✨HAPPY READING✨
"BUNDA!!" teriak Glester memenuhi ruangan.
"GAK USAH TERIAK-TERIAK! BUNDA ENGGAK TULI!!" balas Raisya dengan suara tak kalah kerasnya.
"BUNDA JUGA NDAK USAH TELIAK-TELIAK!" sahut Glester merasa kesal.
Terlihat pintu kamar Raisya terbuka. Bukan Raisya yang membuka melainkan Alaska. Cowok itu menatap garang sang anak. Dirinya merasa tergantung dengan teriak kedua mahluk hawa itu. Padahal ini masih sangat pagi, tapi kedua mahluk itu tidak bisa mengontrol volume suara yang dikeluarkan. Boros sekali! Pikir Alaska.
"Ester, kenapa teriak-teriak?" tanya Alaska mencoba sabar.
"Estel ndak teliak. Bunda tu yang cuka teliak-teliak ndak elas kaya olang utang," ucap Glester membela diri. Dia tak mau disalahkan.
"APA KAMU BILANG?!" teriak Raisya saat tak sengaja dirinya mendengar ucapan Glester. Dirinya tak Terima disalahkan.
Alaska menggeleng lelah. "Dah lah gue nyerah. Lanjut lagi aja berantemnya," lirih Alaska, menyerah.
"Daddy ndak mau bela Estel?"
Alaska menggeleng pelan, menolak. Jika dia membela anaknya, maka sang istri akan marah dengan menendang dirinya dari kamar mereka. Alaska belum siap tidur tanpa guling bawelnya. Alias sang istri.
"Daddy jahat, Estel pegi aja talok gitu." dengan popok yang masih terpasang rapih di bokongnya, balita itu berjalan dengan menghentak hentakan kedua kakinya, menunjukkan kepada kedua orang tuanya, bahwa dirinya merasa sangat kesal.
"Rai?" panggil Alaska. Raisya menoleh, menanggapi.
"Ha?"
"Pesta Aura." seakan Raisya mengerti perkataan Alaska.
"Gue sih dateng ya, kalo lo kasih izin." Alaska menatap datar Raisya.
"Kenapa sih?" sambung Raisya saat dirinya sadar ditatap oleh Alaska.
"Gak usah hadir." Alaska berucap dengan nada tak terbantah.
Tapi, bukan Raisya kalo langsung menuruti keputusan sepihak Alaska. "Alesannya apa coba?" dengan kesal Raisya berjalan memasuki kamarnya, lalu duduk di sofa yang tersedia.
"Gak ada." singkat dan padat, namun membuat Raisya kesal bukan main.
Tidak, tidak. Dirinya tidak boleh menunjukkan wajah kesal. Yang ada nanti Alaska semakin tidak mengizinkan dirinya untuk hadiir.
Raisya mengambil napas dalam-dalam.
Memasang wajah semelas mungkin, agar membuat Alaska kasihan dengan dirinya. "Ska, plis.. Lahh izinin ya, masa cuma gue yang gak hadir," ucap Raisya berusaha membujuk.
"Gue juga gak hadir kalo lo lupa." benar juga, Alaska sangat malas menghadiri acara unfaedah seperti itu. Membuang-buang waktu.
Wajah Raisya semakin ditekuk. "Okey, gue gak akan dateng ke pesta itu. Tapi selama 2 minggu kedepan gue gak mau tinggal serumah sama lo, titik!" keputusan Raisya membuat Alaska menggeram marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASSYA [On Going]
Fiksi RemajaBagaimana jika Raja, dan Ratu Jalanan, di satukan dalam ikatan perjodohan? "MULAI DETIK INI DAN SETERUSNYA RAISYA ALLISYA FREDERIKA JADI MILIK GUE, HANYA MILIK GUE. GAK ADA YANG BOLEH NYENTUH DIA WALAUPUN HANYA SEUJUNG KUKU, KALO ENGGK LO TAU SENDI...