Tiada gading yang tak retak, artinya tak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Kalimat itu bukan hanya sekedar pribahasa, namun memang benar adanya.
-Utuh bukan berarti sempurna-
••••
Ansel, cowok tampan, berotak encer, yang terlahir dari sendok em...
Jangan lupa sahre cerita ini ke teman-teman kalian yups, vote dan komen juga buat support cerita ini 😊😊😘
Semoga suka🤗🤗
Happy reading!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
◾◽◾
Sellina menyadarkan punggungnya pada punggung kursi, meregangkan ototnya seraya menatap kepergian Pak Fiki dengan senyum puas yang tercetak lebar di wajahnya. Hari ini dirinya berhasil mengerjakan kuis Pak Fiki dengan nilai yang cukup memuaskan, belajarnya bersama Ansel selama ini mulai memperlihatkan hasil, ada banyak peningkatan dinilai-nilai Sellina belakangan ini, bahkan Pak Fiki sempat mengakui hal itu tadi. Pak Fiki memberi apresiasi terhadap Sellina yang mau bertekad memperbaiki nilainya.
Tak hanya Pak Fiki tetapi juga Samara, Samara pun menjadi was-was karena takut tersaingi oleh nilai Sellina yang terus meningkat setiap harinya. Samara menolehkan kepalanya, menatap Sellina dengan kagum sekaligus iri, iri karena ia juga ingin berada diposisi Sellina saat ini, bisa dekat dengan Ansel dan mendapat feedback yang bisa dikatakan sangat baik.
"Yang belajar sama bias, nilainya naik terus ya bund" Sindir Samara dengan nada bercanda. "Kayaknya gue ada saingan baru nih"
Sellina terkekeh pelan saat mengetahui sindiran jenaka itu Samara tujukan secara khusus untuk dirinya, gadis itu balas menatap Samara, "Enak banget loh belajar sama bias" Sahut Sellina berlebihan dan disambut gelak tawa oleh Samara.
"Ansel enak banget ya jelasinnya, gue pengen juga dong belajar sama dia" Samara menatap Sellina penuh harap, mengeluarkan puppy eyes berharap Sellina merasa iba kepadanya.