Misha berbaring di sisi Niko, ia memeluk lengan Niko yang tidak di bebat.
"Pasti pekerjaannya banyak sekali ya?" Tanya Niko. Misha mengangguk sebagai jawaban. Ia belum mengatakan apapun perihal cctv yang ia lihat maupun tingkah laku Wei Wei yang mencurigakan.
Misha akan menunggu hingga Niko lebih stabil kondisinya, baru ia akan mengatakan kecurigaannya pada Wei Wei. Lagi pula ia juga belum mendapatkan bukti apapun.
Niko merasa sikap Misha sedikit aneh namun ia tak bertanya lebih jauh karena berpikiran mungkin Misha memang tak ingin membicarakannya dengannya. Niko mengusap lembut rambut Misha membuat istrinya perlahan mengantuk dan akhirnya tertidur dengan cepat. Niko tersenyum melihat wajah istrinya. Ia pun kembali memejamkan mata dan tidur kembali bersama istrinya.Keesokan harinya, Misha bangun lebih dulu. Ia meregangkan tubuhnya lalu menunduk dan mengecup pipi Niko yang masih tidur. Misha segera mandi dan berganti pakaian. Sehabis mandi, ia segera mengambil ponselnya dan melihat apa ada pesan dari pengawal Niko. Dan memang benar ada. Pesan itu berupa video pertemuan Wei Wei dengan seorang pria yang terlihat familiar bagi Misha. Misha menyipitkan matanya sambil bergumam pelan.
"Siapa ya dia? Terlihat tidak asing." Misha berkata lirih sekali agar tidak terdengar oleh Niko. Masih berusaha mengingatnya, Misha tak sengaja menyenggol sedikit cangkir bekas kopinya semalam. Dan seketika ingatan mengenai pria yang biasanya ia ajari membuatkan kopi untuk Niko. Itu dia. Pria itu adalah office boy itu.
Email perusahaan Misha berdenting. Ia mendapatkan email sebuah penawaran kerja sama dengan Peal Enterprise. Mereka ingin mengajak Misha bertemu untuk membicarakan kerja sama yang mereka tawaekan. Misha duduk di meja kerja Niko dan mulai melihat tentang perusahaan itu lebih lengkap. Melihat tidak ada yang salah dengan perusahaan itu, Misha menyetujui pertemuan itu. Ia akan pergi sebentar setelah berpamitan pada Niko lalu kembali pulang saat meetingnya selesai.
Misha turun ke bawah berniat membuatkan Niko sarapan sup ayam seperti yang pernah ia berikan pada Niko. Misha menyiapkan bahan bahannya lalu memasak dengan cepat. Misha membawa masakannya ke atas dan melihat Niko yang masih belum bangun. Dengan lembut ia mengusap rahang Niko.
"Mas, bangun yuk! Aku seka dulu badannya terus makan ya?" Ucap Misha.
Niko membuka mata dan mengangguk pelan. Dengan telaten ia menyeka tubuh Niko lalu mengganti pakaiannya. Niko berdiri di bantu Misha lalu berjalan ke kamar mandi untuk menyikat giginya.
"Nanti aku ada meeting sebentar ya mas, aku tinggal sebentar tidak apa apa kan?" Tanya Misha.
"Tentu saja." Jawab Niko sambil mencubit pelan pipi Misha. Misha kembali membantu Niko duduk di ranjang dan menyuapinya dengan sup ayam buatannya. Niko makan dengan lahap dan sup ayam itu membuat perutnya sangat hangat. Setelah meminum obat, Niko kembali bersandar pada headboard ranjang dengan nyaman.
"Sayang, bisa minta tolong ambilkan tablet ku." Niko meminta tolong. Misha menurutinya dan memberikan tablet Niko padanya. Misha sendiri segera bersiap siap pergi ke meeting dengan Pearl Enterprise. Misha memutuskan mengenakan blazer hitam dan juga dress sepanjang lutut. Ia membiarkan rambutnya tergerai. Setelah selesai mengganti pakaiannya juga berdandan, Misha keluar. Ia berpamitan pada Niko lalu menunduk dan mengecup bibir Niko dengan cepat.
"Tidak mau. Mau yang lama ciumannya!" Rajuk Niko. Misha menghela nafas pelan. Ia melu mat bibir Niko pelan dan kembali berdiri. Wajah Niko terlihat lebih bahagia. Setelah melambaikan tangan, Misha pun berangkat ke tempat meeting yang telah di janjikan.
Tadinya Misha berpikir kalau ia datang paling awal karena ia sampai di lokasi 20 menit sebelum janji waktu temu mereka, ternyata salah. Pria yang menjadi perwakilan Pearl Enterprise sudah datang lebih dulu di banding Misha.
Misha kira Misha akan bertemu dengan dua orang atau lebih. Ternyata tidak. Hanya ada satu orang. Wajahnya tampan. Tubuhnya atletis.
"Saya tidak menyangka kalau anda akan datang lebih awal." Ucap pria itu.
"Saya pun sama. Saya kira saya yang datang pertama kali ternyata tidak." Jawab Misha.
Mereka berdua tersenyum bersama.
Mereka berdua pun mulai berubah serius saat membahas mengenai kerja sama. Baik Misha maupun pria itu terlihat jelas sama sama menguasai apa yang mereka bicarakan hal itu. Setelah beberapa saat berbicara, tatapan pria itu berubah pada Misha. Ia terlihat kagum karena Misha terlihat tak gentar dan terdengar cerdas saat menyampaikan pendapatnya. Pria itu bersedekap. Menatap Misha dengan seksama. Misha meminum kopinya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Niko di depan cafe sambil menyenderkan tubuhnya ke tiang dan menatap Misha tajam. Dengan terburu buru, Misha membereskan semua barang barangnya. Misha berdiri dan mengulurkan tangannya pada pria yang bernama Mu Xiayue itu."Terima kasih atas waktunya, pak!" Ucap Misha.
Pria itu mengangguk dan menyambut uluran tangan Misha. Misha berlari dan saat menghampiri Niko, Misha langsung memeluk pinggang Niko dengan manja. Mu Xiayue langsung melihat Misha versi lain lagi.
"Kenapa kesini?" Tanya Misha sambil mendongak.
"Kalau aku tidak kesini, kau makin senang berlama lama bersama pria itu." Ucap Niko sambil mendengus.
"Cemburu?" Tanya Misha langsung.
Niko berdecih lalu melepaskan pelukan Misha di pinggangnya. Misha malah memeluk pinggang Niko semakin erat. Ia mengajak Niko pulang. Tangannya melingkar di pinggang Niko.
"Bagaimana meetingnya, lancar?" Tanya Niko.
Misha mengangguk.
"Sepertinya kesan dia terhadap ku bagus, dan mudah mudahan kerja samanya lancar." Jawab Misha.
Niko mengusap pelan rambut Misha.
"Mau mampir ke hot pot dulu?" Tanya Niko saat mereka sudah di dalam mobil.
Misha memajukan tubuhnya dan memasang sabuk pengaman Niko. Niko yang tak tahan dengan wajah Misha sedekat itu, langsung mencium pipi Misha.
"Tcih, mencari kesempatan dalam kesempitan!" Ucap Misha.
Niko terkekeh.
"Mau mampir ke hot pot?" Tanya Niko lagi. Misha menggeleng lalu memakai sabuk pengamannya. Ia menatap suaminya. Tatapannya berubah seduktif. Perlahan ia menyentuh paha suaminya dengan ujung jari telunjuknya.
"Aku menginginkan hal yang lain." Jawab Misha.
Mata Niko berkilat. Seolah memahami apa yang diinginkan istrinya.
"Dan kau akan mendapatkannya saat kita di rumah." Jawab Niko.
"Bisa?" Tanya Misha lagi.
"Kau meragukanku, sayang? Siapa yang biasanya meminta ampun dan memaksa untuk berhenti?" Niko mengangkat sebelah alisnya geli.
Misha mengigit bibir bawahnya agak gugup.
"Kau sedang tidak sehat, mas!" Ucap Misha.
"Yang sakit hanya satu tangan ku, bagian yang lain tidak! Kau harusnya tau paham sudah berapa lama kita tidak melakukannya bukan?" Tanya Niko.
"Hanya beberapa hari." Dengus Misha.
"That's feels like million years for me, honey!" Bisik Niko dengan suara deep voicenya.
Misha tersenyum lalu segera menekan pedal gas nya dalam dalam menuju apartement mereka.
SPECIAL PARTTTTT IS COMINGG ONLY ON EBOOK YAA ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Back To Me, Please!!!
RomanceWarning 21+ Bijak dalam membaca ya teman-teman^^. Bagi yang belum cukup umur, pilihlah bacaan sesuai dengan umur kalian. Thankyouu 😙 Alan Mahendra Robert Dingin, rupawan, kaya, idaman wanita "Aku tidak akan bisa mencintai wanita lain. Ini hanya na...