Salah Paham

7.1K 501 143
                                    

Sebagai seorang suami yang baik, Hyunsuk melakukan kewajibannya dengan sangat sempurna.

Bangun lebih awal, menyiapkan segala kebutuhan Jihoon; membangunkan Jihoon, membuat sarapan, menyiapkan baju kerja, dan bersikap manis.

"Hoony, bangun. Ini sudah saatnya bangun" Hyunsuk menyingkirkan gorden agar cahaya sang mentari masuk menyinari wajah Jihoon.

"Beri aku lima menit" Jihoon menutup seluruh wajahnya dengan selimut, berbalik lalu meringkuk bak janin dalam kandungan.

"Ini sudah pukul delapan! Bangun atau aku yang pergi bekerja!"

"Sayang aku baru tidur empat jam!" Jihoon tidak berbohong, ia baru menyelesaikan pekerjaan pukul empat dini hari.

Dan Jihoon masih sangat mengantuk saat ini.

"Baiklah, lima menit!" Hyunsuk meninggalkan Jihoon dengan mulut tak berhenti mengomel, berbicara tidak jelas tentang pekerjaan Jihoon yang tidak pernah habis.

Padahal ia memiliki sekretaris, tidak bisakah pekerjaannya dibagi dua saja. Atau apapun asal pekerjaan Jihoon berkurang, selain karena Jihoon jadi kurang istirahat, Hyunsuk sejujur rindu menghabiskan waktu bersama Jihoon.

Beberapa minggu ini Jihoon terus lembur dan menghabiskan waktu di kantor, memang itu kewajibannya tapi Hyunsuk sedikit kesal,

Terlebih jika sekretaris pribadi Jihoon ikut lembar, rasanya seperti ada yang mengganjal dalam hatinya.

Hyunsuk percaya pada Jihoon, sepenuhnya percaya. Tapi, siapa yang tahu apa yang dipikirkan sekretaris pribadi Jihoon.

***

Jihoon berjalan memasuki kantornya dengan penuh wibawa, tapi kantung mata dan raut kantuknya membuat wibawa itu perlahan luntur.

Ah, Jihoon tidak perduli.

"Selamat pagi, Sajang-nim" seorang karyawan membungkuk sopan.

Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Selamat pagi, Jihoonie" seorang perempuan dengan lipstik merah cerah menyapa Jihoon penuh godaan. Perempuan itu tersenyum genit.

"Pagi, Yuna." Jihoon menjawab malas, ia duduk di kursinya dan langsung memeriksa berkas yang entah mengapa terus menumpuk padahal sudah ia kerjakan.

"Hari ini kau ada rapat pukul sebelas, dan pukul tiga lalu pukul tujuh kau ada pertemuan dengan kepala Divisi Utama untuk membahas kelanjutan pembangunan salah satu anak perusahaan,"

"Hm."

"Dan sebelum pulang kau harus menyelesaikan ini semua" Yuna membawa setumpuk kertas untuk segera Jihoon tanda tangani.

"Tapi tenang saja, aku akan membantumu" Yuna membungkuk, memperlihatkan belahan dadanya pada Jihoon yang terlihat mengantuk.

"Ya. Terima kasih."

Jihoon kembali membaca secara seksama semua dokumen yang berkumpul dimejanya, kapan hari tua itu datang, ia sudah sangat lelah bekerja seperti ini.

Jihoon ingin cepat-cepat pensiun dan menikmati masa tuanya bersama Hyunsuk. Tapi jika dipikirkan kembali, hari tua itu masih lama karena Jihoon baru menginjak usia dua puluh lima tahun.

Salahkan mertuanya itu, andai saja mereka tidak memiliki banyak perusahaan, mungkin ia tidak akan tersiksa seperti ini.

"Kau sudah sarapan, Jihoon?" Yuna kembali bertanya.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang