau?'. Abel menatap Tante Sila dengan tatapan bertanya.

"Ada yang mau tante ceritakan, Bel. Kamu janji jangan menyela dulu ya sampai tante selesai". Kata Tante Sila dengan serius.

Abel mengangguk dan ikut menatap Tante Sila dengan serius juga. Tante Sila menarik nafas dalam sambil matanya menerawang jauh.

"Sebenarnya beberapa tahun yang lalu Alan dan Cindy pernah saling tertarik. Tante tidak bisa mengatakan saling mencintai karena dulu mereka masih muda. Jadi tante anggap itu hanya cinta monyet. Buktinya Alan hanya sesaat saja menyukai Cindy. Berbeda dengan Cindy, Bel. Ternyata perasaan Cindy menjadi obsesi. Dia tidak mau lepas dari Alan. Setiap hari selalu menemani Alan kemanapun Alan pergi. Obsesi Cindy semakin gila ketika Alan berpacaran dengan perempuan lain. Cindy dengan sengaja mencelakai perempuan itu. Untungnya tidak terjadi apa-apa pada perempuan itu. Itulah kenapa Tante dan Om memutuskan untuk menguliahkan Cindy di luar negeri. Agar obsesi Cindy terhadap Alan bisa berkurang. Tapi ternyata tidak. Begitu Cindy mendengar berita pernikahan kalian, sikap Cindy jadi aneh. Dia suka uring-uringan. Emosinya naik turun. Tante sampai tidak tahu cara menangani dia bagaimana. Sepulang dari pesta pernikahan kalian, Tante dan Om dapat kabar kalau Cindy kecelakaan. Pas Tante datang kerumah sakit, Tante kaget lihat keadaan dia begitu. Dia tidak sadar tapi bibirnya tak henti-henti menyebut nama Alan walaupun terbata-bata. Itulah kenapa paginya tante memutuskan mengabari mamamu tentang keadaan Cindy ini. Dan kemarin dokter mengatakan kalau Cindy terindikasi lumpuh. Tante tidak tahu bagaimana mengatakan kepada dia, Bel". Tante Sila menangis. Abel memajukan tubuhnya dan memeluk Tante Sila mencoba menenangkannya.

Setelah menangis beberapa menit, Tante Sila memutuskan untuk masuk kedalam. Dengan sopan ia megajak Abel masuk juga. Tapi dengan halus Abel menolak. Abel akan menunggu di luar saja. Tante Sila pun pamit masuk meninggalkan Abel sendirian di kursi pengunjung. Abel memutuskan ke kantin rumah sakit untuk membeli minuman. Baru saja Abel berdiri, ada anak kecil yang menabraknya. Anak perempuan itu jatuh terduduk. Anak perempuan yang menabraknya berwajah imut. Rambutnya yang keriting dikuncir dua makin menambah kelucuannya.

Abel berjongkok mengulurkan tangan. Berkata dengan lembut.

"Maaf ya kamu jadi jatuh".

Awalnya anak perempuan itu diam saja. Setelah melihat tangan Abel yang terulur, ia pun menerima uluran tangan Abel lalu memeluk Abel.

"Hikss.hikss...". Anak kecil itu sedikit sesengukkan.

"Lho kok nangis? Ada yang sakit ya? Sini bilang kakak biar kakak lihat?".

Anak kecil itu menggeleng. Dia menidurkan kepalanya di pundak Abel. Abel tersenyum lalu berjalan kearah kantin karena merasa kehausan sambil berpikir kalau-kalau orang tua gadis cilik ini mencarinya.

Arabella Back To Me, Please!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang