PART KHUSUS ALASKA DAN RAISYA
•
•
[ HAPPY READING ]
•
•
______________________Alaska menatap Raisya penuh penasaran. "Buruan jelasin!!"
"Apa?!" tanya Raisya, belagak tidak tahu.
"Ck. Yang tadi, anjing!" tukas Alaska.
Raisya melotot, "heh, kasar!"
"Ya."
Menghela napas kasar, lalu menghirup udara banyak-banyak. Raisya menatap Alaska yang terlihat menunggu penjelasan darinya. Duduk berhadapan membuat mereka nyaman untuk mengobrol.
"Jadi, gini.. Waktu itu Radit nantangin gue untuk balapan. Awalnya gue gak minat, tapi setelah dia nawarin. Kalo misalnya gue menang, dia ataupun anggota Brugas gak akan buat masalah sama lo, maupun anggota Cold-blooded." Raisya menjelaskan itu dengan menundukkan wajahnya. Ia merasakan aura disekitarnya menjadi dingin, dan merasakan ada yang menatapnya dengan tajam.
Jujur, jiwanya saat ini ketar-ketir. Bahkan, Ia seperti tidak bisa merasakan oksigen disekitarnya, yang dirinya rasa pasokan udara semakin menipis.
"Kenapa ngelakuin itu?!" suara berat Alaska memenuhi indra pendengarannya. Tepat di samping telinga Raisya, Alaska berbisik seperti itu.
"Ngelakuin apa?" tanya Raisya, bingung otaknya sudah tidak sejernih tadi. Saat merasakan deruan napas milik Alaska menerpa leher jenjangnya.
"Kenapa lo ngelakuin itu? Yang ada lo celaka, kan?" ucap Alaska tanpa mengubah posisinya. Bahkan, kedua tangan Alaska bergerak pelan untuk memeluk Raisya.
Si empu yang dipeluk pun, menahan napas. Meremas ujung baju tidurnya, dengan mata terpejam menikmati nyamannya pelukan yang diberikan oleh Alaska.
"Gu-e gue itu an- anu!" jawab Raisya dengan gagap.
"Anu apa, hem? Lo, keseringan banget ngomong 'anu' kenapa?" tanya Alaska. Sekilas dirinya mengingat tentang pertemuan pertama mereka di lapangan, memberi hormat kepada tiang bendera. Dan, saat dimana Raisya mengucapkan kata 'anu'. Satu kata seratus ribu makna.
"Ihs,, gini loh.. Jujur aja sebenernya gue takut sama darah," ucap Raisya bernada pelan.
"Gue usahain, setelah ini lo gak akan lihat darah lagi."
Raisya mengangguk.
"Bisa duduk, gak?" cicit Raisya. Merasakan pegang pada kedua kakinya yang terus berdiri, dengan tubuhnya yang di dekap oleh Alaska.
Kekehan kecil terdengar ditelinga Raisya, dia mendengus kesal.
Mereka mendudukkan pantat mereka di sofa panjang yang ada di kamar itu. Saat Raisya ingin duduk, Alaska menarik pinggang ramping milik Raisya. Dalam sekejap dirinya duduk diatas pangkuan Alaska.
"Gue bisa duduk sendiri, Ska!" rengek Raisya, sedikit memberontak. Meminta untuk dilepaskan.
"Diem, Rai!" ucap Alaska seperti menahan sesuatu.
"Gak. Lepasin dulu, baru gue diem." sarkas Raisya, tetap berusaha lepas dari rengkuhan Alaska.
"Sst.. Sial!" batin Alaska.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASSYA [On Going]
Novela JuvenilBagaimana jika Raja, dan Ratu Jalanan, di satukan dalam ikatan perjodohan? "MULAI DETIK INI DAN SETERUSNYA RAISYA ALLISYA FREDERIKA JADI MILIK GUE, HANYA MILIK GUE. GAK ADA YANG BOLEH NYENTUH DIA WALAUPUN HANYA SEUJUNG KUKU, KALO ENGGK LO TAU SENDI...