•Delapanbelas

2.6K 133 18
                                    


[ HAPPY READING ]

______________________

Pagi ini, seluruh siswa satu bangsa berangkat ke sekolah seperti semula. Libur akhir semester mereka sudah lewati. hari ini, seluruh murid sudah berada dikelasnya masing-masing. Tadi pagi, mereka baru saja selesai melaksanakan upacara, untuk pertama kalinya ditahun ajaran baru ini. Banyak murid baru yang saat ini sedang melakukan MOS atau MPLS, masa pengenalan lingkungan sekolah.

Raisya hari ini berangkat bersama teman-temannya, tidak bersama Alaska. Sepertinya mereka sedang ada masalah. Raisya duduk bersama Ceca dibangku barisan nomer dua pojok kanan, bertepatan samping jendela. Dibelakangnya terdapat bangku milik Najla dan Salma. Mereka berempat asyik dengan kegiatannya masing-masing.

Tak berselang lama, seorang siswi dengan pakaian lumayan ketat, menghampiri meja Raisya. Dan, menyodorkan dua kertas berwarna merah kearah Raisya dan Ceca.

Raisya dan Ceca saling bertukar pandang.

"Aura, Kok ada disini? Ini apa?" tanya Ceca, bingung. Pasalnya siswi yang dikenal sebagai Aura ini bukan murid IPA, tapi murid Bahasa.

Satia Yauratan Orion, yang sering disapa Aura. Gadis ini tak lain, dan tak bukan adalah kembaran dari Satria Yonantan Orion, inti COLD-BLOODED.

"Iya gue bagi-bagi undangan ini. Kalian dateng ya?" ucap Aura, menunjukkan senyum manisnya.

"Undangan apa?" kali ini Raisya yang bertanya.

"Pesta kecil-kecilan, untuk merayakan awal masuknya kita sekolah, apalagi kita udah kelas dua belas. Pasti setelah ini kita jarang kumpul-kumpul, karna sibuk belajar untuk ujian." Raisya dan Ceca mengangguk setuju. Bener juga yang dibilang Aura.

"Jadi yang lo undangan seluruh kelas dua belas?" sahut Najla, ikut menimbrung dengan mereka.

"Iya, dateng semua ya. Gue udah sewa bar, untuk pesta ini. Jadi nanti pasti, seru," celetuk Aura.

"Okey, kita pasti dateng. Iya kan?" sahut Salma, yang mendapat anggukan dari sahabatnya. Bahwa, mereka setuju.

"Ditunggu kehadirannya!" lontar Aura, tak lupa menunjukkan gaya centilnya.

"Jijik gue, lihatnya!" cibir Najla, bergidik ngeri.

"Eh, minggu depan udah mulai puasa ya ges ya?" tanya Salma, membuat Raisya dan Ceca membalikkan badannya menghadap ke belakang, tepat meja Salma dan Najla.

"Eh iya, Ceca baru inget. Tapi kan, Ceca gak puasa," ucap Ceca bernada sedih.

"Ya enggak lah, lo kan Katolik."

Ceca mengangguk membenarkan, ucapan Najla.

Memang benar, bahwa Ceca bukan beragama Islam seperti yang lainnya. Melainkan, beragama Katolik. Tapi, pertemanan mereka, baik-baik saja. Bahkan sering kali, Ceca ikut berpuasa saat bulan suci ramadhan. Jika ditanya, mengapa ikut puasa? Ceca pasti menjawab dengan wajah semringah, untuk memeriahkan saja atau untuk menemani Salma dan Najla puasa. Dengan beralasan, tidak enak jika dia tidak puasa sedangkan sahabatnya menahan lapar.

ALASSYA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang