Secara tiba tiba dan tanpa aku terfikirkaan sedikit saja, kamu menyuruhku untuk datang kerumahmu. Dan kamu berkata aku harus berkenalan dengan kedua orang tuamu, jika serius harus diterapkan dengan hal seperti ini mana mungkin aku menolak itu.
Aku hanya sedikit gugup dan membatu, bukan masalah mental atau apapun itu, hanya saja aku dirundung cemas bila mereka tak menyukaiku, tapi sudahlah, aku akan tetap menemuimu. Bukankan sudah kubilang, semestapun akan kuhadapi apalagi orangtuamu.
Aku mendaki puncak tertinggi disumatra, disitu aku duduk diantara batu batu dan pemandangan yang menyejukkan mata, biar aku disini sejenak kekasih, aku hanya sedikit menyiapkan diri untuk bertemu orang tua yang sudah menghadirkan seseorang yang membuatku jatuh cinta. Kupikir mendaki gunung itu sudah hebat. Karna, walau bersusah payah semua akan terbayar dengan keindahan pemandangan yang menyejukkan mata. Tapi orang tuamu lebih hebat, karna, tanpa aku disuruh bersusah payah mereka telah menghadirkanmu, sosok yang menyejukkan mata dan menghangatkan jiwa.
Bagian bagian ini harus aku lewati, aku mengunjungimu dirumahmu, disana lengkap ayah ibu dan adik adikmu yang lucu, aku mencoba beradaptasi dengan suasana baru, karna katanya kesan pertama adalah hal terpenting ketika bertemu orang baru.
Aku mencoba menjadi manusia paling ramah dan sopan didunia, aku tak tau ini disebut mencari muka atau apa, yang jelas agar mendapat simpati beginilah caranya.
Ketika aku pulang aku menanyakan kesan orang tuamu kepadaku, katamu, mereka menyukaiku, entah itu nyata atau kau sekedar menenangkanku. Aku senang hari itu, aku sudah bertemu dengan orang tuamu, yang suatu hari akan memanggilku dengan sebutan menantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBUR
PoetryCinta adalah anugrah bagi segelintir orang yang memiliki kisah indah, tapi nyatanya cinta adalah alat pembunuh harapan paling mempan untuk kebanyakan orang yang hatinya patah dengan luka tanpa darah. Kamu pernah kujadikan penting sebelum kujadikan...