Tiada gading yang tak retak, artinya tak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Kalimat itu bukan hanya sekedar pribahasa, namun memang benar adanya.
-Utuh bukan berarti sempurna-
••••
Ansel, cowok tampan, berotak encer, yang terlahir dari sendok em...
Mungkin mulai chapter ini sampai ending nanti jadwal update Ansellina gak akan tetap ya harinya (padahal dari dulu molor terus😭) aku mungkin updatenya sesuai mood dan waktu senggangnya aja, lagi padet jadwalnya juga jadi susah atur waktu, tapi tetep aku usahain seminggu sekali bisa update kok, berharapnya sih seminggu bisa dua chapter gitu biar cepetan selesai tapi yaa kita lihat aja nanti gimana, doain aja yups
Kita lanjut lagi ke cerita. Oke sebelum next dipersilahkan buat klik bintang dipojok kiri bawah yaaa, terimakasih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
◽◾◽
Halaman Delton High School terpantau ramai oleh siswa siswi yang berlalu-lalang, berebut jalan agar bisa pulang lebih dulu. Hal yang sama pun dilakukan oleh Sellina. Gadis cantik dengan rambut panjang tergerai itu menjadi salah satu dari banyaknya murid yang sedang berlomba-lomba mencapai gerbang.
Hari ini Sellina pulang sendiri karena Ansel harus segera ke tempat les. Sebenarnya Ansel sudah menawarkan diri untuk mengantar Sellina pulang tapi ditolak oleh cewek itu. Sellina tau urusan Ansel lagi banyak, dirinya tak boleh egois dengan terus bergantung, selagi ia bisa sendiri maka Sellina akan melakukannya sendiri agar tak menambah beban kekasihnya.
Begitu sampai di depan gerbang, Sellina berhenti sejenak, mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. Ponsel yang ada digenggaman itu Sellina lirik, memantau ojek pesanannya yang ternyata masih dalam perjalanan.
Sembari menunggu, Sellina memilih duduk di halte yang letaknya di sebrang jalan. Sellina memainkan ponselnya untuk menghalau rasa bosan.
"Sellin"
Panggilan dengan suara tak asing itu mengalihkan perhatian Sellina dari benda pipih di tangannya. Sellina mengangkat kepalanya, menoleh ke sumber suara. Matanya sempat mengerjap beberapa kali sebelum menatap sengit pada orang yang memanggilnya itu.