Hari itu aku menjadi pria sesungguhnya, karna aku sedang ingin menghalalkan seorang wanita yang begitu dicintai ayahnya.
Aku menghela nafasku dalam dalam, menguatkan hati dengan penuh keyakinan. Aku melangkah berbondong dengan keluargaku untuk bertemu keluargamu. Hari itu semuanya begitu meriah, senyum setiap orang semua terlihat tanpa resah, ini adalah hari yang bahagia, siapapun yang hadir disitu semuanya bersuka cita.
Langkah yang mengaburkan pandanganku dari keramaian sekitar. Sebab, aku takjub melihatmu memakai gaun putih pengantin itu, tak terbayangkan kita sudah sejauh ini dalam tahap bersatu. Aku tersenyum sedikit meledekmu, dan kamu tertawa tipis seolah berkata aku sebentar lagi menjadi milikmu. Momen itu adalah momen bahagia yang diselimuti air mata, ketika kita bersimpuh meminta restu pada orang tua kita. Semua berjalan baik baik saja, hingga acara utama tiba, ketika aku menjabat tangan ayahmu untuk meresmikan kita.
Ah tak bisa kuungkapkan bagaimana perasaanku pada momen itu, aku bahagia dan haru ketika kalimat kuucapkan untuk kita bersatu. Saat ini kau sudah sah menjadi istriku, kau mencium tanganku suamimu, bukti penghormatan pada laki laki yang akan menjagamu, menggantikan ayahmu.
Sekarang kita adalah dua orang yang menyatu dalam hidup yang baru, aku milikmu dan kamu milikku, semoga aku jadi lelaki terhebat bagimu, dan kamu jadi wanita terbaik dalam hidupku. Kita memiliki gelar yang baru, gelar yang pernah diimpikan oleh mantanmu dan mantanku. Aku terapung dalam lautan penuh rasa suka, yang membuang seluruh nestapa dan seolah tak pernah ada.
Mata kamera focus tertuju pada kita, bagai artis dilayarkaca yang melayani permintaan foto foto sederhana.
Ini singgasana peresmian kita, dan kita adalah raja dan ratu didalamnya, mulai saat detik ini didentangkan oleh waktu, kamu akan melayaniku dengan segenap jiwamu. Tak ada lagi kata kata rindu dimalam hari lewat panggilan yang selalu jadi notifikasi. Kau ada dipelukku, menjelma nyata ragamu didekapku, selimutmu dan selimutku menyatu, menutup semua perjuangan kita yang bertahun tahun lamanya. Aku sudah mulai asing dengan rasa dingin semenjak kau disisiku, senyummu setiap malam mulai membiasakan hari baruku, kecupan dikening dilengkapi ucapan selamat malam, jadi penghantar tidur untuk kita menyambut pagi yang kita rasa ceria, aku terlelap menunggu pagi, menanti segelas kopi, yang dihidangkan oleh kekasihku yang sekarang menjadi istri.Mataku yang masih berat untuk dibuka dan menguap menjadi pelengkapnya, namun reda, ketika wajahmu yang jelita menyambut pagiku dengan sempurna.
Aku tak mengharap lagi pada keindahan senja, yang menebarkan jingga dilangit semesta. Karna bagiku kamu adalah purnama, lebih indah dan bercahaya, menemaniku dengan terangmu dalam gelap dan lelap. Aku tak berharap lagi menjadi pengembara, melintas waktu jauh kepenjuru dunia. Mengarungi samudra berlayar antar benua. Karna saat ini, kamu adalah rumah ternyaman, semua keindahan dunia sudah kita temukan pada sebuah atap yang paling kita impikan.
Kamu membahagiakanku tanpa pernah gagal. Air hangat untuk mandi, sarapan pagi untuk mengisi energi, aku siap membuka hari hari dengan lantang, karna kamu adalah pelengkap untuk semua ini. Aku pergi mengais sedikit yang dinamakan rezeki, kamu jangan lupa seperti biasa, berikan notifikasi pesan pesan rindu untukku sore hari, menyuruhku bergegas pulang, agar kita ulang kebahagiaan kebahagiaan malam tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBUR
PoetryCinta adalah anugrah bagi segelintir orang yang memiliki kisah indah, tapi nyatanya cinta adalah alat pembunuh harapan paling mempan untuk kebanyakan orang yang hatinya patah dengan luka tanpa darah. Kamu pernah kujadikan penting sebelum kujadikan...