Tiada gading yang tak retak, artinya tak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Kalimat itu bukan hanya sekedar pribahasa, namun memang benar adanya.
-Utuh bukan berarti sempurna-
••••
Ansel, cowok tampan, berotak encer, yang terlahir dari sendok em...
Jangan lupa tinggalkan jejak yups, wajib kasih bintang dan komentar pokoknya.
Happy reading!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
◾◽◾
Sometimes, akan lebih baik kebohongan itu ditutupi daripada dibuka dan hanya akan memberi luka
🍇🍇
Seusai kegiatan OSIS Ansel langsung tancap gas menuju rumahnya, Arvino mengirim banyak pesan kepada Ansel, meminta cowok itu agar segera pulang karena Olina mengundang mereka ke rumahnya untuk acara makan malam keluarga sekaligus menyambut kepulangan Aris, suami Emily. Jujur momen seperti ini adalah momen yang paling Ansel tunggu, momen dimana keluarganya bisa berkumpul layaknya keluarga diluaran sana meski itu hanya sebuah cover, tapi setidaknya Ansel memiliki gambaran jika seandainya ia memiliki keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang.
Mobil Ansel memasuki halaman rumahnya dan berhenti di garasi, disana juga sudah terparkir motor Arsel, itu tandanya sang adik juga akan ikut, dan malam ini keluarganya akan benar-benar berkumpul, lengkap. Hal pertama yang Ansel lihat saat memasuki rumah adalah Arvino yang tengah asik berkutat dengan laptop ditemani tumpukan berkas serta secangkir kopi di ruang tengah, sepertinya Arvino membawa pulang pekerjaannya dan tak sempat membawa berkas itu ke ruang kerja, atau mungkin akan dibawa beberapa ke rumah Olina jadi biar tak repot makannya tak dibawa ke ruang kerja.
"Kamu siap-siap, 30 menit lagi kita berangkat" Ujar Arvino tanpa memberi tolehan sedikitpun pada Ansel.
"Iya Pa" Balas Ansel singkat kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar dan segera bersiap seperti yang Arvino katakan.
Kurang dari 30 menit, Ansel sudah selesai mempersiapkan dirinya untuk bertemu Olina, sungguh Ansel sangat merindukan perempuan yang selalu memberinya kasih sayang itu. Ansel langsung turun ke ruang tengah dimana Arvino masih disana dengan kegiatan yang tak berubah dari terakhir Ansel melihat. Ansel duduk disalah satu sofa, memasang earphone dan menyetel musik melalui ponselnya, tak berhenti disitu, Ansel membaca materi yang ia jadwalkan untuk dipelajari malam hari ini seraya menunggu Arsel dan Anya karena ia tau Ansel tak akan sempat belajar di rumah Olina nanti, dan sesampainya di rumah Ansel sudah harus tidur.