27.Laras Semesta

7 1 0
                                    

Semesta selaras denganku yang sedang berifikir keras. Menyendiri diujung sudut bumi bertemankan rasa sepi. Aku memungut jejek jejak kenangan kita yang pernah menghiasi. Sadar sebuah kisah sudah berakhir, dari buku kita yang tak ingin kuakhiri. Menyendiri tak mengobati syaraf syaraf ku agar sejenak berhenti memikirkanmu. Aku hari ini benar benar sedang berperang, dengan rindu yang sedang menyerang. Membuatku terasa sepi, dari semua keramaian.

Aku ingin belajar dengan giat denganmu perihal melupakan. Aku tidak bisa sepertimu, bagaimana kamu bisa sehebat itu?. Kali ini jelmaan rasa kecewa menyemangatiku, bersenjata bekas bekas luka dengan laras kecewa. Aku yang terbiasa tertawa seolah amnesia. Gagap aku menanggapi realita. Rokok ku yang kunyalakan sore itu,mengepul kepulan rindu.

Sudahlah,kenyataan masih menjadi pemenang yang benar benar sulit dikalahkan. Aku menyulut amarah, mengutuk semesta yang tak pernah merasa bersalah. Mengapa kau hadirkan dia dibumi, jika hanya berperan sebagai luka dihati. Beri aku sedikit rasa dendam dan beri aku juga rasa benci, agar aku tak terjebak dalam perasaan cinta itu lagi.

Siapa yang siap dengan perpisahan tanpa aba aba. Aku terbata bata menapaki langkah diujung senja, dengan lamunan bermuram durja.
Aku lemah, tepat sekali. Kalimat lemah sangat cocok untuk diriku yang tak bisa jauh dari pengianat itu, Aku sudah mengutuknya dengan kalimat terburuk berkali kali. Tapi mengapa cinta tak juga berkurang didalam hati?.

Jika cinta ini sebuah tabungan, maka akan aku pecahkan hari ini juga. Kubuang semua yang selama ini kusimpan, karna aku tak membutuhkan nya. Aku seperti hujan yang sudah jatuh berkali kali, tapi tak pernah kapok untuk jatuh lagi. Tapi aku berbeda dengan hujan, setelah aku jatuh seperti ini, tak ada pelangi indah yang hadir setelah ini. tidak adil memang.

Aku menjambak kenangan menyuruh nya pergi dari ingatan. Tak bisa, tak ada yang bisa menghapuskan ingatan semudah jatuh membenturkan kepala layaknya para aktor di layar kaca. Sajak sajak rindu dan kalimat puitis yang kubuat sekarang sia sia. Untuk siapa itu aku lemparkan?. Teruntuk kamu, yang sekarang sudah jauh pergi melangkahkan kaki dengan rasa tak bersalah. Sejenak berhentilah, lihat kebelakang, lihat aku yang kau tinggalkan dengan luka yang lebih parah dari berdarah darah.
Kau gunting paksa jalinan tali cinta kita, tanpa kau fikir aku kesakitan merasakannya, teriakanku tak pernah kau hiraukan, piluku dengan mudah kau abaikan. Dengan senyuman paling kejam, kau hunus aku dengan beberapa pedang yang paling tajam.

Dimana kau belajar melakukan ini?. Kita tak pernah memiliki pengalaman bertemakan sakit hati, bahkan menonton beberapa film yang separah ini. Kau hebat secara otodidak, mempraktekkan luka tanpa ilustrasi.


LEBURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang