•Dua

6.4K 388 16
                                    

[ HAPPY READING ]


_____________________________

Alaska dan beberapa temannya, sedang asik mengobrol dan melemparkan candaan satu sama lain, duduk di meja paling pojok kantin. Tapi, mereka tak ada niatan untuk memesan makanan. Karena bosnya tak ada niatan untuk mentelaktir mereka. Bukannya mereka tak punya uang, tapi siapa sih yang gak mau teraktiran?

"Al? Lo gak ada niatan buat teraktir kita gitu?! " Kata Satria, yang duduk di samping Vandi.

"Lah, niat teraktir orang gimana? Gue baru tau, kalo teraktir orang pake niat dulu, " Kata Diki, ya begitu lah anaknya. Sering membuat orang disekitarnya emosi, dengan sifat gemas nya itu.

"Mau bisbol, atau pisau?" Sinis Satria.

"Yaelah baperan, lo". Ucap Diki, tak kalah sinis.

"Iya lah, baperan. Orang dia punya hati. Emang lo, suka makan hati! " Kata Vandi, dengan pedas.

"Anjirr.. Mending lo, diem aja deh! Pedes amat tuh mulut, " Ucap Diki, tak terima. Enak saja dibilang suka makan hati. Tapi hati ayam enak tau, Pikir Diki.

"Oh.. Gue tau. Lo sering makan cabe? Atau, bibir lo sering dimakan sama cabe? " Lanjut Diki, tak kalah pedasnya.

"Sialan lo, Dik! Gini-gini bibir gue masih perawan," Kata Vandi, tersenyum miring.

"Iya lah. Orang tuh bibir cuma boleh dicium sama, si Salma Antik. Iye kan?" Ucap Satria.

"Bukan Salma Antik, Bang Sat!" Kata Diki.

"Tapi, Salma Atika". Lanjutnya.

Sedikit info, bahwa Vandi adalah mantan dari Salma Atika Nadine, teman baru Raisya. Mereka sudah menjalin hubungan selama 1 tahun lamanya. Tapi, selama mereka pacaran Vandi jarang peduli dengan Salma. Karena, Vandi masih mencintai sahabat kecilnya, Sherly Adriana Agath. Tapi Sherly, malah mencintai Alaska, yang jelas-jelas sudah menolaknya berkali-kali. Cinta Vandi hanya bertepuk sebelah tangan, dan menjadikan Salma sebagai pelampiasannya saja.

Salma yang mengetahui fakta tersebut, tak Terima, Ia langsung memutuskan hubungan mereka detik itu juga. Padahal, Ia sudah sangat mencintai Vandi, walaupun sering bersikap kasar dengannya. Dan, sekarang Vandi lah yang tak bisa melupakan Salma.

"Sialan!" Umpat Vandi.

"Udah-udah! Biar gue yang beli," Kata Natan, yang sedari tadi hanya diam saja melihat perdebatan kecil ketiga sahabatnya.

"Gak usah!" Kata Alaska, singkat. Sedangkan Natan yang mendengar itu, menaikan salah satu alisnya.

"Bentar!" Setelah mengatakan itu Alaska melangkah pergi begitu saja, ke sisi kantin.

"Lah? Si bos mau kemana tuh?" Ucap Satria, bingung. Entah apa yang akan dilakukan oleh bos nya itu.

"Ditinggal gitu aja? Pakabar nih, perut gue?" Kata Diki, menatap miris kearah Alaska.

"Tunggu aja elah! Apa susah coba," Kata Vandi, santai.

Disisi lain, Alaska melangkah menuju ke meja yang diduduki oleh empat para cewek. Hingga di belakang salah satu cewek tersebut, belum ada yang menyadari keberadaannya.

"Rai?" Panggil Alaska singkat, kearah cewek didepan nya. Kalian tau lah siapa. Merasa ada yang memanggilnya, Ia pun menengok kebelakang tanpa mengontrol ekspresi wajahnya yang membuat Alaska gemas sendiri.

"Loh, Ska? Kenapa?" Kata Raisya, saat menyadari adanya human tampan dibelakangnya.

"Lupa sama janji, lo tadi?!" Perkataan Alaska membuat Raisya berfikir keras. Janji apa?, pikirnya.

"Janji apaan sih, Ska? Langsung ngomong aja," Kata Raisya, ngegas.

"Ck," Alaska memutar bola matanya malas. Kenapa mahluk di depannya sangat pelupa, pikirnya.

"OH.. GUE BARU INGET," teriak Raisya, sepontan yang membuat mereka menjadi tontonan, apalagi ada Alaska. Karena suatu hal yang langkah, Alaska mau berinteraksi dengan kaum hawa.

"Nih, uangnya! Lo beli sendiri ya, gue mager jalan," Kata Raisya, sembari memberi uang seratus ribu ke Alaska. Namun anehnya, uang itu tak kunjung di ambil Alaska. Hanya Ia menatap datar.

"Gue minta di telaktir! Otomatis, lo yang beli, yang bayarin, dan anterin makanannya ke meja gue! Oh, satu lagi. Yang lo telaktir bukan cuma gue, tapi 20 temen gue yang di meja pojok sana. Ngerti? Buruan!" Perintah Alaska, seenaknya.

"Heh! Kan, perjanjiannya gue cuma telaktir lo. Kenapa jadi babu gini sih.." Rengek Raisya, menghentak hentakan kakinya.

"Tapi.. Di perjanjian itu, gak ada larangan sama sekali!" Alaska tersenyum miring. Mungkin menjahili Raisya adalah hobi barunya.

"Anjing! Sialan!" Mengumpat pelan, dengan melangkahkan kaki kecilnya kearah salah satu penjual seblak. Namun langkahnya berhenti, saat merasakan ada yang mencekal pergelangan tangannya. Ia berbalik, dan melihat siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan, Alaska.

"Anak cewek gak akan cantik lagi, kalo omongannya kotor! Tapi, kalo lo? Tetep cantik kok!" Bisik Alaska dengan pelan, tepat di telinga kanan Raisya.

"Ah ya, gue pesen bakso sama es teh! Bukan seblak!" Setelah mengucapkan itu. Ia lalu melangkah pergi balik ke meja pojok yang dipenuhi teman-temannya. Raisya menatap kepergian Alaska dengan keadaan tegang. Ada sensasi aneh saat Alaska membisikkan nya. Astaga.. Sungguh menggelikan. Batinnya bergidik ngeri.

"Sya? Kok lo bisa kenal sama Ala-"

"Udah nanti aja, mending bantuin gue!" Ujar Raisya memotong perkataan Salma, dan langsung menarik tangan Salma dan Ceca kearah warung bakso, untuk membantunya mengangkut pesanan Alaska.

• • • • • • • • • • • •

Malam semakin larut. Jam sudah menunjukkan pukul 01.25 pagi. Tapi, mata tajam itu enggan untuk menutup. Tak ada rasa ngantuk di dirinya. Pikirannya dipenuhi oleh wajah cantik nan manis, miliki gadis yang seharian tadi mengganggunya. Ah, bukan mengganggu. Tapi lebih tepat selalu didekatnya. Apa mungkin ini efek, karena tak pernah berdekatan oleh seorang wanita. Kecuali, Mamanya.

"ARGHHH!! Sialan!!" Umpatanya sangat keras. Untung saja kamarnya ini kendap suara, jadi tak akan terdengar oleh orang luar.

"Gue harus milikin dia, saat itu juga!" Gumamnya tersenyum miring.

[ BERSAMBUNG ]

HAI HAI SOBAT..

JANGAN LUPA VOTEMEN YA...

OKEY SEE YOU 🤗❤

Pertanda
• Buna si merah 🔴

ALASSYA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang