"kamu yakin akan pergi mengawal mereka?" Ini bukan pertama kalinya Tsunade bertanya.
Sudah berulang kali dan jawaban Naruto masih sama
"Iya Kaa-san!"'"Nanti kalau kamu terluka?" Nada cemas dan raut khawatir terlihat dari wajah mudanya walaupun usianya tidak semuda wajahnya
"Disana tidak hanya ada Naru Kaa-san. Ada Sasuke. Ada Itachi juga"
Jika boleh jujur. Naruto sebenarnya sama enggannya dengan Tsunade. Pasalnya seharusnya ini menjadi liburan musim panasnya yang panjang dan jarang didapat.
Jika bukan karena tugas yang perlu dikumpulkan saat masuk nanti. Ya tugas dari ayah yang telah mengasuhnya. Siapa lagi kalau bukan Jiraya seorang.
Tapi Naruto juga bukan orang yang sekeras kepala itu untuk tetap kekeh pada pendiriannya ketika berbagai penawaran terlontar disetiap bujukan diberikan. Dan yang lebih utama sudah tepat sepuluh orang yang datang membujuk Naruto untuk menjaga orang penting masuk ke kandang macan sebelum Naruto memutuskan setuju.
Tidak aneh jika terdapat banyak orang yang datang membujuk. Naruto bukan pertama kalinya diminta mengawal. Keahliannya menjaga dari jarak jauh adalah daya tariknya. Apalagi untuk pertemuan yang melarang anggota membawa orang luar.
Berawal dari iseng mengikuti Itachi yang sedang bertugas saat itu membuat Naruto jadi sering menerima misi serupa. Apalagi ayah yang lebih sering dipanggilnya kakek memberi dukungan. Sudah dapat dipastikan pihak pemerintah tidak akan senggan senggan memberi titah.
Tanpa menghentikan gerakannya menyiapkan apa yang perlu dibawanya lusa, Naruto berkata. "Sudahlah Kaa-san, bagaimana kalau tidur kita tidur bersama saja malam ini? Setidaknya itu dapat mengurangi kecemasan kaa-san kan?"
"Atau anggap saja sebagai lepas kangen sebelum berpisah. Kaa-san tidak akan menemui aku selama seminggu lo" lanjutnya.
Iya, anggap saja begitu. Putri kecilnya hanya akan pergi selama seminggu. Setelahnya mereka bisa berkumpul lagi. Tapi Tsunade tetap saja tidak bisa merasa tenang. Rasanya seperti akan terjadi sesuatu. Dan rasa itu menjengkelkan.
Setelah seharian penuh menyiapkan diri dan berpamitan akhirnya hari keberangkatan tiba. Naruto dan Sasuke berdiri tak jauh dari bus yang akan membawa kliennya pergi.
"Bagaimana kamu tahu Itachi juga ikut?" Tanya Sasuke sambil berbisik. Tatapannya tertuju pada orang yang sangat sangat dihafalnya.
Disana kakaknya berdiri. Menggunakan jas dan pakaian rapi. Pakaian yang sama dengan yang biasa digunakan ayahnya untuk bekerja.
"Bukankah sudah jelas?! Usianya sudah tepat untuk dijadikan pemimpin, jadi saat inilah ajang uji coba untuknya. Apakah keputusannya sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi pimpinan atau malah kemungkinan terburuk yang terjadi." Naruto mengangkat tangannya seolah membetulkan kacamata. Bahkan sekarang terlihat seperti benar benar ada kacamata dengan sudut yang berkilau di kepalanya.
Naruto menunjuk Itachi. "Sekarang saatnya untuk ujian penentunya. Jika dia berhasil perusahaan akan dipegang olehnya setelah Penataran, tapi jika dia gagal kamu yang akan diangkat sebagai kepala perusahaan. Itu umum terjadi. Bahkan aku sudah pernah melewati masa itu." Suara Naruto sudah tidak seserius tadi saat mengatakan "Bedanya karena aku anak tunggal yang kudapatkan bukanlah penurunan jabatan melainkan pelatihan yang lebih keras"
Kerutan terlihat dikening Sasuke "apa orang orang itu tidak takut mendapatkan kerugian yang besar?"
Seringai timbul di bibir peach Naruto. Sasuke terlihat benar benar awam dengan dunia bisnis dimatanya. "Seorang pengusaha tidak akan pernah takut gagal saat menjalankan usahanya. Ayo pakai topengmu, mereka sebentar lagi akan berangkat!"
Sasuke melihat kearah bus yang akan membawa mereka. Benar apa yang dikatakan gadis yang kini telah bangkit sembari memakai topengnya. Meskipun memakai topeng pesona Naruto tidak pernah gagal membuat Sasuke tidak jatuh cinta.
Terpaku sejenak Sasuke ikut bangkit saat uluran tangan tersodor didepannya. Tangan yang tidak ingin dilepas oleh Sasuke saat sudah menggenggamnya.
Dari mana semua pengetahuan itu? Oh iya, ayah juga pengusaha. Tapi diusianya saat ini? Bukankan usianya masih terlalu muda untuk menghadapi dunia bisnis?
Tanpa sadar Sasuke sudah memasuki bis bersama Naruto yang masih menggenggam tangannya. Sasuke semakin mengeratkan genggamannya.
Nyaman.
Tapi sepertinya Naruto mengartikannya lain. Gadis itu melepas perlahan genggamannya dan memberi gesture menyemangati. Naruto juga tersenyum dibalik topengnya.
Kosong.
Bisakah Sasuke menggapainya lagi saat punggung itu selalu terlihat menjauh saat di dekati. Gadis yang sudah dikaguminya sejak lama. Bahkan sejak sebelum dia 'menangkap'nya.
Ingin mendekat tapi Sasuke tidak punya alasan. Bohong jika bilang Sasuke tidak senang saat mengetahui orang yang menodongkan pisau adalah gadis yang dikaguminya. Bahkan dia menganggap itu sebagai titik terang untuknya berada didekat Naruto.
Saat itu Sasuke merasa jembatan terbentang diantara jurang pemisah yang memisahkannya dengan Naruto. Diujung jembatan Naruto yang tersenyum menyambutnya berada dia angannya. Senyum yang sering muncul kala gadis itu berada didekat sahabatnya. Siapa ya namanya? Oh iya Kiba. Menyebalkan rasanya mengingat dia yang tidak perlu susah-susah mendekati Naruto.
Bahkan nama Genma sudah lebih dulu dikenalnya. Padahal kami satu kelas.
Dan sekarang setelah Sasuke menyebrangi jurangnya. Ternyata masih ada jarang yang perlu dikikisnya. Apakah menggapai gadis itu memang sesulit ini?
Bahkan Kiba pernah berkata "Dia selalu berbohong tentang keadaannya dengan senyuman, gadis itu bukan tersenyum saat keadaannya baik saja. Sulit menebak apa yang ada di pikirannya."
Sasuke akui jika senyum gadis itu sering berbohong. Sasuke selalu melihat kekosongan yang tertutupi sinar dari diri Naruto. Gadis itu selalu terlihat seperti mencari 'sesuatu'. Hanya saja 'sesuatu' seperti apa yang dicarinya? Apakah masih ada yang kurang dari hidupnya?
Orang tua, kah?
Panggilan obaa-san untuk ibu memang terdengar aneh. Tapi Sasuke merasa itu wajar jika digunakan sebagai candaan mengingat umur ibunya yang lebih tua dari ibu Sasuke.
Atau uang?
Ini terdengar lebih mustahi melihat rumah Naruto yang besar.
Ataukah saudara?
Gadis itu pernah memiliki saudara? Tidak mungkin tidak ada potonya satupun dirumah gadis itu jika memang dia memiliki saudara kan. Atau memang benar tapi sengaja dihilangkan jejaknya untuk mengurangi atau mengusir suasana sedih dirumah itu?
Tapi rasanya mustahil jika yang merasa kehilangan hanya Naruto sedangkan orang tuanya biasa saja jika yang hilang adalah keluarga kan?
Entahlah menebak teka teki kehidupan bukan keahliannya.
Kurang sehari lagi seminggu. Tapi dari pada lupa publish sekarang ajalah.
Bab depan atau bab depannya lagi ada interaksi ortu antara Naruto dengan ayahnya stay menanti ya
See U
KAMU SEDANG MEMBACA
two (three) options
Fanfictionhanya cerita yang datang tiba-tiba minat baca gk minat lewat yang pasti cerita ini menceritakan seorang anak kembar yang terpisah serta cerita romansa antara pemberantas dengan targetnya karakter milik Masashi Kishimoto cerita ide saya.