bag. 9

101 16 1
                                    


Pria di depannya terlihat mengedipkan matanya beberapa kali, setelahnya dia mengulurkan tangannya.

"Sabaku Gara. Suna, Suna Academia High School. Jadi, XI A?"

"Ooo jadi dia dari Suna!!" Monolog keduanya setelah mendengar kata 'Suna'. Kata yang sama dengan yang kemarin sempat jadi bahan pembicaraan keduanya.

"Apa disana tidak ada pelajaran tata krama!?" Sepertinya Naruto masih tidak terima dengan tata cara pria didepannya bertanya

Dan Kiba yang memang satu frekuensi tentu tidak ingin memberi tahu dengan mudah apalagi begitu saja memilih meladeni ucapan Naruto "Sudah cukup jangan berjulid, kenyataan itu selalu sama dengan realita"

"Begitu juga dengan ekspet_" belum selesai Naruto mengucapkan kata katanya, Gara sudah lebih dahulu memotong

"Kelasku?"

"Oh tunggu sebentar" mata Naruto bergerak kesana kemari dengan liar. Tidak sengaja matanya menangkap sosok yang dikenalnya "GENMA!!"

"Jangan sekarang Senju-san aku sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi untuk ke toilet!" Orang yang dilihat Naruto adalah Genma, teman satu komplek dengan Naruto dan Kiba. Sebagai orang yang berada di kompleks yang sama, tentunya mereka sudah saling mengenal, meskipun hanya sebatas nama.

"Nah kamu bisa mengikuti dia. Namanya Genma satu kelas denganmu" ujar Naruto santai sambil menunjuk Genma yang berjalan kearah toilet yang memang berada di lantai satu. Setelahnya gadis itu langsung menyeret Kiba menuju kelas mereka, XI E "Ayo Kiba!"

Melihat dua orang itu pergi Gara hanya dapat menghela nafas pasrah. Bisa bisa dia dimarahi ayahnya karena telat masuk sekolah dihari pertama. Tidak melihat ada orang lain lagi, Gara pun mengikuti Genma. Walaupun harus menunggu pria itu menuntaskan hasratnya. Tidak apa telat dari pada tidak berangkat, iya kan?

†††

"Kiba, kamu merasa pernah melihatnya tidak?"

Naruto dan Kiba baru saja menginjak tangga terakhir saat mengatakan itu

"Haa siapa? Melihat siapa??"

"Orang yang tadi. Saku Baku tadi,"

"Kalau aku pernah melihatnya berarti kamu juga pernah. Tapi sayangnya aku tidak pernah melihat panda gurun itu." Kiba menyenderkan kepalanya kepada tangan yang sengaja dilipat dibelakang. Jarak kelasnya sudah dekat. Dan Kiba merasa perlu untuk membuat kesan nakal.

Naruto juga melakukan hal sama namun beda. Dia hanya memegang tali tasnya yang tersampir disebelah bahu saja sedangkan tangan yang berlawanan berada di pinggang.

Sebelum berbelok ke pintu kelasnya, gadis itu sempat melirik ke bawah

'pantas saja seperti pernah lihat, ternyata orang itu'

Brak

"Ohayo mina!" Setelah menendang pintu tanpa perasaan Naruto menyapa teman temannya dengan wajah polos tidak bersalah.

Seperti dugaannya kelas mereka belum atau bahkan tidak dimasuki guru. Di sekolah ini guru yang mau memasuki kelas mereka memang dapat dihitung jari. Kelas yang sangat jauh dari kata beraturan, apalagi setelah kejadian itu.

Meskipun sering kelas kosong dan tidak memiliki aturan, bukan berarti mereka tidak tahu tujuan mereka ke sekolah.

"Ohayo moo Naru-Chan. Hari ini tugasmu." Shino, ketua kelas XI E berujar santai sambil menyerahkan sebuah buku cetak tebal kepada Naruto. "Oh iya satu lagi. Jangan ganggu orang yang duduk di kursi pojok!"

Melihat wajah bertanya dari dua orang yang baru saja masuk, tanpa bertanya atau pun diperintah Shino sudah lebih dahulu menjelaskan
"Anak untuk XI B, kalian pasti tahu apa yang terjadi setelahnya!?"

Shino tidak sepenuhnya salah. Hampir seluruh siswa sekolah ini tahu jika XI B mengucilkan orang luar dalam artian bukan murid XI B. Bukan rahasia umum lagi jika di angkatan Naruto banyak murid yang tidak bisa atau bahkan sengaja mengalah? terhadap nilai agar tetap berada dikelas yang sama saat kenaikan kelas. Dan kelas XI E adalah kelas dengan jumlah murid paling sedikit dibanding kelas yang lain, wajar jika murid itu dilempar ke kelas mereka.

Dirasa cukup. Naruto dan Kiba berjalan ketempat duduknya dan dimulailah sesi tanya jawab harian kelas XI E tanpa sepengetahuan guru.

‡‡‡‡‡‡

Jam pulang sekolah sudah tiba dan Naruto ingin melancarkan aksi yang telah di pikiran sejak tadi. Tapi sebelumnya dia akan izin dulu kepada temaan baiknya, Kiba.

"Kiba! Apa kau bisa pulang duluan? aku masih ada urusan." Naruto menaruh tasnya disebelah bahu dan pergi meninggalkan Kiba tanpa menunggu jawaban.

Tidak susah mencari orang 'itu' bahkan dia sendiri yang menjauh dari kerumunan.
"Aku tahu kau dari Suna. Katakan rencana pemimpinmu. Sekarang." Pisau kecil ditangannya tertempel erat di leher orang di dekapannya, sedikit lagi benda tajam itu dapat menembus kulit. Suaranya juga penuh penekanan, namun orang itu belum juga menunjukkan tanda tanda ketakutan. Mental petarung memang beda.

"Kau dan Kankuro. Katakan hubungan kalian." Pria didekapnya terasa menegang. Mungkin dia berpikir bagaimana aku bisa tahu tapi aku tidak peduli yang terpenting rencanaku berhasil.

Sebelum dia melanjutkan ucapannya suara samar samar terdengar di telinganya.
"Gara kemana saja kau! Jahamp"

Sudah dapat ditebak jika itu ulah Kiba. Dia yang membuat suara perempuan itu terendam entah bagaimana caranya. Tapi sepertinya Gara, pria didekapnya juga mendengar suara itu. Terlihat dari tubuhnya yang terasa tersentak?

"Sepertinya kamu ditunggu seseorang. Sampai jumpa lain kali" Naruto berbisik tepat ditelinga Gara sebelum akhirnya pergi meninggalkannya sendirian dalam rasa penasaran karena belum sempat melihat sosok orang yang mendekapnya.

"Hei bukankah sudah kusuruh untuk pulang duluan!" Seru Naruto sembari merangkul Kiba dari belakang dan membuat pria pencinta anjing itu sedikit tersentak kaget.

"Dan meninggalkanmu bersama orang itu. Tidak, terimakasih." Kiba melengos pergi mendahului Naruto yang merasa terhibur dengan perhatian Kiba.

Teman sejati memang tidak akan pernah meninggalkan kita saat kita membutuhkan meskipun tingkahnya tidak pernah ditunjukkan, iya kan?

Selamat buat yang berhasil nebak di bag. yang lalu (meskipun sebenarnya sudah teramat jelas😶) anda mendapat doa selamat dari saya. Yeah

Kalau gak nyambung ya maaf ya apalagi kalau ada typo.

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang