bag. 26

74 11 1
                                    

"Apa Aku bilang, jangan pergi ya jangan pergi!"

"Baa-san Aku pasien loh." Naruto berusaha menahan kantuknya sekuat tenaga. Dia lelah. Tubuhnya juga lelah.

"JIRAIYA!! Lihat itu, putrimu jadi susah dibilangi. Ini pasti ajaranmu, kan?"

Jiraiya dan Tsunade tiba sebelum matahari terbit. Sejak sampai ruangan Tsunade sudah mengomel panjang lebar marah marah tidak jelas.

Naruto yang awalnya sudah tertidur tentu saja langsung terbangun kala pintu ruangannya didobrak dengan sangat keras. Bukan hanya Naruto saja yang terlonjak kaget. Sasuke dan Minato yang memang menjaga gadis itu pun juga seketika terbangun.

"Sudahlah Tsunade, Naru baik baik saja, oke?"

"Baik Kamu bilang?! Iya, bersyukur saja pelurunya tidak bersarang disini" Tsunade menyentuh dada Naruto tepat disamping luka. Hanya berjarak beberapa inci saja. "Jika itu terjadi!? Jantungnya akan berhenti bekerja, otaknya kekurangan oksigen dan terakhir nyawanya akan ikut hilang seiring detak jantungnya yang berhenti." Tsunade mendengus diakhir kalimatnya. Dia benar benar berhenti kali ini. Mulutnya sudah lelah.

Tsunade berbalik mencari letak kursi. Kakinya ingin diistirahatkan setelah hampir setengah hari berkendara. Saat tubuhnya sudah benar benar berbalik Tsunade terkejut.

Matanya melihat kehadiran orang lain di ruangan itu. Jadi dia tadi maah marah di depan orang asing? Sungguh memalukan.

Memasang senyum sopan Minato bertanya basa basi, "Apa kabar Nona Senju?"

Tsunade berbalik lagi, berjalan mendekati brankar. Sambil menghempaskan bokongnya kekursi yang tersedia, Tsunade menjawab dengan nada ketus, "Buruk. Sangat sangat buruk."

Naruto diam diam memutar kedua bola matanya. "Ayolah, Baa-san. Aku ba__"

"Berhenti memanggilku 'Baa-san' Naru. Apalagi didepan orang asing. Mereka bisa salah paham."

"Cih… salah paham katanya, kalau begitu aku seharusnya memanggilnya ba-san saja..." Naruto berujung lirih

Namun posisi Tsunade yang berada tepat disampingnya tentu saja mendengar gumaman Naruto. Dengan senang hati Tsunade memberikan gadis kecilnya lirikan tajam.

"Iya, iya Kaa-san" Naruto menekankan kata Kaa-san pada ucapannya agar Tsunade puas.

Tsunade dan Naruto masih asik bicara sedangkan pikiran Minato masih terpaku pada ucapan Naruto. Meskipun lirih, tapi matanya masih cukup tajam untuk membaca gerakan bibir Naruto.

'Seharusnya memanggilnya Ba-san'

Apakah berarti dia masih punya harapan?

Tadi Minato sempat kehilangan harapannya kala satu pasangan yang tidak lagi muda menerobos masuk keruangan yang ditempatinya. Minato mengenal mereka sebagai keluarga Senju.

Senju, ya?

Senju Naruto, itukah namanya?

Senju Naruto. Sebagian besar orang hanya mengenal namanya tapi tidak dengan orangnya. Yang pasti Minato juga mendengar Naruto akan mewarisi keahlian ayahnya, Senju Jiraiya.

Diusianya yang masih belia, Naruto sudah banyak membantu tugas negara menggantikan sang Ayah. Orang orang mengenalnya sebagai Kitsune putri Gama. Nama yang disamarkan untuk menjaga privasi benar benar ketat. Tidak ada yang tahu nama aslinya.

Namun tidak dengan Gama yang memang mengumbar identitasnya. Hampir seluruh penghuni tanah Konoha mengenal siapa pemilik julukan Gama itu. Apalagi kini pria itu menjalankan usaha yang dikenal masyarakat.

"Anak itu selalu melakukan apa yang dia mau."

Ujaran Jiraiya meraik kembali kesadaran Minato. Pria itu melirik Jiraya yang mendudukan dirinya tepat disamping Minato yang memang masih kosong. Minato masih setia mendengarkan Jiraya berbicara.

"Tidak terasa Anak itu sedah sebesar ini sejak pertama kali Kami bertemu. Rasanya waktu berjalan dengan cepat."

Ingatan Jiraya kembali ke beberapa tahun yang lalu. Saat dia menemukan Naruto kecil. "Dulu dia terlihat begitu kecil. Begitu ringkih dan butuh pertolongan."

Minato sudah mulai tidak mendengarkan Jiraya. Kini dia sibuk memikirkan betapa malangnya Naruto jika memang benar dia anaknya.

Apa saja yang sudah terjadi pada anak itu?

Apa dia ketakutan?

#####

Hanya satu hari saja Naruto dirawat di RS Suna. Setelah Tsunade dan Jiraya datang gadis itu langsung di proses untuk kepindahannya ke Konoha.

Sudah seminggu Naruto dirawat dirumah dengan pengawasan secara eksklusif dari sang dokter ternama Senju Tsunade langsung. Perse**n dengan rumah sakit. Tsunade jarang percaya pada tempat ramai itu.

Bagi Tsunade rumah sakit hanya akan mengganggu ketenangan Naruto sebagai bagian dari proses pemulihannya. Biarpun memesan ruang khusus tetap saja akan ada orang yang berlalu lalang. Orang yang datang menjenguk dan masih banyak lagi.

Selama dirawat yang mengunjungi Naruto hanya Kiba. Itupun diberi batas waktu. Beruntung pemulihan Naruto berjalan cepat.

Hari ini diprolamasikan sebagai hari terakhir Naruto dikurung. Setelah dia dinyatakan benar benar pulih Naruto baru bisa keluar kamar. Jika tidak, jangan pernah berharap lebih. Tsunade tidak sebaik itu.

"Jadi??" Naruto dan Kiba menanti jawaban Tsunade. Diluar kamar sudah ada Sasuke dan Naruko yang memaksa ikut pria itu kala tahu Sasuke akan pergi ke rumah Naruto.

Helaan nafas keluar dari mulut merah natural Tsunade. "Baiklah, kamu boleh keluar. Tapi ingat, awas saja jika sampai darahnya keluar lagi!!" nada peringatan Tsunade keluarkan. Bukan untuk menakuti tapi untuk memberitahu kalau dia khawatir.

Meskipun Naruto bukan darah dagingnya tapi Tsunade sudah menganggap Naruto sebagai anak kandungnya sendiri. Semakin Naruto besar semakin sering rasa khawatirnya tumbuh. Pikiran seperti…

Bagaimana nanti jika Naruto pergi bersama suaminya?

Atau yang lebih parah

Bagaimana jika nanti Naruto bertemu keluarga kandungannya dan meninggalkan Tsunade?

Setiap pikiran pikiran seperti itu muncul Tsunade selalu ingin mengurung Naruto dalam dunianya saja. Tapi dia sadar, tidak seharusnya dia mengekang Naruto.

Sangking khawatirnya Tsunade juga menceritakan keresahannya pada Jiraya. Dan jawaban yang diberikan pria itu sedikit menyadarkannya

Apapun dan bagaimanapun keputusan yang diambil Naru nanti tidak akan merubah kenyataan kalau kita yang merawat dan membesarkannya sampai saat itu tiba.

Iya, dan hati Narunya tidak sekecil itu untuk melupakan orang yang membesarkannya dengan tulus kan? Ya, semoga saja. Tsunade ingin percaya itu.

"Onee-san ayo makan ramen yang banyak. Hari ini Sasuke yang traktir"

"KENAPA AKU!"

Suara Naruto dan teman temannya menggelegar di seluruh penjuru rumah. Tsunade tersenyum mendengarnya.

Iya. Kapanpun dan di manapun itu Naruto akan tetap menjadi putrinya.

Apa yang akan kalian rasain kalo jadi Tsunade? Udah rawat lama lama begitu dah gede di tinggal. Itu ketakutan nenek muda kita aja ya.

Bt way udah Ot way akhir nih. Aa yang mau kasih saran ending gak? Siapa tahu menarik insyaallah bakal tak masukin le cerita.

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang