Chapter 86 : Terpesona, Huh?

238 12 0
                                    

Niko menatap Abel dengan tatapan yang mendalam seolah sedang rindu dan ingin memeluknya. Namun mereka berdua sama sama memiliki hati yang harus mereka jaga saat ini.

"Tega sekali tidak bilang bilang kalau menikah!" Rajuk Abel.

"Yang urus semua mertua, bel!" Jawab Niko.

Abel tersenyum.

"Happy wedding ya, bahagia terus selamanya." Ucap Abel.

Niko dan Misha mengangguk.
Alan pun menggandeng tangan Abel. Terlihat tidak kesusahan sama sekali dengan Arlan di gendongannya yang tengah melingkarkan tangan mungilnya di leher ayahnya.

Misha tak bisa mengalihkan pandangannya dari keluarga kecil itu hingga mau tak mau membuat Niko cemberut.

"Terpesona pada Alan? Udah punya buntut tuh!" Gerutu Niko.

Misha terkekeh.

"Kamu juga masih terpesona pada Abel?" Tanya Misha penasaran.

"Anehnya aku merasa biasa saja tadi. Tidak semenggebu gebu saat melihatnya pertama kali setelah ia melakukan perjalanan bisnis di Paris waktu itu. Sekarang aku melihatnya lebih ke seorang wanita cantik yang sedang hamil dan bahagia." Jelas Niko.

"Hamil? Abel hamil?" Tanya Misha dengan ekspresi terkejut.

Niko tersenyum lalu mengangguk.
Misha menatap Abel sambil menunggu tamu lain.

"Tidak terlihat kalau ia hamil. Ia ramping dan cantik sekali." Ucap Misha penuh kekaguman.

"Masih awal harusnya. Aku juga baru tau baru baru ini. Lagi pula tak perlu iri, kau juga ramping. Memiliki abs pula." Goda Niko sambil menyentuh perut Misha.

Misha mencebik saat mendengar godaan suaminya.
Mereka pun masih melanjutkan tamu undangan yang ingin bersalaman juga berfoto dengan mereka berdua. Wajah Misha mulai di tekuk karena merasa bosan dan kelelahan. Niko tersenyum saat menoleh ke samping dan melihat istrinya yang terlihat cemberut. Ia mengusap dengan lembut wajah Misha.

"Lelah, hmm?" Tanya Niko.

Misha mengangguk.

"Kalau begitu berangkat honeymoonnya besok saja ya? Kita istirahat dulu!" Ucap Niko.

Misha menggeleng cepat.
Niko terkekeh melihatnya.

"Kata mu kau lelah?" Tanya Niko lagi.

"Tapi untuk berangkat liburan tidak. Energi yang di keluarkan berbeda, tidak seperti saat disini." Ucap Misha.

Niko menggeleng gelengkan kepalanya karena geli.
Misha terlihat bersemangat kembali setelah pembawa acara mengumumkan kalau mereka telah sampai di penghujung acara. Setelah berbasa basi akhirnya Misha menggandeng tangan Niko untuk mengajak Niko pulang. Ia ingin segera lepas dari gaun ini dan kembali mengenakan pakaian santainya yang nyaman.

Misha merebahkan kepalanya ke senderan kursi mobil sambil memejamkan mata.
Tanpa sadar tangannya masih menggandeng tangan Niko. Dan Niko menikmatinya. Niko menikmati genggaman hangat tangan Misha. Ia memiringkan tubuhnya menatap wajah istrinya di sampingnya.

Bayangan Abel seketika hilang dari otaknya saat ini. Abel tampak sangat bahagia tadi. Dan Niko juga bahagia karenanya. Sekarang giliran Niko yang harus berbahagia dengan Misha di sampingnya. Niko harus mulai belajar mencintai Misha. Bahkan lebih dalam dari perasaannya pada Abel dulu.
Niko mengulurkan tangan satunya untuk menyentuh pipi Misha yang lembut. Ia menyondongkan wajahnya lalu mengecup pipi dan bibir Misha secara bergantian.

Misha terlihat terusik namun ia tetap memejamkan matanya.
Ternyata mobil yang mereka naiki mengantarkan mereka ke rumah Niko. Diam diam Niko telah meminta tolong pada mama Misha untuk mengemas koper Misha dan di kirimkan ke rumahnya karena mereka berangkat dari rumah Niko.

Misha masih tertidur saat mereka sampai di rumah Niko. Misha terbangun saat Niko hendak menggendongnya.

"Lho ini kan rumah kamu?" Tanya Misha.

"Memang. Kita berangkat dari sini." Jawab Niko.

"Lalu koper ku?" Tanya Misha lagi.

"Mama sudah menge-packingnya . Jangan khawatir." Jawab Niko lagi lalu menggandeng tangan Misha masuk ke dalam rumahnya.

Niko mengajak Misha ke lantai dua. Misha melihat pakaian yang bisa ia pakai tergeletak di tempat tidur Niko.
Kamar Niko adalah kamar khas pria dengan warna gelap. Bahkan semua interior maupun perabotan di dalamnya pun berwarna gelap.

"Suram sekali." Batin Misha.

Misha membalikkan badannya lalu meminta tolong Niko untuk menurunkan resleting gaun pengantinnya karena ia ingin segera mengganti pakaiannya.
Selesai melepaskannya, Misha yang hanya dalam balutan pakaian dalam dan juga garter berjalan santai masuk ke dalam kamar mandi. Misha mengambil tas pribadinya yang berisi skincare juga make up pribadinya lalu membawanya ke dalam kamar mandi. Misha mulai menghapus makeup up di wajahnya hingga bersih lalu Misha mulai membasuh wajahnya agar lebih bersih dan segar.

Misha mengambil handuk yang tersedia di kamar mandi Niko lalu mengenakannya.

"Niko?" Panggil Misha

"Hmmm?" Jawab Niko dari balik pintu.

"Boleh bantu aku melepaskan hiasan kepala yang tak terlihat olehku?"

"Tentu saja." Jawab Niko lalu masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membantu Misha.

"Kenapa kau mengenakan handuk?" Tanya Niko.

"Tidak apa-apa." Jawab Misha

Niko menurunkan handuk Misha hingga terjatuh di kakinya.

"Tak ada yang perlu kau tutupi dari suami mu, sayang. Lagipula aku sudah melihat semuanya." Jawab Niko sambil mengambil hiasan Misha dengan sabar.

Setelah semuanya selesai, rambut Misha terurai indah. Ia keluar dari kamar mandi dan mulai melepas kaitan garternya namun agak kesulitan.

"Let me help you." Ucap Niko sambil duduk di ujung tempat tidur.

Mata Misha memicing curiga.

"Aku tidak akan melakukan apa apa, aku janji." Lanjut Niko lagi sambil tersenyum geli.

Mendengar nada Niko yang meyakinkan Misha pun mengulurkan kakinya dan Niko dengan lembut mulai melepaskan kaitan garter. Niko juga melepaskan stocking milik Misha.
Wajah Niko mulai memerah saat menggulung stocking Misha.

Sedangkan Misha berusaha mengontrol detak jantungnya yang agak menggila saat ini. Dia berusaha agar tetap terlihat biasa saja karena mereka akan benar benar terlambat kalau Niko meminta dirinya melayaninya terlebih dahulu.

Setelah selesai dengan drama garter dan stocking, Misha buru buru mengenakan pakaiannya dan meminta Niko untuk segera mengganti jas nya. Karena mereka akan segera berangkat malam ini juga.
Niko mengangguk lalu bangkit dari tempat tidur dan mulai melepas jas dan juga celananya.

Misha menoleh menatap Niko yang membelakanginya. Karena ia telah selesai berpakaian, Misha duduk di tempat tidur menunggu Niko selesai.
Rasanya sedang melihat live show. Tanpa sadar Misha tersenyum.

"Suka dengan apa yang kau lihat?" Tanya Niko pelan.

"Oh sangat." Jawab Misha tanpa sadar lalu segera membekap bibirnya.

"Stay cool Misha, stay cool!" Batin Misha memerintah dirinya sendiri.

Niko terkekeh lalu mengenakan celananya dan mengulurkan tangan pada Misha.
Saat Niko membuka pintu kamarnya, ada dua pekerjanya telah berdiri di depan pintu kamar untuk membantu Niko membawakan koper mereka.

Misha bernafas lega mereka tak melakukan apa pun tadi. Coba bayangkan kalau Misha dan Niko melakukannya, bisa bisa pekerja Niko tadi mendengar suara mereka tadi.
Misha menggeleng gelengkan kepalanya sambil berjalan di belakang Niko yang tengah menggandeng tangannya dengan erat.

Arabella Back To Me, Please!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang