Chapter 54 : Hilang

888 40 3
                                    

Keesokan paginya, sekitar pukul 11.30, Abel dan Alan telah sampai di rumah sakit tempat Jun dirawat. Jangan tanya bagaimana kondisi Alan. Sepanjang perjalanan wajahnya ditekuk tanpa ada senyum sama sekali. Abel gemas sekali melihat tingkah suaminya ini.

Mata Jun masih terpejam saat Abel dan Alan masuk kedalam kamarnya. Mama Jun mengatakan kalau Jun baru saja tidur jam 5 pagi tadi. Abel mengangguk lalu berjalan mendekati ranjang Jun. Ia menatap Jun iba. Jun terlihat pucat. Dia pun terlihat lebih kurus.
"Apa dia tidak mau makan?". Tanya Abel ke Mama Jun.
"Mau. Tapi sedikit sekali". Jawab Mama Jun.
Jun membuka matanya perlahan lalu menatap Abel. Namun dengan segera ia menutup matanya. Lalu membukanya kembali. Abel tersenyum.
"Kalau ini mimpi, aku tidak mau bangun". Ucap Jun serak.
"Ini bukan mimpi. Aku memang ada disini". Jawab Abel lembut.
"A..arabella?".
"Hmmm?".
Jun dengan sedikit tertatih berusaha untuk duduk dan langsung menarik Abel ke pelukannya. Alan berdiri seolah ingin melepaskan pelukan mereka, namun ia melihat tangan Abel yang memberi signal untuk berhenti. Dengan kesal dan gigi bergemertak Alan keluar kamar. Ia benci melihat pemandangan  ini.
Abel menepuk pelan punggung Jun seolah menguatkan.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba begini?". Tanya Abel lembut.
Jun kembali berbaring, tangannya menggenggam erat tangan Abel.
"Ini penyakit rindu, kau tahu?". Jawab Jun dengan suara seraknya.
"Jun...". Jawab Abel dengan nada memohon.
"Aku tahu...kau miliknya. Namun ini terlalu cepat kau tahu? Kita baru saja bertemu setelah bertahun-tahun aku kehilanganmu. Dengan restu dari ibu yang sudah ku dapatkan, fakta berkata kau telah menjadi istrinya. Aku tidak pernah begini sebelumnya. Begitu tahu statusmu, aku hancur Arabella!". Suara Jun bergetar.

Abel terdiam. Dia pun tidak tahu mulai menjelaskan darimana.

"Kau mencintainya? Atau kalian menikah karena paksaan/keadaan?". Tanya Jun lagi.

"Sangat. Aku sangat mencintainya, Jun. Bahkan saat kami sempat berpisah karena kesalahpahaman, aku hancur!". Ucap Abel tulus.

Kali ini Jun yang diam.

"Cepatlah sembuh! Lanjutkan hidupmu! Kau orang baik. Pasti tuhan juga sudah mempersiapkan orang terbaik untukmu!. Lanjut Abel lagi.

"Mungkin ini hukuman Tuhan untukku, karena aku pernah menyakiti hati seorang wanita!". Balas Jun dengan suara lirih.

"Apa?". Tanya Abel karena dia tidak mendengar suara Jun yang menggumam.

"Tidak. Tidak apa-apa!". Jawab Jun berusaha untuk tersenyum.

Abel berdiri. Ia berpamitan kepada Jun.

"Bolehkah aku memelukmu sekali lagi untuk yang terakhir kalinya?". Tanya Jun dengan nada memohon.

Abel mengangguk lalu maju untuk memeluk Jun. Abel menepuk punggung Jun beberapa kali.

Cekrekk..cekrekk.cekrek....

*****

Abel keluar dari kamar Jun tapi tidak menemukan Alan di luar kamar. Abel menghubungi Alan, namun tidak bisa juga.

"Dimana sih dia?". gumam Abel.

Abel lalu berjalan keluar dari rumah sakit. Namun tetap tidak menemukan Alan dimanapun.

Abel yang merasa kelelahan akhirnya memilih duduk di ruang tunggu sambil masih mencoba menghubungi Alan. Puluhan kali Abel menelepon namun Alan masih tidak bisa dihubungi. Abel menghela nafas entah yang keberapa kali. 

"Masa dia ngambek gara-gara cemburu sama Jun?". Gumam Abel lagi.

Sekitar satu jam Abel menunggu Alan, namun masih juga belum ada jawaban dari Alan. Ponselnya pun mati karena kehabisan battery. Astaga kemana hilangnya suaminya ini. Abel mulai merasa kesal. Ia keluar dari ruang tunggu rumah sakit, lalu berjalan-jalan. Abel berjalan-jalan hingga telinganya mendengar suara orang menyanyi. Abel mengikuti sumber suara dan melihat kerumunan orang yang mengelilingi seseorang yang menyanyi tersebut. Abel ikut bergabung dengan gerombolan orang yang mengelilingi penyanyi tersebut.

Saat penyanyi menyelesaikan satu lagu, ia menanyakan apa ada yang ingin menyumbang satu lagu. Abel maju menembus gerombolan dan berdiri di depan penyanyi itu.

Penyanyi pria itu tersenyum.

"Boleh saya pinjam gitarnya juga?". Tanya Abel.

"Tentu saja". Jawab pria itu lalu memberikan gitar kepada Abel.

Abel duduk dengan santai lalu jarinya yang lentik mulai memetik gitar dengan lembut. Suaranya yang indah mengalun merdu seolah membius para penonton yang ada disana. Mereka terpesona terhadap suara Abel. Begitupun dengan penyanyi pria yang meminjamkan gitar kepada Abel.

Setelah satu lagu selesai, Abel berdiri dan menyerahkan gitar yang ia pinjam. Beberapa penonton meminta Abel untuk menyanyi satu lagu lagi. Diantara para penonton, Abel melihat suaminya yang menyebalkan itu menatapnya tajam. Namun tiba-tiba terbesit di benak Abel sebuah ide untuk mengerjai suaminya.

"Bagaimana kalau kita duet?". Tanya Abel kepada penyanyi pria itu. Pria itu mengangguk.

"Ngomong-ngomong namaku Tae Oh". Ucap pria itu tersenyum manis kepada Abel.

"Arabella". Jawab Abel sambil tersenyum juga.

"Cantik". Lirih Tae Oh.

Tae Oh mulai memainkan gitarnya. Suaranya yang serak dan merdu mengalun indah menyatu dengan suara Abel yang lembut.

Sekali lagi para penonton terbius. Banyak dari mereka merekam penampilan mereka. Beberapa dari penonton ikut bernyanyi. Tae Oh bernyanyi sambil menatap Abel lekat. Hal itu tak luput dari perhatian Alan yang menatap Tae Oh tajam. Abel masih bernyanyi dengan merdu dan bahagia. Sesekali Abel menggoda Tae Oh dengan tingkahnya yang menggemaskan. Tae Oh menatap Abel dengan mata yang berbinar-binar hingga akhirnya lagu kedua selesai. Riuh tepuk tangan penonton mengiringi duet mereka berdua. Abel membungkuk dengan sopan kearah penonton lalu berbalik dan tersenyum sambil mengulurkan tangan kepada Tae Oh.

"Senang bernyanyi denganmu. Sampai jumpa lagi!". Kata Abel.

Tae Oh menyambut uluran tangan Abel. 

Abel berjalan kearah Alan yang menatapnya sambil cemberut. Bibirnya mengerucut dengan lucu. Abel menahan tawanya melihat wajah suaminya yang menggemaskan. Abel langsung menggandeng lengan Alan sambil mengajak Alan pergi dari kerumunan itu.

Sekitar 5 menit mereka berjalan namun Alan masih tidak mengucapkan satu patah kata pun.

"Sepertinya seharusnya aku yang marah karena harus kesana kemari nyariin kamu hamper sejam, tapi kenapa jadi kamu yang diam?". Tanya Abel.

Alan menghentikan langkahnya. Kedua tangannya menangkup wajah Abel sambil menolehkan kepala Abel kebeberapa daerah membuat Abel menyadari ada beberapa orang dengan seragam yang sama ada disekitar mereka.

"Ada beberapa bodyguard disekitar kita. Bagaimana mungkin kamu tidak tahu?".

Abel bersedekap.

"Ada ngomong sama aku tentang hal ini?". Tanya Abel.

Alan menggeleng.

"Aku bukan dewa Alan! Aku tidak akan sadar dengan hal seperti ini disekitar kita karena aku mengira kita hanya honeymoon berdua". Lanjut Abel lagi.

Alan memeluk Abel.

"Iam so sorry!". Ucap Alan pelan. Abel mendongak. Matanya mengerling jahil.

"Kamu cemburu ya sama Tae Oh?". 

"Menurutmu?". Jawab Alan ketus.

"Tau gak sih? Kamu cute banget kalau lagi cemburu gini". Balas Abel lagi lalu tersenyum.

"Yuk pulang. Nanti malem aku mau ke Tower Namsan. Kita istirahat dulu di hotel". Kata Abel lagi sambil berjalan dan menggandeng tangan Alan.

Alan mengangguk.

"Kita tidak akan istirahat sayang!". Batin Alan sambil tersenyum mesum.


Haiii...hai..hai... welcome backkk!!!

enjoy ya, besok akan upload yang vanash..vanash... wkwkwkk enjoyy!!!^^

Arabella Back To Me, Please!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang