bag. 7

136 18 1
                                    

Seorang gadis berambut pirang cukup panjang diikat dua mendrible bola basket dengan tenang di antara kumpulan para pria. Dia dan yang lainnya sudah bermain basket cukup lama bahkan dia tidak tahu berapa waktu yang tersisa.

Satu suara panggilan membuat sang gadis menengok dan tanpa aba aba melempar bola yang di pegangnya kearah pemanggil

"Naruto!!"

Gadis itu Naruto. Dan yang memanggilnya adalah Rock Lee teman sekelasnya.

Setelah mendapat bola, pria dengan rambut berbentuk seperti mangkuk itu langsung berlari ke arah ring.

Ya, disekolah ini siapa yang tidak kenal dengan penggila olahraga yang satu ini. Meskipun banyak penghadangan, dia terlalu lincah untuk ditangkap.

Dengan mudah Rock Lee memasukkan bola kedalam ring. Dan setelah bunyi peluit terdengar cukup memekakkan telinga terdengar sebagai tanda permainan selesai.

Pemenangnya tidak perlu ditanya sudah pasti kelas XI E, kelas Naruto yang di dominasi orang orang dengan kepribadian aneh di dalamnya namun memiliki kemampuan yang sebagian besar jangan ditanya.

Mereka hebat. Iya, tentu saja. Tapi di bidang tertentu, dan salah satunya membuat ulah.

Setelah permainan selesai, Naruto duduk lesehan di pinggir lapangan yang tentunya bersama dengan sang perangko alis sahabat kecilnya, Kiba. Memperhatikan beberapa orang dari kelas XI A yang sepertinya belum juga merasa lelah dan masih memainkan bola di lapangan.

Tadi, saat Naruto dan Kiba berniat kabur lewat pintu belakang yang dimana jalur itu sama dengan jalan ke arah gudang, keduanya malah bersimpangan dengan Might Guy, guru olahraga mereka.

Dengan semangat 45 nya, dia mengira bahwa kedua muridnya ini sengaja menjemputnya dan ingin membantunya mengambil barang barang yang diperlukan dalam materi kali ini. Jadilah Kiba dan Naruto harus kembali ke lapangan membawa berbagai macam barang yang sekiranya akan dipakai untuk latihan yang cukup berat sebelum akhirnya bertanding antara kelas dengan Naruto sebagai satu satunya siswi yang mengikuti pertandingan itu.

Bukan karena kekurangan pemain atau apa, tapi memang biasanya begitu. Apapun yang Kiba ikuti maka Naruto juga akan ikut. Sebenarnya bukan masalah juga, tapi Naruto akan di cibir siswi siswi lain yang iri padanya.

Jika mengingat itu lagi tubuh Naruto langsung bergidik ngeri. Lain kali mungkin dia tidak akan berpikir untuk membolos pelajaran olahraga lagi.

Sekaleng minuman dingin sudah berada di tangannya, tadi Kiba membelinya melalui mesin penjual otomatis yang ada di dekat lapangan sebelum duduk di sampingnya.

Tidak ada percakapan diantara keduanya. Mereka sama sama menikmati semilir angin yang berhembus perlahan melewati tubuh mereka. Bahkan sesekali rambutnya juga akan berkibar mengikuti arah angin berhembus.

Saat seseorang di sebrangnya ada yang membuka bajunya, fokus Naruto terpusat pada suatu, tato? Yang memiliki ukiran aneh yang menyerupai sesuatu. Awalnya dia tidak peduli tapi entah mengapa lama lama jadi tertarik.

Gambar itu tertanam dengan pasti di kepalanya. Ingin di poto lalu ditanyakan pada seseorang, tapi dia tidak bawa ponsel. Berencana menggambarkannya pun, dia sadar diri gambarnya sangat jelek. Mana ada orang yang akan mengerti gambarnya apalagi motifnya abstrak. Semakin tidak dapat dimengerti.

Masa bodo, dia akan mencarinya sendiri. Mau berhasil atau tidaknya, yang terpenting dia sudah usaha.

Setelah bel istirahat berbunyi, tanpa repot repot berganti lebih dahulu. Si kembar beda ortu sudah melesat menuju kantin. Wajar mereka sudah lapar. Kalau pun belum, mereka juga ingin makan camilan.

ΩΩΩ

Saat jam pelajaran berlangsung dan guru menjelaskan di depan. Naruto masih saja fokus terhadap kerta di hadapannya. Tadi setelah masuk kelas selesai berganti, dia langsung menggambar apa yang ada di kepalanya, meskipun gambarnya sangat buruk jika dilihat.

Gadis itu merasa familiar dengan gambar itu. Tapi Apa? Coraknya sungguh tidak asing bagi otak kecilnya. Tapi pertanyaannya tetap sama. Apa?

Sangking fokusnya, Naruto sampai tidak menyadari kalau guru yang tadinya di depan sedang berjalan kearahnya, bahkan Kiba yang memanggilnya berulang ulang kali pun juga tidak di dengarnya.

Brak

Suara meja yang di pukul dengan keras tentu mampu membuat semuanya terkejut, bahkan Naruto yang pikirannya sedang mengelana sekali pun.

"NARUTOOO!! KAMU SAYA HUKUM. BERDIRI DI LUAR KELAS DENGAN SATU KAKI SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA HABIS! CEPAT!!!"

Dengan terbirit birit, Naruto langsung saja melaksanakan hukuman. Kesadaran baru saja kembali dan dia langsung dibentak. Tentu refleksnya dulu yang pertama kali bergerak.

"JANGAN BERANI BERANINYA KAMU TURUNKAN KAKIMU!"

Belum juga menempel tanah, Naruto mengangkat kakinya lagi setinggi yang dia bisa dengan terpaksa dan senyum manis yang terpati untuk sang guru. Dia berdiri tepat di depan pintu jadi gurunya dapat melihat apa yang dia lakukan.

Saat kepala menoleh kesamping, entah mengapa tubuhnya merasa familiar dengan sosok yang tidak sengaja dilihatnya diujung koridor yang letaknya berseberangan dengan dia berdiri saat ini. Rambut merah dari sosok yang terlihat seperti sedang membuang sampah itu terasa sering dilihatnya.

Bahkan untuk sesaat dia jadi melupakan pola yang sedang berusaha diingatnya. Sampai orang itu kembali masuk ke kelasnya, Naruto belum juga mengalihkan pandangannya.

Sampai...

"NARUTO!!!"

Aah, kakinya turun lagi ternyata.

Naruto hanya mengulang apa yang dilakukan tadi ditambah kata 'maaf' satu kali.

Tak lama setelah bel ganti pelajaran berbunyi, dan Naruto bisa bernafas lega. Meskipun kakinya belum turun, karena guru itu juga belum keluar. Setidaknya, sebentar lagi.

Sudah cukup jauh, Naruto berencana menurunkan kakinya, dipertengahan jalan tindakannya terhenti sesaat.

Oh iya, aku tadi melihat apa ya? Huh pasti tidak penting

Setelah sampai di bangkunya, dia memasukan kertas di bergambar dimeja kedalam tas dia tidak ingin dihukum untuk kedua kalinya dihari yang sama.

Dia sempat menjawab sekenanya pertanyaan Kiba yang menanyakan keadaannya tadi sebelum akhirnya guru selanjutnya masuk dan pelajaran yang lain dimulai.

★†★

Di sisi lain seorang pria tua berusia sekitar empat sampai lima puluh tahun berbicara pada bawahannya.

"Masih belum ketemu juga"

"Belum tuan, jejaknya seolah menghilang di telan bumi. Bahkan jika ada titik terang pun, dalam sekejap informasi itu akan menghilang tuan." Bawahan itu tertunduk semakin dalam tidak kuasa melihat rupa lelah dari atasannya.

Helaan nafas lelah terdengar sangat berat keluar dari orang itu sebelum akhirnya menyuruh bawahnya keluar.

"Sebenarnya kamu ada dimana."
Sebelah tangannya yang bebas dari aktivitasnya memijat kepala bergerak mengambil sebuah figura yang terletak di sudut meja memperhatikannya lamat lamat dengan tatapan sedih yang tergambar jelas di wajahnya.

Hola masih ada yang baca gak sih sebenarnya. Komen dongs

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi yang menunaikan ╹▽╹

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang