"Siapa Richard, sayang?" Tanya Alan lagi dengan nada penasaran.
"Pria yang dulu mendekati Abel, tapi langsung mundur saat tau Abel punya Arlan." Jawab papa Abel dengan nada geli.
Alan hanya mengangguk angguk mendengar penjelasan papanya.
Papa Abel mengajak cucunya untuk makan siang bersama meninggalkan sepasang suami istri ini untuk menghabiskan waktu bersama sebelum Alan melakukan perjalanan dinas. Abel yang melihat wajah suaminya yang terlihat di tekuk, tersenyum. Sepertinya suaminya gelisah karena papanya menyebut nama pria lain tadi. Abel mengulurkan tangan pada Alan.Alan menyambutnya dan Abel menariknya agar suaminya duduk di sampingnya.
"Kenapa mendadak diam?" Tanya Abel. Alan hanya menggeleng.
"Kau akan melakukan perjalanan dinas dan meninggalkan ku dengan wajah yang seperti itu?" Tanya Abel.
Alan masih diam. Abel menghela nafas. Ia naik ke pangkuan Alan dengan tiba tiba.
Walaupun berat badannya naik puluhan kilo, terlihat kalau Alan tidak keberatan Abel naik ke pangkuannya. Alan malah meletakkan kedua tangannya di pinggang Abel yang lembut. Abel menunduk dan mengecup bibir Alan pelan.
"Kenapa menciumku tiba tiba?" Tanya Alan. Abel diam saja. Ia terus mengecup berkali kali wajah Alan hingga Alan tertawa karena kegelian.
"Begini lebih baik. Kau memang tampan bagaimana pun ekspresi mu! Tapi jauh lebih tampan saat tersenyum dan tertawa lepas." Puji Abel sambil memeluk leher suaminya.
"Tak perlu cemburu, dia bukan siapa siapa. Bahkan tadi aku saja lupa kalau tidak papa ingatkan." Lanjut Abel lagi. Alan menghela nafas lalu mengusap lembut punggung Abel.
Ponsel Alan berdering. Ia melihat nama mamanya di layar ponsel.
"Iya ma, ada apa?" Tanya Alan.
"Kamu tidak akan akan membawa Abel dan Arlan ke Bangkok kan? Awas saja kalau kamu bawa mereka!" Omel mamanya. Alan terkekeh.
"Tidak ma. Abel sedang hamil besar. Arlan juga baru saja sekolah. Kasihan kalau Alan membawa mereka perjalanan jauh." Ucap Alan.
"Tumben bener pikirannya. Biasanya cemburu terus. Kurang kurangi cemburu nggak jelas. Abel itu sedang hamil besar. Kalau dia harus mengikuti mood kamu yang naik turun, kasihan dia!" Nasehat mama Alan.
"Iya ma. Alan mengerti." Jawab Alan.
"Ya sudah. Sebentar lagi mama sampai." Ucap mama Alan.
"Sampai? Memang mama kemana?" Tanya Alan.
"Menemui cucu mama lah, apalagi?" Jawab mama Alan.
"Terus kenapa mama meneleponku sekarang kalau mama bisa mengatakannya nanti?" Tanya Alan sambil menggerutu.
"Mama tidak sabar." Jawab mama Alan lalu mengakhiri panggilannya.
Abel bisa mendengarkan percakapan mereka mau tidak mau tertawa. Bisa bisanya ibu mertuanya menelepon padahal sedang di perjalanan menuju kemari. Alan meletakkan kembali ponselnya dan mulai menangkup wajah istrinya. Ia memajukan kepalanya dan memagut bibir Abel dengan lembut. Abel yang awalnya berpegangan pada leher Alan, beralih menjadi menangkup rahang Alan dan ikut tenggelam dalam permainan bibir Alan yang menggoda. Walau Abel tengah hamil, untuk urusan ranjang memang mereka berdua sangat cocok. Sama sama pervert. Apalagi sejak hamil ini, entah kenapa Abel sangat mudah terpancing. Ia sulit menahan diri saat melihat Alan. Dan tentu saja hal itu menjadi kebahagiaan bagi Alan. Tanpa ia harus meminta, istrinya yang sering mengambil inisiatif lebih dulu.
Ciuman mereka terputus saat Alan meringis karena telinganya yang di jewer oleh mamanya. Mereka tak mendengar orang tua Alan masuk karena sedang sibuk bergulat di atas sofa.
"Astaga Alan! Istri lagi hamil sebesar itu masih saja di serang juga!" Omel mama Alan.
Abel terkikik lalu turun dari pangkuan Alan.
"Ma, mama nggak lihat? Menantu mama ada di pangkuan Alan karena dia yang naik ke pangkuan Alan lebih dulu." Protes Alan lalu mengusap kasar telinganya yang di jewer mamanya.
Abel tertawa.
"Sayang! Tanggung jawab dong! Malah suaminya di ketawain." Rajuk Alan. Abel hanya menjulurkan lidah sebagai jawaban.
"Mana Arlan, bel?" Tanya mama Alan.
"Di ruang makan ma. Mama masuk aja kesana ikut makan juga. Tadi Abel masak rawon kesukaan mama." Ucap Abel.
"Beneran, bel? Mama masuk ya? Mau ikut makan siang!" Jawab mama Alan lalu berjalan dengan semangat. Sedangkan suaminya hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat perilaku istrinya.
Abel mengusap pelan telinga Alan yang tadi di jewer mamanya.
"Sakit ya?" Tanya Abel lembut.
Alan mengangguk.
"Mama sama anak sendiri seperti anak tiri saja." Gerutu Alan.
Abel memajukan kepalanya lalu mengigit pelan telinga Alan. Seketika Alan menoleh menatap wajah istrinya yang terlihat cantik walaupun tengah hamil besar. Mata Alan berkilat menatap istrinya.
"Sepertinya kita juga harus makan siang. Walaupun tidak di ruang makan!" Ucap Alan dengan suara seraknya.
Abel mengangkat sebelah alisnya provokatif.
"Lalu, dimana kita berdua harus makan siang?" Tanya Abel.
Alan mengangkat tubuh Abel dan berjalan cepat menuju kamarnya.
"Masih kuat menggendongku ternyata!" Ucap Abel terkikik. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Alan. Seolah menggoda suaminya, Abel mengecup pelan leher Alan hingga beberapa kali.
"Sayang...jangan nakal dulu! Kita belum sampai di kamar." Tegur Alan. Abel tertawa mendengar nada frustasi suaminya.
Sesampainya di kamar mereka, Alan merebahkan tubuh Abel di tempat tidur mereka.
"Kata orang dulu kalau sudah hamil besar begini, harus lebih sering di tengok papanya agar proses persalinannya lebih mudah!" Ucap Alan sambil berbaring menatap wajah istrinya yang cantik.
"CEO kok percaya mitos!" Jawab Abel sambil mencebik.
"Bukan mitos sayang, buktinya banyak petuah orang dulu yang masih bisa kita gunakan hingga sekarang." Balas Alan sambil membuka cardigan yang Abel kenakan.
"Contohnya?" Tanya Abel.
"Contohnya apa?" Tanya Alan cuek sambil menghentikan aktivitasnya.
"Kata mu banyak petuah orang zaman dulu yang masih kita gunakan hingga saat ini, contohnya apa?" Desak Abel.
"Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang petuah orang zaman dulu. Aku sangat sibuk sekarang." Jawab Alan melanjutkan melepas pakaian Abel.
Baju hamil yang Abel kenakan hari ini terlihat sangat cantik dan cocok di tubuh Abel. Tali spaghetti gaun ini menunjukkan bahu Abel yang cantik dan juga lehernya yang jenjang. Dada Abel telihat dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Alan mengajak Abel duduk untuk melepas pakaiannya. Ia menurunkan tali gaun Abel dan membuka resleting gaun yang Abel kenakan. Gaun Abel seketika meluncur dan tersangkut di perutnya yang besar. Alan langsung menatap dada Abel tanpa balutan bra.
"Tak mengenakan bra?" Tanya Alan. Abel menggeleng.
"Aku merasa sesak dan begah jika mengenakannya, lagi pula aku tak kemana mana jadi tak perlu mengenakannya." Jawab Abel.
"Kau memang istri yang bijak, sayang!" Puji Alan.
"Hanya karena tak mengenakan bra?" Balas Abel dengan nada menggoda.
Specialll part (ebook only ya, bisa DM Ig aku di @ririsa2024 kalau mau ebooknya. Karena semua special part hanya ada di ebook🥰)
![](https://img.wattpad.com/cover/205439348-288-k582294.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Back To Me, Please!!!
RomanceWarning 21+ Bijak dalam membaca ya teman-teman^^. Bagi yang belum cukup umur, pilihlah bacaan sesuai dengan umur kalian. Thankyouu 😙 Alan Mahendra Robert Dingin, rupawan, kaya, idaman wanita "Aku tidak akan bisa mencintai wanita lain. Ini hanya na...