Mirror

7.7K 321 15
                                    

Hyunsuk itu, manja dan banyak mau. Sedangkan Jihoon, akan dengan senang hati menuruti semua kemauan kecilnya termasuk membeli sebuah kaca besar yang dipajang di dalam kamar mereka.

Mulanya, Jihoon berpikir mungkin Hyunsuk sedang ingin berkaca dan mengagumi betapa cantiknya dia dengan kaca besar itu.

Tapi ketika Hyunsuk mengatakan bahwa kaca itu untuk menonton kegiatan mereka yang menyenangkan, Jihoon jadi sedikit curiga.

Karena menyenangkan bagi Hyunsuk banyak versinya.

Seperti menghabiskan uang Jihoon untuk membeli berbagai macam barang mahal atau berbagi kehangatan dengan saling mencumbu satu sama lain.

Sekarang adalah contoh dari pilihan kedua, dan Jihoon bersumpah tidak akan pernah membagi pemandangan ini dengan siapapun.

Ia baru saja kembali dari pekerjaannya. Begitu lelah dan penat dengan pundak kaku.

Itu semua langsung lenyap begitu mendapati Hyunsuk tengah berkaca, tanpa busana, duduk mengangkang dengan dua jadi berada di dalam lubangnya.

Pun dengan sebelah tangan yang sibuk mengurut penisnya sendiri yang sudah memerah dan tegang dengan cairan precum mengalir di ujungnya.

"A-ahh Jihoon..." desahnya tanpa menyadari yang dipanggil tengah memperhatikannya di ambang pintu.

Jihoon berniat menghampiri, ingin menghukum kucingnya yang nakal karena berani menyentuh dirinya sendiri tanpa ijin.

Tapi begitu melihat Hyunsuk hampir terisak kepayahan, Jihoon jadi penasaran apa penyebab isakkan itu.

Rasa nikmat ataukah frustrasi?

"Jihoon-hngg, g-gak bisa..." ucapnya bergetar, ia memandang tepat ke arah cermin, menatap bayangnya sendiri yang begitu berantakan.

Tanpa Jihoon saja ia bisa seberantakan ini, bagaimana jika ada pria itu di sisinya? Hyunsuk mungkin akan mati detik itu juga.

"Apanya yang gak bisa?" ujar Jihoon karena tidak tahan menyaksikan pemandangan indah itu.

Ia ingin ikut bergabung.

"J-Jihoon..." gugup Hyunsuk, menghentikan semua gerakan tapi tak ia tarik sedikitpun tangannya dari lubang atau penisnya.

"Kenapa berenti? Udah puas main sendiri?" Jihoon melempar tas kerjanya ke ujung ruangan, menarik dasi yang ia kenakan dengan kasar dan menatap Hyunsuk lapar.

Oh, ia sudah ikut terangsang. Bagian selatannya bekedut nyeri melihat Hyunsuk masturbasi.

"Aku n-ngga—nhh!" tanpa sengaja Hyunsuk menyenggol titik manisnya, membuat darah berdesir cepat naik ke kepala.

"Enak? Jari sendiri enak?"

Satu gelengan lemah Hyunsuk peragakan, berusaha sangat kuat untuk tidak menggerakkan jarinya sendiri di dalam rektum berkedut itu.

Jihoon berdecih muak, sangat jengah melihat tatap memohon yang dilontarkan kekasih lima tahunnya itu.

"Siapa yang ngijinin kamu nyentuh diri kamu sendiri? Kurang apa yang udah aku kasih selama ini?"

Lagi, Hyunsuk menggeleng. Kali ini satu isakkan lolos karena ia tidak tahan merasakan lubangnya didiamkan begitu lama.

Panas dan gatal menjalar, ingin menggerakkan jarinya dengan kasar sampai menyentuh titik manis yang sejak tadi berusaha ia temui.

"J-Ji, aku..."

Jihoon menggusur kursi kayu yang terletak di depan meja rias, membawanya tepat ke depan Hyunsuk kemudian menduduki kursi itu.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang